10. Keluarga

155 25 6
                                    

.

Around Farewell

.

“Seungmi-ya!”

Inseong memanggil Seungmi tepat di  depan wajah si gadis. Membuat orang yang dipanggil namanya itu kaget dan sedikit kesal.

Kenapa pria satu ini bertingkah aneh?

Sadar tindakannya membuat Seungmi tidak nyaman dan ekspresi si gadis sama sekali tidak cerah, Inseong sedikit menyerngit. "Ah, maaf.”

Seungmi membuat gesture kalau itu bukan masalah dan malah bertanya pada Inseong. Suaranya sedikit malas. “Kenapa?”  Bukannya Seungmi tidak menyukai Inseong yang mendekatinya. Tapi entah kenapa, akhir-akhir ini Seungmi terpikirkan hal yang sempat ia lupakan, membuatnya harus menjaga jarak dengan putera mahkota satu ini.

Inseong terdiam, sedikit ragu memulai percakapan. Seungmi muram, seolah tidak mau bicara dengannya, membuat Inseong semakin ragu dan menggelengkan pelan kepalanya. “Tidak, kurasa sekarang bukan waktu yang tepat.” Inseong sedikit kecewa.

“Memangnya apa?” tanya Seungmi agak penasaran.  Inseong menggeleng cepat. “Bukan apa-apa.”

.
.

Mengahmpiri sahabatnya, Hana merangkul Seungmi dan dan sedikit membentak. “Kau menjauhi Inseong?! Kenapa?!” Entah kenapa sebagai sahabat, Hana berpikir Seungmi itu terlalu polos atau bahkan bodoh dalam masalah kehidupan dan percintaan, padahal Seungmi cukup pintar dalam hal pendidikan.

Kenapa ia menghindari pria yang jelas-jelas menyukainya?

Seungmi menggeleng lemah. “Aku tidak menjauhinya.” Seungmi menatap Hana sendu  dan melanjutkan dengan  nada putus asa. “Aku hanya mencoba untuk menyadarkan diri.”

“Maksudmu?”

Hana merasa aneh dengan tingkah Seungmi yang belakangan selalu terlihat lesu. Hana menepuk pelan puncak kepala Seungmi. “Tenanglah, aku tahu hidupmu berat. Tapi, kurasa kau juga pantas mendapat kebahagiaan.”  Hana perlahan mempererat rangkulannya dan menepuk pelan pundak sang sahabat.

Seungmi tersenyum singkat dan membalas pelukan Hana. “Terima kasih."  Seungmi bersyukur mempunyai teman sebaik Hana, tapi detik berikutnya ia kembali menghela napas dalam. “Tapi, kau tidak tahu. Yang aku alami, kurasa sangat rumit.”

Seungmi menenggelamkan kepalanya di pundak Hana.

.
.

“Nak Inseong?” Ny. Shim memastikan pria yang menghampirinya benar-benar Inseong.

“Iya, Bu. Bagaimana kabar Ibu? Maaf aku baru sempat berkunjung lagi.” Inseong menyesal,  padahal ia sempat berjanji akan sering mampir ke kedai kecil ini, tapi nyatanya ia baru bisa datang lagi setelah hampir satu minggu.

“Tidak apa, Nak.” Ny. Shim menyajikan sup hangat dalap cup dan satu porsi teokkpeokki. “Makanlah, cuacanya dingin.”  Ny. Shim menepuk pelan pundak Inseong.

Inseong tersenyum, ia menangguk pelan dan menyeruput sup hangatnya. “Terima kasih, Bu.” Binar Inseong senang. Ny. Shim begitu hangat padanya membuat Inseong mengenang beberapa kenangan bersama sang Ibu. “Oh ya, Bu. Boleh aku bertanya?” Inseong  menyimpan sup hangat yang sedang ia nikmati dan menatap Ny. Shim cukup serius.

Ny. Shim tersenyum ramah. “Tentu, tanyakanlah. Tak perlu sungkan.”  Ia melirik sekilas teokkpeokki yang masih utuh dan kembali menyodorkanya pada Inseong. “Kenapa tidak dimakan? Tidak suka pedas?” Ny. Shim sedikit ragu. Pasalnya terakhir Inseong datang kemari, ia hanya sempat meminum sup hangat, bahkan itupun tidak habis.

Around Farewell ° SF9's Inseong °Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang