09. Janji

165 23 10
                                    

.

Around Farewell

.

Perhatian siswa-siswi di kantin tertuju pada Inseong dan pria tampan berambut merah muda, pria itu mengenakan seragam yang berbeda, semakin membuat penonton penasaran akan identitasnya.

Inseong menatap penuh selidik pada pria merah muda itu, sementara yang ditatap hanya tersenyum lebar.
“Apa yang kau lakukan disini?”

Mendapat tatapan yang semakin intens, si pria menghela napas singkat, namun masih mempertahankan senyumannya.
“Aku menepati janjiku!”

Mendengar seruan penuh semangat dan tatapan berbinar, Inseong menjadi geli dan terkikik karenanya. Sembari mencoba menahan tawa, Inseong bertanya. “Memangnya janji yang mana?”

Namun, pada akhirnya Inseong tidak
lagi menahan tawanya, menatap rambut merah muda pria di hadapannya dan senyuman lebar yang pria itu pasang membuat tawa Inseong semakin menjadi.

Mendecak dan mendengus, pria itu  mem-poutkan kedua pipinya. “Ish. Kurang ajar. Kau pura-pura lupa atau terkena amnesia?” Inseong semakin terbahak. Detik berikutnya pria di hadapan Inseong terdiam tanpa senyuman, membuat tawa Inseong terhenti seketika.

Pria itu mendengus kecil dan menyeruput jus jeruk yang sempat dipesankan Inseong untuknya. “Tugasku selesai, kau sudah tertawa. Huft. Asal kau tahu mewarnai raambut seperti ini membuatku kena skors selama tiga hari.”

Meski sedikit tidak percaya, Inseong kembali tertawa. “Aku tidak tahu kau akan seimut itu, Lee Jaeyoon. Aku menyukainya. Kenapa kau tidak lakukan itu sejak dulu?” Inseong terkikik, bahkan di sudut matanya mulai mengeluarkan bulir bening. Pria di hadapannya; Lee Jaeyoon, begitu imut dan lucu, setidaknya itu yang Inseong lihat.

Merutuk kecil, Jaeyoon mengacak rambut merah mudanya agak kesal. “Mudah bagimu berkata seperti itu. Tapi ini petaka bagiku.”

Inseong menarik napas, mencoba untuk behenti tertawa, karena ternyata tertawa membuatnya kelelahan. “Maafkan aku Jaeyoon-ah. Lagipula kenapa kau tidak pernah mengunjungiku? Kau membuatku sedih. Padahal aku merindukanmu.” Raut wajah Inseong menjadi agak muram, membuat Jaeyoon kembali memasang senyum lebar yang memamerkan dimple pipinya dalam yang begitu manis, dan itu berhasil membuat Inseong menarik kedua sudut bibirnya keatas.

Jaeyoon tersenyum puas melihat Inseong kembali tersenyum. “Aku juga merindukanmu.” Jaeyoon melirik singkat Inseong.

Jaeyoon meledak. Ia berbicara dengan nada yang tidak santai dan cukup tinggi, ia menunjuk-nunjuk Inseong kemudian mengacak rambutnya frustasi.
“Tapi kau yang membuatku tidak bisa kesini! Kau membuat persyaratan yang terlalu berat! Aku bahkan merelakan diri untuk di skors! Ough! Asal kau tahu! Aku membuat keputusan yang sangat besar disini. Eomma bahkan membentakku dan menanyakan kewarasanku karena aku mewarnai rambutku seperti ini!”

Sementara Inseong? Dia tersenyum tanpa memerdulikan tatapan siswa siswi yang mungkin mengartikan hal-hal aneh yang di luar batas normal.

Inseong mencibir dan menyubit pipi Jaeyoon gemas. “Kenapa? Kau sendiri yang membuat janji akan melakukan apapun untukku!” Senyum cerah tidak lepas dari mulut Inseong membuat Jaeyoon mau tidak mau ikut merasa senang dan tersenyum lebar, meski agak risih dengan cubitan di kedua pipinya.

Jaeyoon berniat sedikit balas dendam. Ia memainkan kedua pipi Inseong dan berkata dengan nada yang tidak kalah gemas. “Ogu-Ogu. Pangeranku yang tampan, semakin tampan saat tersenyum!” Sementara Inseong hanya menikmatinya dan tersenyum lebar. “Bukan Pangeran. Tapi Putera Mahkota.” Koreksi Inseong sembari melepaskan tangan Jaeyoon. Membuat Jaeyoon sedikit menganga.

“Heol? Siapa yang mengganti nama panggilanmu?” Tanya Jaeyoon tidak terima, justru membuat senyuman Inseong semakin cerah. “Ada, seseorang. Yang aku sukai”  Inseong  membayangkan tingkah Seungmi saat memanggilnya Putera Mahkota.

