15 - Hidden Story

2K 162 1
                                    

(Voment Jusseyo.)

...

Jungkook tertidur pulas di atas ranjang nya setelah kuobati sedangkan aku memasak sup krim di dapur. Melihat wajahnya yang masih pucat dan babak belur membuat rasa bersalah dalam dadaku semakin meletup-letup.

Aku tidak habis pikir kenapa dia rela melakukan ini semua untukku.

Apa yg telah kuperbuat sehingga tuhan mendatangkan malaikat baik hati seperti Jungkook? Ia bahkan lebih baik dari malaikat pelindung dalam dongeng sebelum tidur mana pun.

Sup krim yang kubuat sudah matang dan kuletakkan di mangkuk berukuran sedang yg terdapat di dalam lemari.

Aku masuk ke kamarnya dan mendapati Jungkook masih meringkuk dalam selimut tebalnya. Aku menyibak poninya ke belakang dgn perlahan untuk melihat luka di pelipisnya.

"Ah, lukanya hampir mengering." Gumamku pelan membuat Jungkook sedikit menggeliat seperti anak kucing.

Kurasa akan lebih baik jika kubiarkan Jungkook istirahat sendrian, aku akan menunggu diluar.

Aku bersiap melangkah sebelum Jungkook menahan pergelangan tanganku dan perlahan membuka matanya.

Aku menoleh, "Aku membuat sup krim, kau mau makan?" Jungkook mengangguk lemas.

Aku mengambil sup yg baru ku buat di dapur dan membawanya ke kamar Jungkook.

Jungkook mengambil alih mangkuk yang kupegang dan segera kurebut kembali, "Lenganmu tidak boleh banyak bergerak atau lukanya akan terbuka kembali dan mengeluarkan banyak darah. Kau tahu? Butuh waktu berjam-jam untuk menghentikan darah mu dan jika itu terjadi lagi kau bisa mati kehabisan darah."

Jungkook tersenyum. Oh astaga! Aku lupa kalau aku sedang berbicara dgn org sakit dan sekarang aku malah memarahinya. Bodoh.

"Uhuk.. uhuk.."

Aku segera mengambilkan minum, "Pelan-pelan," Jungkook mengangguk.

"Kepalamu pasti pusing."

Jungkook menggeleng cepat, "Tidak, aku tidak apa-apa."

Ah, lelaki ini selalu saja berbohong. Kehilangan banyak darah membuat pasokan oksigen ke otak berkurang dan tentu saja salah satu efeknya adalah kepala menjadi pusing.

"Kurasa, mulai sekarang kau harus menjaga jarak dengan ku."

Ya, itu adalah pilihan terbaik. Menjauh.

"Hah? Kenapa? Tidak. Itu tidak akan pernah terjadi." ucapnya sedikit terkejut.

"Kau akan terus terluka jika terlalu dekat denganku. Ayahku mungkin bisa melakukan hal yang lebih gila jika aku tetap membangkang."

"Apa maksudmu? Apa kau akan menurutinya? Apa kau akan menyerah dan menerima perjodohan itu?"

Aku terdiam, tidak tahu harus menjawab apa.

"Jangan lakukan itu, kumohon. Aku akan berusaha membantumu sebisaku, kumohon jangan terima perjodohan itu."

"Aku tidak punya pilihan ataupun alasan untuk bisa menolak, ayahku terlalu sulit. Kau bahkan sudah menyaksikannya sendiri tadi."

"Tentu saja kau punya alasan."

"Hah?" Ucapku tidak mengerti.

"Aku."

"Kau?"

"Masih ingat dengan tawaranku kemarin? Kau bisa menjadikanku alasan untuk menolak perjodohanmu itu." Aku masih diam seribu bahasa, lagi-lagi tidak tahu harus menjawab apa.

MAFIA - Jeon JungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang