Setelah jejak telapak kaki itu terhapus ombak air laut, aku masih mengingatnya, ia menertawakan sesuatu yang tak kuingat jelas dimana lucu nya, tawa yang hambar, tawa yang tak berniat untuk tertawa, seperti itu, mengerti bukan?
Mungkin Dia tertawa pada dirinya sendiri, mengapa tak kunjung berpaling dari rasa sakit. Padahal jelas-jelas aku tahu ia menangis. Padahal ia sekuat itu, laki-laki yang tak pernah mengeluh.
Sejenak aku berpikir keras, bagaikan kekesalan pada penyelsaian singkat, aku dulu dipersulit untuk menentukan pilihan. Dimana dia? Dia tak kunjung kembali, seperti apa rupanya dia sekarang, akankah hatiku berdebar jika berada didekatnya lagi, seperti itu, seperti pertanyaan yang biasa terlontar saat telah jauh dari seseorang ter-istimewa-nya, pasti pernah terpikirkan, meski kadang hanya selintas, meski tak lagi menaruh hati
Dengan jelas kuingat ia pernah berkata:
"Kamu, kalo sedih ya kesini aja, teriak sama pantai, kalian sama-sama kesepian, mungkin kamu merasa lebih sedih, padahal laut kesepian setiap hari, ia bahkan bisu,"
Dia sempat bercerita padaku bahwa pantai itu kesepian, mereka butuh ditemani, apa bedanya dengan manusia yang kesepian, alam memang tidak bernyawa seperti manusia, tapi mereka berbicara dengan bahasanya sendiri, dia bilang juga merasa senang jika dibawa ke pantai, karena yang dia ingin menyepi berdua dan katanya sudah, aku tak boleh banyak bertanya-tanya. Aku pun menyetujui.
Namun kami berakhir, iya, tak bercakap lagi maksudnya. Karena kami sudah berada ditempat kami masing- masing, kembali ke kota asal kami maksudnya. Karena memang dari awal kami hanya berteman untuk mengobati rasa sepi.Satulagi, karena pertemuan dengannya, aku jadi gemar menulis lagi. Tentu bukan hal yang fantastis, aku dan berjuta-juta manusia didunia ini juga suka. Tapi, aku adalah aku.
Yang menulis karena menyukai seseorang, menulis karena hatinya dipatahkan, menulis ketika tersenyum, juga menulis saat melihat daun gugur di sore hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Batas, sajak.
PoetryUntuk kalian yang 'terlalu' pada seseorang, sampai situ saja, sudah, jangan diteruskan, nanti kau akan menyesal. Sajak adalah bait-bait nyawa cerita seseorang tentang hidupnya, dan batas adalah benar-benar akhir dari cerita itu sendiri. Seperti wakt...