12. Pantas

66 12 0
                                    

.

Around Farewell

.

“Aku; Kim Inseong. Menyukaimu; Shim Seungmi. Bukan karena wajah bahkan harta, aku menyukaimu karena kau adalah Seungmi. Maukah kau menjadi pacarku?”

Seungmi menelan kering, ia melihat kesungguhan dan ketulusan dari mata Inseong, tapi apakah dia berhak menerima perasan semacam itu? Setelah semua yang ia lakukan terhadap Inseong? Menganggapnya sebagai putera mahkota tirani yang kejam, berusaha membunuhnya dengan cara paling kekanakan-catatan nama- dan Seungmi bahkan sempat menjauhi pria satu ini. apakah boleh?

Sangat berat, tapi Seungmi menghela napas singkat dan melepaskan pelan genggaman tangan Inseong. “Ini sudah malam, aku harus segera pulang.”  Seungmi menundukan kepala dan melangkahkan kakinya untuk menjauh dari Inseong. “Dongsoo dan Seungjoon pasti menungguku.” Gumam Seungmi dengan suara sedikit bergetar.

Inseong membeku. Bukankah Seungmi juga menyukainya? Bukankah barusan Seungmi sempat mengatakan bahwa ia yang ingin melakukan pengakuan? Lalu kenapa? Kenapa Seungmi melepaskan genggaman Inseong yang hangat? Segala kemungkinan telah Inseong pikirkan untuk alasan apa Seungmi melepasnya? Menolaknya?

Inseong menatap kosong Seungmi yang semakin menjauh. Sang putera mahkota kini berdiri lalu berusaha mengejar Seungmi dan saat Inseong akan menahan tangan Seungmi, gadis itu menghentikan langkahnya.

Masih tertunduk melihat sepasang sepatu yang hampir tiga tahun ini menemani langkahnya, Seungmi mulai meneteskan keringat mata. “Jangan menahanku.” Gumamnya masih dengan suara bergetar. “Aku tidak ingin menyakitimu.” Ringis Seungmi tidak kuasa dan bendungan matanya kini sudah didobrak oleh aliran air yang deras.

"Aku, aku. Aku tidak pantas untukmu,” isaknya keras. “Aku tidak seperti yang kau bayangkan.” Seungmi menghapus kasar air matanya dan bergegas meninggalkan Inseong yang terdiam tanpa kata.

Inseong lemas, kakinya tidak bisa diajak kerja sama. Ia ingin mengejar Seungmi, tapi kedua kakinya seperti tertanam dalam beton. Mata Inseong memanas, titikan air hangat mulai menetes di ujung matanya.

“Pantas?” gumamnya bingung. “Memangnya siapa aku? Sampai membuatnya menangis?” Sesal Inseong semakin bertambah karena kini ia hanya seorang pengecut yang tidak mampu menahan kepergian gadis yang ia sukai bahkan membiarkannya menangis sendirian.

“Aku, memang bodoh.”

.
.

“Seungmi-ya, kau yakin baik-baik saja?”  Ny. Shim khawatir melihat puteri sulungnya pucat pasi.

Seungmi tersenyum singkat dan memakan sup yang disajikan ibunya. “Aku tidak apa-apa Eomma. Ini hari pertama ujian akhir semeseter dua, aku tidak boleh melewatkannya.”

Suara Seungmi pelan, sungguh tidak ada semangat di mata Seungmi. Kejadian tiga hari lalu membuatnya jatuh sakit, karena gadis itu pulang berjalan kaki tanpa jaket saat udara malam sangat dingin, beruntung 3 hari kemarin sekolah sedang libur jadi Seungmi bisa beristirahat cukup di rumah.

Melihat puterinya yang semakin hari semakin kurus dan sakit-sakitan membuat sang ayah yang kini duduk di hadapan Seungmi merasa bersalah, jika saja sebagai seorang ayah ia bisa melindungi perusahaan dan keluarganya, Seungmi tidak akan seperti ini.

Tn. Shim menghela napas singkat. “Bukankah kau bisa mengambil ujian susulan?” tanya sang ayah. “Aku khawatir jika sakitmu makin parah.” Ujarnya pelan dan memberikan beberapa sayuran pada piring Seungmi. “Makanlah yang banyak dan istirahatlah lagi.” Saran sang ayah .

“Aku baik-baik saja, Appa. Aku tidak mau berdiam di rumah terus.” jawab Seungmi dan menyuapkan sayuran yang diberikan sang ayah. “Dan aku harus mengikuti ujian hari ini jika mau mempertahankan beasiswaku.” jelas Seungmi sedikit tertunduk. “Aku tidak mau merepotkan Eomma dan Appa.” Gumamnya.

Sebenarnya Seungmi merasa bersalah terhadap orang tuanya, ia sakit hanya karena masalah percintaan dan itu sangat memalukan dan ah, entahlah pikiran Seungmi sedang kacau.

Seungjoon dan Dongsoo hanya menatap sang kakak sambil menyantap sarapan mereka, sang ibu mengusap pelan puncak kepala si bungsu. “Kau tidak merepotkan, justru kami khawatir jika kau terus memaksakan diri seperti itu.”

Dongsoo si bungsu mengangguk setuju dengan perkataan sang ibu, membuat Seungmi menarik sudut bibirnya ke atas. “Aku tidak memaksakan diri kok.”

.
.

Seungmi terdiam menatap kertas soal di hadapannya, mengedipkan dan mengucek pelan matanya. “Ugh, kenapa mataku panas.”

Seungmi merutuk pelan. Memang sesaat setelah menerima lembar soal Seungmi sedikit kesulitan untuk mengoperkannya ke belakang, bahkan saat mencoba membaca soal pertama mata Seungmi tidak bisa difokuskan.

Seungmi menghela napas dalam, mengucek pelan matanya dan kembali membaca soal, dan itu berhasil! Kemudian Seungmi berusaha menuliskan jawabannya tapi si tangan tak mau bergerak sedikitpun, justru malah bergetar. “Ugh. Aku ini kenapa sih?”

Kesal, Seungmi yang tidak kuat, tanpa sadar meneteskan air mata, detik berikutnya tangan Seungmi semakin lemas dan pandangannya menjadi gelap.

‘bruuk’

“Seungmi-ya??!!”

“Shim Seungmi??!!”

.

.

[cerita berlanjut...]

.

.

Note:
Seungmi dodol! Kok malah ditolak!
Pake sakit segala! Lebay eh lah!

TT

Ya udah, Pemirsa KOMEN DAN VOTE aja!

Nanti ceritanya aku lanjutkan!

Ditunggu!
Dah! Pemirsa!
Muach! <3

Around Farewell ° SF9's Inseong °Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang