04. Muka Merah

174 34 2
                                    

.

Around Farewell

.

“Seungmi?!”

“Oh, Hana-ya?!”

Di perjalanan Seungmi yang berusaha melarikan diri dari Inseong ia malah bertemu dengan Hana, dan anehnya Hana menatapnya dengan tatapan heran sementara Seungmi membalasnya dengan tatapan bingung.

“Apa?”

Seungmi agak jengkel dengan scene tatap-tatapan mereka seperti di sinetron-sinetron yang bertebaran di televisi.

“Kau bilang tak mau keluar, menghindari Zuho...” Belum selesai Hana berbicara, Seungmi menyambarnya. “Ah!” Seungmi memekik cukup keras dan berlari kembali menuju kelas sebelum ia bertemu dengan salah satu dari Dawon atau Zuho.

Dan sialnya saat baru beberapa langkah Seungmi berlari ia mendengar namanya dipanggil. “Seungmi-ya!” Dawon, ya itu suara Dawon. Meskipun Seungmi belum sempat menoleh ia tahu pasti suara khas seorang Lee Dawon.

Oh. Kenapa hari ini ia begitu sial? Seungmi merutuk dirinya yang bahkan tidak bisa mengingat tujuaan utama ia meminta Hana membelikan makanan untuknya dan malah berakhir seperti ini.

Seungmi memekik pada dirinya sendiri. “Ah, Tidak!!” Dan berlari menuju kelas tanpa menoleh ke arah Dawon, bertingkah seolah Seungmi sama sekali tidak mendengar panggilan sahabatnya yang satu itu, sampai akhirnya ia sampai dipintu kelas.

Seungmi membukanya cepat dan berniat untuk melesat ke tempat duduknya, tapi langkahnya tertahan. Sebuah dada bidang menghalangi pandangannya.

Seungmi mengangkat kepalanya pelan, dan oh! Siapa yang sekrang ia dapati didepannya?

“Inseong-ssi?”

Seungmi gelagapan menatap Inseong dengan bingung dan sedikit malu. Oh ayolah! Dejak kapan Seungmi jadi gadis pemalu seperti ini? Tapi bagaimana Seungmi tidak malu? Yang sekarang ada dihadapannya adalah seorang Kim Inseong, sekali lagi Kim Inseong! Pangeran sekolah! Pewaris konglomerat! Ah! Bukankah situasi seperti ini mirip dengan apa yang selalu muncul di drama-drama  itu?

Waah.

Sementara di sisi lain Dawon yang berusaha mengejar Seungmi justru tertahan oleh Kim Hana yang berniat membantu Seungmi, setelah melihat reaksi Seungmi yang tetap berlalu meskipun Dawon yang ia kenal sebagai sahabat Seungmi memanggilnya.

Hana memejamkan matanya memanggil Dawon dengan nada tinggi, ia hampir berteriak. “Lee Dawon!” Itu membuat Dawon sedikit kesal dan membalas teriakkan itu tidak kalah kencang. “Ah! Kenapa?!”

Dawon menoleh dan menatap Hana intens, ya meskipun tatapan intens tersebut ia lancarkan karena rasa kesalnya yang mungkin sudah memncak. Dawon mendengus kesal sekaligus marah! Ia sedang buru-buru! Ada hal penting yang harus ia tanyakan pada Seungmi. Meski telah ditanya beberapa kali, Hana tidak merespon membuat Dawon semakin kesal. “Kubilang apa? Kenapa memanggilku? Cepat katakan. Aku sibuk!” Bagaimana tidak? Siapapun akan kesal saat ia berbicara dan orang yang ada dihadapanya hanya termangu tanpa sepatah katapun.

Sementara Hana? Dia menatap Dawon dengan mulut setengah terbuka dan bergumam ria. “Ah, tampannya.” air liur Hana bahkan hampir ikut menetes saat ia menggunakannya karena pintu mulut Hana tidak tertutup  sempurna.

Dawon memekik kaget. “Apa?!” Ia kaget dengan apa yang gadis di hadapannya gumamkan itu. Mungkin saja Dawon hanya salah dengar?

Hana tersenyum kikuk di detik berikutnya. “Ah, bukan apa-apa. Ha. Ha. Ha.” Hana mengusap tungkuknya yang bahkan tak gatal membuat Dawon melongo. “Aneh”

Dawon berusaha berlalu tapi tangan Hana mencegahnya. “Tunggu! Ada yang ingin aku bicarakan” Ucap Hana cepat dengan diiringi muka yang mulai  memerah.

Kembali pada Seungmi dan Inseong dengan posisi saling tatap dan jarak yang cukup dekat. Inseong terkikik pelan saat mendengar namanya keluar dari mulut Seungmi, ya ini hobi baru Inseong saat bertemu gadis satu ini; tersenyum. Hal yang sulit ia lakukan saat berada di rumah bahkan saat bersama Youngbin sekalipun.

Tetap dengan kikikan tampannya Inseong sedikit menutup mulutnya. “-ssi? Bukankah kita teman, kenapa kau menggunakan sufiks -ssi?”  Inseong sedikit kecewa, meski ia tetap setia dengan kikikan yang tidak tertahankan tanpa ada niat untuk menambah jarak antara wajah mereka, membuat Seungmi kurang fokus dan gugup.

Memang sejak awal Seungmi belum pernah memanggil Inseong dengan namanya, ia hanya memanggil Inseong dengan kata ganti orang kedua atau ketiga; ‘kau’  dan ‘dia’, ah! Terkadang Seungmi menyebut Inseong sebagai Putra Mahkota! Dan Pangeran sama seperti siswa-siswi lainnya. Meskipun Inseong sudah menyadarinya sejak awal, tapi ia tidak mau bertanya dan malah membuat mereka canggung. Sampai akhirnya Seungmi memanggil namanya walau menggunakan sufiks –ssi seperti saat ini.

Tapi bukannya mendapat jawaban, Inseong hanya mendapat tatapan yang sedikit-bisa dibilang aneh? Karena Seungmi sama sekali tidak berkedip dengan mulut yang sedikit ternganga. Ah seperti yang Hana lakukan pada Dawon, sayangnya yang satu ini lebih parah.

Mulut menganga Seungmi hanya bisa menyebutkan satu suku kata. “Hah?” Yang bermakna bahwa Seungmi meminta pengulangan apa yang ditanyakan Inseong. Sekali lagi mengingatkan, saat ini Seungmi sama sekali tidak bisa memfokuskan diri dengan yang Inseong bicarakan dan hanya fokus pada wajah tampan sang Pangeran.

Seungmi terlalu asyik menikmati pemandangan langka, mungkin hanya ia yang dapat menikmatinya seperti ini dengan jarak yang sangat dekat. Wajah seorang Kim Inseong, yang terkenal sebagai pangeran tampan seantero sekolah bahkan se-Seoul! Mana mungkin Seungmi bisa fokus pada hal lain saat keindahan alam tersaji dengan sedemikian rupa dan sulit untuk dielakkan?!

Ya tuhan! Mungkin air liur Seungmi sudah mulai menetes, karena gadis itu bahkan tidak punya kekuatan untuk menutup mulutnya!

Inseong yang khawatir sekaligus bingung mendekatkan wajahnya mencoba memerhatikan wajah Seungmi  yang sedikit memerah. “Kau kenapa?” Inseong yang khawatir dan menangkup wajah kecil Seungmi dengan kedua tangannya. Bagaimana ia tidak khawatir? Detik demi detik wajah seungmi semakin memerah.

Mungkin ia demam. Ya itu yang ada dipikiran Inseong tanpa memerdulikan gelagat Seungmi yang semakin aneh karena tangkupan tangan Inseong membuat kedua pipi Seungmi terasa hangat dan tatapan khawatir yang diluncurkan seorang Inseong padanya membuat hatinya berdegup tidak karuan, sedangkan Inseong? Ia terbutakan oleh rasa khawatirnya, agak mengenaskan memang.

Lalu Seungmi? Oh, Jangan tanya!

Sekarang mungkin jantungnya sudah bekerja dua, ah tidak, tiga, oh bahkan mungkin empat kali lebih cepat dari biasanya! Seungmi masih asyik dengan keindahan yang jarang ia temui ditambah kehangatan yang ia rasakan di kedua pipinya.

Ouh! Gadis berungtung!

Bahkan kini mata Seungmi berani memfokuskan diri pada bibir Inseong yang terlihat mengkilap lembab dan semerah ceri!
Kenapa bibir seorang pria bisa secantik ini?!

Sadar apa yang sedang Seungmi tatap, Inseong memegang ujung bibirnya memastikan. “Kau mau menciumku?”

“HAH?!”

.

.

[cerita berlanjut...]

.

.

Note:
Bagus! Adakah Pemirsa yang masih setia?!

Capek ya? Baca ulang dari chapter satu?
Ya, maaf~ aku kan pengen ngasih yang terbaik buat pemirsa!

Jadi, yang sabar ya?!
Aku revisi cerita ini juga sekalian buat dapetin feel yang dirasain tokoh-tokoh dalam cerita! Gitu!

Sekalian mengingat beberapa kejadian yang menjadi inspirasi terciptanya cerita ini!

So! Jangan bosen!
Terus baca!
Tidak boleh lupa tinggalkan KOMEN DAN VOTE!!

APAA?!!

!! KOMEN DAN VOTE !!

Iyak, betul! Pemirsa pinter-pinter!
Bangga deh~~

Ditunggu!
Dah! Pemirsa!
Muach! <3

Around Farewell ° SF9's Inseong °Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang