14 - Bleeding

2.1K 158 3
                                        

(Voment Jusseyo.)

...

Kelasku hari ini sudah selesai. Aku keluar dari kelas dan berjalan menuju parkiran, Jungkook bilang ia sudah menunggu.

Aku mempercepat langkahku agar menghemat waktu. Seperti biasa, tidak ada yg peduli dgn ku. Jadi aku bisa berlari seperti org bodoh tanpa khawatir ada yg memperhatikanku.

Beberapa langkah lagi aku sampai di pintu mobil sport berwarna merah milik Jungkook hingga seseorang mambekap mulutku dan membawaku ke suatu tempat.

Braaak... Tubuhku dihempaskan begitu saja, tanganku bisa merasakan sesuatu yg dingin menandakan aku tidak berada di suatu ruangan, aku berada di atas rumput yg membeku.

Aku masih terkapar dgn memegangi kepalaku yg sedikit pusing akibat seseorang sialan yg tega melemparku, menyebabkan kepalaku sedikit terbentur.

Aku bangkit. Mataku mengerling memastikan siapa seseorang yg ada dihadapanku saat ini. Ayah.

Demi dewa, apa yg akan ayah lakukan padaku?

"A- a –ayah." Ucapku takut. Aku berdiri. Dibelakangku terdapat bodyguard ayah yg barusan melemparku –sialnya ternyata ada dua orang.

Ayah tersenyum –palsu- tapi wajahnya berubah seketika. "Kenapa kau tidak ikut Vernon kemarin?!" Ucapnya dgn penuh emosi.

"Bukankah Kia sudah bilang, Kia tidak mau dijodohkan."

"Tapi kau harus mau!"

"Sudah cukup ayah mengekang Kia selama ini, biarkan Kia menentukan masa depan Kia sendiri. Ayah tidak perlu repot repot merecoki urusan Kia." Ucapku dgn bersusah payah karena mataku sudah berair. Aku sendiri bingung kenapa aku menjadi sangat cengeng.

Ayah menatapku lekat seraya mencengkram kuat bahuku yg bergetar, "Sejak kapan kau berani melawan ayah? Sejak kapan hah?!"

Aku tidak tahan lagi. Aku menunduk dan air mataku menetes begitu saja menimpa rerumputan yg membeku. Aku takut.

"Kiara!" Bukan suara ayah. Untuk kesekian kalinya aku sangat senang mendengar suara ini.

"Oh, sepertinya aku sudah mengetahuinya tanpa perlu kau jawab."

Tangan ayah yg tadinya mencengkram bahuku dgn kuat melonggar. Ayah beralih pada sesosok lelaki yg baru saja memanggil namaku.

Tubuhku bergidik saat melihat senyum licik ayah pada kedua bodyguard nya dan menunjuk Jungkook menggunakan dagu nya, seakan berbicara 'Habisi dia!'

Jungkook menggulung jaketnya menandakan ia siap bertempur saat kedua lelaki itu berjalan mendekatinya.

Aku berlari menghampiri ayah dgn air mata yg sudah membanjiri pipiku saat melihat Jungkook dipukuli habis-habisan.

Awalnya Jungkook memang mendominasi pertarungan ini. Tapi dua lawan satu? Kau pasti sudah tau apa yg akan terjadi berikutnya, tentu Jungkook kalah telak.

"Ayah!" Aku menarik lengan ayah.

"Ayah hentikan!" Aku meronta-ronta. Entah seperti apa penampilanku sekarang, aku tidak peduli.

"Kumohon ayah, jangan sakiti dia."

"Ayah! Jungkook tidak salah apa apa. Pukuli Kia saja!" Tentu saja ayah mengabaikanku.

Ayah benar benar telah berubah, menjelema menjadi monster yg amat mengerikan, bahkan bagi anak kandungnya sendiri.

"Ayaaah." Entah sudah keberapa kalinya aku memohon hingga tubuhku lemas. Aku terus menangis sambil memeluk kaki ayah, tenagaku seakan terkuras habis.

MAFIA - Jeon JungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang