15. Tentang Kepergian lagi

31 2 0
                                    

Ada sesuatu yang sialnya tak bisa tertinggal begitu saja ketika aku ingin pergi, menerka.

Ia mengikuti kemanapun aku beranjak menapak, aku berjalan bersamaan dengan keharusan, tetapi ia yang hatinya tidak bisa kutebak tetap bersama, mengapa?

Aku menghabiskan terlalu banyak waktu untuk hanya melihatmu, yang padahal tak bisa dirampas orang lain karena dengan sadar tak pernah aku miliki.

Karena sejatinya aku tetap merasakan salah bahkan saat senyuman lain mengenali aku lebih baik daripada jatuh cinta dan ragu yang bertengkar karena aku angkuh terlalu bimbang mengenang.

Aku tenggelam dalam pikir aku adalah orangnya, yang mungkin saja kau cari atau sedetik saja masuk dalam pikirmu.

Aku merasa sulit karena terbiasa berpikir senja tak menyukai siang yang terlalu terik dan malam yang terlalu gelap, aku lupa matahari bisa tertutup awan, aku lupa gelap bisa diterang bulan.

Aku merasa bodoh sesaat setelah tahu kau tak bisu, ada angan lain yang dapat kau raih saat aku memejamkan mata.

Aku ingin menyampaikan rinduku melalui pesan, namun aku mengatup rapat.

Sakitku bukan tentang menitihkan air mata, aku ragu dengan seberapa banyak yakin yang telah hancur.

Lalu sepintas wajahmu kembali menjadi bising yang indah mengganggu aku kembali melihatmu dan terhempas lagi oleh sakit.

Begitu lalu yang belaku.

Aku merasa rumit setelah menjadi bagian dari pikirmu, tetapi aku tetap tak jauh, aku ingin pergi.

Namun aku ingin kau tetap disana.



Syifania, 24 maret 2020.

Batas, sajak.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang