"Semudah itu?"
"Kenapa tidak? Lagian yang kuinginkan dari awal itu kamu. Tapi kamu terlalu cuek dan sibuk sendiri dengan teman-temanmu!"
Aku menggeleng. Kesal. Ingin sekali membantingnya. Terkadang aku bingung sama yang namanya laki-laki. Bisa-bisanya mereka bertindak semaunya. Berharap, semoga Kak Satria tidak pernah memiliki sifat seperti ini. Eh tapi, dia, kan jomblo? Hahaha. Aku terlalu terbawa suasana. Sampai lupa kenyataan bahwa dia tidak pernah membawa perempuan ke rumah.
"Apa Kakak tidak pernah berpikir bagaimana perasaan Calista?"
Kak Bryan tersenyum sinis. "Apa yang perlu dipikirkan? Dia sering keluar dengan yang lain di belakangku. Aku hanya salah satu koleksinya. Jadi ... Itu tidak akan membuatnya sakit hati."
Kak Bryan mencekal tanganku yang satunya lagi. Sialan! Mau apa dia. Memperdekat jarak di antara kami. Rupanya dia belum pernah kena kamehame-ku ya. Tendangan maut dan toyoran ke laut. Itu jurus-jurus yang kuberi nama sendiri. Apa dia lupa kalau aku ini anak taekwondo? Baru saja aku hendak bertindak, tahu-tahu ada suara.
"Menjauh darinya, atau aku akan menghajarmu!" Ryuji!
Kak Bryan terhempas mundur begitu kena hantaman dari sebelah. Wow! Ryuji terlihat macho saat melakukan adegan-adegan seperti pahlawan kesiangan di sinetron-sinetron. Baguslah kalau begini. Aku tidak perlu mengotori tanganku.
"Kamu siapa?" Kak Bryan mundur beberapa langkah. Menggeram.
Ryuji mengangkat sebelah alisnya, menatapku.
"Aku siapa ya? Yang jelas aku pacarnya." What? Bola mataku nyaris keluar. Bisa-bisanya dia ngaku-ngaku seperti itu.
Kak Bryan tidak juga menghajar. Dia seperti mengingat-ingat. Menyipitkan mata.
"Kamu? Purnomo?" gumamnya sedikit tergagap. Ryuji setengah membuka bola matanya. Cukup terkejut.
"Kau mengenalku? Ah, iya. Perkenalkan. Aku Ryuji Purnomo," katanya dengan pede selangit.
"Ma ... Maaf, Kak. Aku tidak tahu kalau, Alenta ini, pacarmu. Sekali lagi maaf! Aku berjanji tidak akan mengganggunya lagi." Kak Bryan terlihat gemetar. Dengan kalang kabut, ia segera menghampiri motornya, cabut. Aku melongo.
"Tidak apa-apa?" tanya Ryuji begitu motor Kak Bryan tak terlihat lagi. Aku menggeleng.
"Bagaimana kalian bisa saling kenal?"
Ryuji tersenyum. "Sebenarnya aku tau dia. Keluarganya teman bisnis Papa. Dan kami pernah bertemu dalam satu acara. Hanya ... Aku kurang yakin, jika itu ... Ehm ... Siapa ya, namanya ...." Ryuji menggaruk belakang kepalanya. "Bryan, kan?"
"Tepat!" seruku. Wow! Ternyata nama Purnomo begitu berpengaruh. Sampai membuat Kak Bryan lari terbirit-birit. Belum habis keterbengonganku. Ryuji membuka suara.
"Ayo, pulang!" ajaknya.
"Tunggu! Masih banyak pertanyaanku. Pertama, kenapa kamu tiba-tiba mengaku-ngaku sebagai pacarku, kedua kenapa kamu menjemputku?"
Ryuji membuang napas jengah.
"Apa perlu sekali kujawab?" katanya malas.
"Kalo tidak, aku akan mengadukanmu kembali ke Kakakku!" ancamku. Yang membuat Ryuji meremat tangan geregetan.
"Dasar tukang ngadu! Mana fitnah lagi," sungutnya. Aku terkekeh.
"Jangan Ge-Er. Itu spontanitas. Terbukti ampuh, kan? Kamu sama sekali bukan seleraku. Jadi, santailah." Ryuji menatapku meremehkan. Membuatku melotot.
"Kedua, hari ini Ghara pulang dari rumah sakit. Satria sibuk mengurusi. Jadilah aku yang diutus untuk menjemputmu."
"Apa? Ghara pulang? Kenapa aku tidak diberi tau?"
Ryuji mengangkat bahu. Tapi aku terkejut begitu ia menyentil dahiku dengan jarinya sampai berbunyi tuk!
"Aw! Apa-apaan ini!"
"Balasan untuk fitnah yang kemarin, anak nakal!" katanya terkekeh. Aku tidak terima. Mau membalasnya, tapi dia terlalu tinggi untuk ukuran tubuhku.
"Dasar pendendam!"
"Biarin!" Dia meleletkan lidah persis seperti apa yang pernah kulakukan padanya. Aku hendak mengejar, tahu-tahu tubuhku kehilangan keseimbangan dan terjerembab jatuh.
Ryuji balik badan, melihatku yang terjatuh. Bukannya membantu malah mentertawakanku. Sialan!
Aku berusaha bangkit berdiri. Saat kucek apa penyebabnya, ternyata tali sepatu yang tidak tahu diri ini, menjerat kakiku!
"Bahaha. Hukum karma sepertinya. Kesandung tali sepatu sendiri," ia terkekeh geli.
"Silakan tertawa sepuasnya!" Aku memutar bola mata jengah. Membersihkan lutut dan siku yang tertempel pasir. Juga rokku.
Ryuji melangkah mendekat. "Makanya, Non! Tali sepatu itu diikat yang bener!" tukasnya. Berjongkok di depanku mengikat tali sepatuku. Aku menunduk, memperhatikannya tidak percaya. Sedetik kemudian ia mendongak dan bertemu mata denganku. Kami terjebak dalam suasana bodoh ini.
"Liatnya biasa aja, kali. Entar jatuh cinta lagi!" Ia terkekeh geli. Membuatku cepat-cepat membuang muka.
"Ayo pulang!" Ryuji memberikan helm. Aku merampas kasar.
"Yaelah! Judes amat, Non!" katanya geleng-geleng. Dasar Ryuji! Kenapa selalu dia yang dipilih Kak Sat untuk menjemputku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Parcel Boneka Berdarah
Ficção Adolescente-Tek kotek kotek kotek. Anak senat ada sepuluh. Tek kotek kotek kotek. Mati satu tinggal sembilan.- Ada sepuluh nyawa. Ada sepuluh boneka ayam. Ada sepuluh lagu kematian. Alenta dan teman-teman berusaha mengungkap kasus pembunuhan anak-anak senat di...