08. Sungguh

158 28 0
                                    

.

Around Farewell
.

Inseong terdiam, ia baru tersadar saat udara semakin mendingin dan hari semakin gelap.

Ia menengadahkan kepalanya dan melihat sang bulan sudah menggantikan tugas sang matahari. Inseong menatap Ny. Shim yang masih sibuk melayani pelanggan yang datang ke kedai kecilnya itu dengan senyuman tipis. “Tujuanku terbelokkan.”

Inseong masih setia duduk dan memperhatikan. “Kurasa aku akan menemui Seungmi besok pagi saja.” Lanjutnya sembari berdiri dan membenarkan syal juga jaket yang ia pakai. Menghampiri Ny. Shim dengan senyuman.

Menghampiri Ny. Shim, Inseong berujar lembut. “Maaf, Bu. Aku akan pulang.” Ia mengenggam kedua tangan Ny. Shim, memberikan dua kantung Hot Pack yang mungkin bisa sedikit menghangatkan.

Ny. Shim sedikit mendorong tangan Inseong dan mencoba melepaskannya tanpa mengambil Hot Pack yang Inseong berikan. “Kenapa? Aku tidak perlu hal seperti ini. Ambil lagi. Tak baik anak muda sepertimu kedinginan hanya karena wanita tua sepertiku.”

“Tidak. Aku melakukannya karena aku punya lebih. Simpanlah oleh Ibu. Aku akan pulang.”  Inseong melepaskan tangannya dan berhasil memberikan Hot Pack pada Ny. Shim.

“Sampai jumpa! Aku akan sering berkunjung!” Inseong melambaikan tangannya dan berbalik saat ia menaiki motornya dan sedikit berteriak berharap masih bisa tredengar oleh Ny. Shim. Inseong tersenyum lebar, ia mengenakan helm dan melaju dengan motornya.

.
.

“Baru pulang?”

Sedikit melirik ke arah Inseong, Chani kembali pada keasyikannya; menonton tv dengan penuh camilan di meja, tangan bahkan mulutnya. Ah, jangan lupakan beberapa botol jus jeruk yang sudah kosong.

Inseong melirik agak jijik ke arah Chani. “Kau! Ough! Menjijikan! Bereskan, bocah!” Inseong berlalu menuju kamar Youngbin.

Chani mencibir. “Bereskan Bocah! Blah blah blah. Memangnya ini rumah siapa? Beruntung aku tidak mengusirnya.” Chani kembali fokus pada tv dan camilannya tanpa memerdulikan teguran dari kakak sepupunya itu. “Aku ‘kan juga mau menikmati hidup layaknya orang kaya.” Gumam Chani di detik berikutnya dengan raut wajah lusuh.

“Chani kenapa?” Tanya Youngbin  yang mendengar suara Inseong yang cukup tinggi. Inseong baru saja masuk dan menaruh tasnya, ia mengganti baju lalu melirik malas pada Youngbin yang sibuk memainkan Laptopnya ditemani beberapa camilan di kasur. Bayangkan saja. Hal itu membuat Inseong mengerutkan kedua alisnya kesal.

“Kakak dan adik sama saja. Kalian itu jorok! Ouh. Seharusnya aku pergi ke rumah Rowoon!” Sesal Inseong. Memang penyesalan datang selalu terlambat. Mungkin akan lebih baik jika Inseong menginap di rumah Rowoon; salah satu adik sepupunya, dia tipe orang yang bersih tidak seperti Youngbin dan Chani.

Youngbin mendelik. Ia melemparkan beberapa cheese ball ke arah Inseong. “Sana pergi! Jika kau mau, aku akan menghubungi Rowoon sekarang.”  Youngbin dengan cepat meraih smartphonennya.

Inseong langsung membentak tidak santai. “Yak! Jangan! Kau gila? Yang ada nanti malah pria tua itu yang menjemputku!”

Tentu, meskipun Rowoon salah satu adik sepupu yang baik, tapi dia terlalu baik bahkan penurut. Dia selalu mengadukan apa saja yang ia anggap salah pada orang yang ia pikir bisa menyelesaikannya.
Menyebalkan.

Youngbin tersenyum singkat. Ia menang. Youngbin berbicara penuh dengan nada kemenangan. “Kalau begitu jangan mengomentari hidup kami, tuan. Disini, kamilah rajanya.” 

Around Farewell ° SF9's Inseong °Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang