(Voment Juseyo.)
...
Semburat awan putih menghiasi langit yang cerah di pagi hari ini, "Hari yang indah." Ucapku dengan langkah bersemangat menuju halte bus.
Kulangkahkan kaki menaiki tangga bus yang sudah berhenti di depanku. Pintu bus hampir tertutup sebelum seorang pria berperawakan tinggi dan gagah berjalan memasuki bus.
Pria itu mengenakan mantel panjang krem layaknya detektif dengan lapisan sweter v-neck motif kotak kotak. Belum lagi topi fedora yang melekat sempurna di kepalanya dan kaca mata hitam yang tak pernah ia lepas membuat penampilannya terlihat sangat mengagumkan.
Pria itu duduk di sebelahku dan membuka kaca mata hitamnya. Aku memandangnya jengkel, "Kenapa kau selalu mendahuluiku padahal sudah kubilang aku akan mengantarmu setiap pagi?" Tanyanya.
"Apa itu sebuah sapaan?" tanyaku heran dengan tingkah laku anehnya.
"Jawab saja pertanyaanku."
"Memangnya kau siapa?" Jawabku cuek.
"Dasar gadis keras kepala." Gerutunya pelan.
"Aku bisa mendengarmu, Jeon Jungkook."
Bus yang kutumpangi terus melaju melewati beberapa persimpangan.
Suhu kota Seoul berangsur normal - walaupun masih terasa dingin. Tapi setidaknya matahari perlahan mulai menampakkan sinarnya lagi dan salju pun hampir sepenuhnya menghilang.
Akhir Bulan Maret. Itu artinya terhitung sudah hampir dua bulan aku melarikan diri walaupun kenyataannya bebanku sama sekali tidak berkurang. Tapi aku sudah cukup bersyukur untuk beberapa hal.
Terutama adalah kehadiran seseorang yang sangat amat membantuku, Jeon Jungkook.
Memikirkan nama itu membuatku seketika menoleh padanya. Lelaki itu tersenyum padaku hingga matanya hanya membentuk garis horizontal.
Konyol.
"Haha..." Entah apa yang membuatku tertawa saat melihat senyum gilanya itu. Yang pasti saat ini aku terlihat sangat bodoh.
"Apa yang kau tertawakan?" Tanyanya polos.
"Entahlah. Senyummu aneh."
Dia menatapku sok keji seolah menjadi tokoh antagonis dalam animasi Webtoon, "Geumanhae....Aktingmu buruk." (Berhentilah.) Ucapku yang berhasil mengundang tawanya.
"Jamkkanman, Jeon Jungkook-ssi..." (Tunggu sebentar) Ucapku terpotong.
"Waeyo?" (Kenapa?)
"Bukankah kampus kita tidak searah? Kenapa kau menaiki bus yang sama denganku?"
"Siapa yang bilang aku akan ke kampus? Aku tidak ada jadwal hari ini."
"Lalu?"
"Aku akan menunggumu di kafe dekat kampusmu sementara kau belajar."
"Waah..." Ucapku dengan mulut menganga."Hidupmu benar benar membosankan hingga kau terlihat senang sekali membuang buang waktumu."
"Akan lebih membosankan jika aku tetap berada di apartment dan hanya tertidur atau bermain game seharian. Untungnya aku lelaki bugar yang suka beraktivitas."
Aku memutar bola mataku malas. Dia selalu saja menyombongkan dirinya yang terlihat sempurna bahkan jika kenyataannya ia adalah seorang mafia.
"Kenapa kau selalu memutar bola matamu seperti itu, huh? Ingin kucolok rasanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA - Jeon Jungkook
FanfictionLagi. Mimpi ini lagi. Ini tidak benar-benar terjadi tapi mimpi ini membuatku marasa bahwa semuanya nyata. Aku merasa seakan masih di tengah mimpi itu bahkan setelah terbangun. Itu juga membuatku merasa seakan pagi tak akan pernah datang. Itu benar-b...