“Heol!”

Jaeyoon berseru tidak percaya. Pria dengan dimple saat tersenyum itu merasa sedikit kesal, ia bahkan harus mewarnai rambutnya untuk bisa bertemu dengan Inseong dan membuat sahabatnya yang satu itu kembali tersenyum.

Lalu apa? Seseorang bahkan bisa membuat seorang Inseong tersenyum hanya dengan membayangkannya.

Itu tidak adil.

“Kau juga harus mencari orang yang kau sukai dan kau akan tahu rasanya” Pamer Inseong dengan senyumannya. Jaeyoon menatap Inseong tajam. “Tapi aku menyukaimu.” Ujarnya dengan nada serius membuat Inseong terdiam. “Eh?” Inseong kebingungan.

“Tapi bercanda! Ahahaha” Jaeyoon terbahak puas. “Dasar! Kau membuatku merinding!” Geram Inseong dan sedikit mengelus tukuknya. Nyatanya ia memang takut akan hal itu; bagaimana jika Jaeyoon benar-benar menyukainya? Maksudnya dalam artian- ough! Sudahlah.

“Biarkan aku menginap di rumahmu!” Ujar Jaeyoon mambuat Inseong membelakakan matanya. “Tidak bisa!” Tolak Inseong keras. “Eh? Kenapa?! Kau tidak mau menampungku?” Tanya Jaeyoon tidak terima.

Inseong tersenyum kikuk “Aku juga sedang ditampung orang. Aku kabur dari rumah.” Jawabnya dengan nada malu, membuat Jaeyoon menggebrak meja cukup keras.

“Apa?!”

.
.

“Zuho-ya?”

Dawon mengerutkan dahinya saat ia melihat Zuho dengan rambut hitamnya, sementara yang punya rambut hanya melirik malas kearah Dawon.

Dawon mendekati Zuho. “Aku tidak salah lihat kan? Kau benar-benar Baek Zuho?”
Detik berikutnya ia menjambak rambut hitam legam milik Zuho. “Woah! Ini asli!” Seru Dawon tidak percaya itu membuat Zuho mendecih kesal. “Sialan! Aku melakukannya karena aku sudah berjanji!"

“Janji?”  Dawon ragu.

“Ya, dan aku sedang berusaha untuk tidak memukulmu saat ini, jadi diamlah! Jangan banyak oceh!”

“Zuho?”

Seungmi terdiam di dekat pintu melihat Zuho dan Dawon. “Kau, benar-benar Zuho?”Tanya Seungmi kembali untuk memastikan dan Dawon mengangguk pasti mewakili jawaban dari Zuho yang masih terdiam.

“Kan? Sudah kubilang! Kau sangat berbeda. Ahaha. Aku jadi teringat saat pertama masuk SMP!” Dawon tertawa mengenang kejadian sekitar 3 tahun yang lalu.

“Cih”

Decih Zuho seolah dia meremehkan Dawon dan Seungmi, tapi nyatanya; Zuho ikut tenggelam dalam kenangan mereka bertiga dan rasa penyesalan mulai muncul di dadanya, andai Zuho yang terlalu bodoh itu tak pernah menyatakan perasaannya pada Seungmi, mungkin saat ini mereka masih bisa bersama tanpa harus saling menyakiti.

Zuho mengangkat sudut bibirnya singkat. “Hal bodoh.” Dan memillih berlalu, tanpa peduli dengan jam pelajaran, lagi pula ia sudah sering membolos.

“Dia kenapa?” Tanya Seungmi pada Dawon, sementara yang ditanya mengangkat kedua bahunya. “Entahlah. Kupikir kau lebih tahu.”

“Hah? Maksudmu?” Seungmi sedikit kebingungan.

Dawon menghela napasnya pelan. “Kau yang membuat janji dengannya, tentu saja kau yang tahu pasti. Kan?”

Saat sadar sesuatu, Seungmi berseru cukup keras. “Ah! Janji!”  Kemudian rekah senyum menghiasi wajahnya. “Aku senang dia memenuhi janjinya.”

.

.

[cerita berlanjut...]

.

.

Note:

Aaww, Jaeyoon rambut PINK!
Zuho look so hot with black hair!!

Yuk pemirsaaa! Jangan lupa Komen dan Vote!

Untuk kesehatan kulit dan rambut kalian! Biar memesona seperti member sepgu! [What?!]

Wkwkwk!

Ditunggu!
Dah! Pemirsa!
Muach! <3

Around Farewell ° SF9's Inseong °Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang