APA KAMU MENCINTAINYA?

84 6 0
                                    

Pertemuan pertama? Berarti saat ... Aku berusaha memutar ulang ingatanku. Waktu itu, untuk pertama kalinya Kak Hans ikut Kak Satria menjemputku ke sekolah.

"Kenapa jadi rumit gini, sih! Tau ah!" Aku merasa frustrasi sendiri. Lebih baik aku meninggalkannya. Tapi tiba-tiba tangannya mencekal pergelanganku.

"Kamu bilang sakit saat melihatku dengan Marissa? Ta, itu berarti?" Kulihat matanya berkilat-kilat. Memercikkan harapan. Oh God! Mendadak jantungku berdetak lebih cepat.

"Sejak kapan?"

Aku tidak dapat membalas tatapannya. Membuang muka.

"Apa ini begitu penting?"

"Sejak kapan!" Kali ini ia mempertegas pertanyaannya. Aku menelan ludah.

"Sejak Kak Hans pertama kali ke rumah."

Ia tersenyum. Senyum yang begitu indah. Bahkan aku tidak pernah melihat ini sebelumnya.

"Itu berarti, aku mencintaimu satu hari lebih cepat darimu."

Ya, memang. Keesokannya setelah Kak Hans ikut Kak Satria menjemputku ke sekolah, ia datang ke rumah.

"Jadi selama ini kita?" Ia menyentuh pipiku. Tidak! Ini tidak benar. Maafkan aku Ryuji! Seharusnya aku bisa mencegah kejadian seperti ini. Aku menepis tangannya.

"Maaf, Kak. Saat ini aku milik seseorang!" Aku mendorongnya, menjauh. Dan melenggang pergi.

Sampai di pintu masuk rumah, aku melihat seseorang berdiri di sana.

"Kak ...." Tenggorokanku seperti tertohok. Ia tersenyum teduh. Ryuji! Aku berharap ia tidak mendengar obrolan tadi.

"Tumben lemes banget. Lagi PMS, ya?" Ia terkekeh. Aku menarik napas bersyukur. Sepertinya Ryuji tidak mendengar.

Aku melingkarkan tangan di pinggangnya.

"Lagi capek." Iya, capek. Capek main hati! Hah! Andai dia tahu betapa aku nyaris gila memikirikan ia dan sepupunya.

"Nih! Biar semangat lagi." Ia menyodorkan kantong kresek padaku.

"Apa ini?" Tak menjawab dan hanya tersenyum. Aku membukanya.

"Hiyaaa! Cokelaaat! Banyak bangeeet!" Mataku seketika menyala. Saat kulihat berbagai jenis cokelat hershey's di sana. Ryuji memang paling bisa membuat moodku balik lagi.

"Ayo, makan! Aku temenin," ajaknya. Ia hendak menarikku menuju gazebo belakang. Tapi aku buru-buru menarik. Bermaksud untuk mengajaknya ke ruang tengah. Karena ... Aku tidak ingin bertemu dengan Kak Hans. Tapi tahu-tahu Kak Hans menyembul dan melewati kami.

"Kak! Udah lama di sini," Ryuji menyapanya. Terlihat begitu manis dan santun seperti seorang adik.

"Barusan. Aku ke Satria dulu, ya!" Kak Hans melenggang pergi membuatku bernapas lega. Aku sengaja tidak melihatnya. Sampai kupastikan dia menghilang berbelok di koridor rumah.

"Kok Kak? Bukannya kalian seumuran?"

"Dia beberapa bulan lahir lebih dulu dariku. Di keluarga kami, membiasakan aku memanggilnya Kak." Aku hanya membulatkan bibir. Ryuji menarik bahuku menuju gazebo.

"Banyak banget, sih? Sengaja mau bikin program gendut buat aku, ya?" celetukku. Kalap memilih mau makan yang mana. Ryuji tergelak.

"Atau mau bikin aku ompong?"

Ryuji terkekeh. "Keren juga idenya. Kayaknya bisa dipikirkan nanti. Alenta yang gendut dan ompong."

Aku melotot padanya. "Jahaaat! Nanti aku ditinggal lagi, setelah sukses program penggemukan dan pengompongannya!"

"Nggak akan. Justru dengan begitu, lebih aman. Karena yang tertarik padamu, hanya Ryuji," ia tersenyum teduh. Dan akhirnya setelah susah payah memutuskan mau makan yang mana dulu, aku memilih nugget milk chocolate tofee and Almond.

"Awas, ya! Kalo nanti ditinggal!" ancamku.

"Nggak akan!"

"Janji?" Aku bertanya menggoda sambil menyodorkan sebungkus Hershey's. Ia tersenyum teduh, mengangguk.

"Bukain!" Tanpa komentar ia membukakan untukku.

Aku memakannya dengan rakus. Membuat ia sesekali tergelak melihat cara makanku.

"Ta, boleh aku bertanya?" Ia menaruh tangannya di bahuku. Aku mengangguk tak begitu peduli padanya. Sibuk dengan kunyahanku.

"Apa kamu tidak pernah jatuh cinta pada Hans?" Mendadak cokelat yang baru kutelan tercekat ditenggorokan bersama keterkejutanku. Sialan! Aku batuk-batuk. Membuat Ryuji lari-lari mengambilkan minum.

"Sorry! Pertanyaanku terlalu, ya?" Aku menenangkan diri setelah meminum air.

"Mau membunuhku!" kesalku. "Mana pertanyaannya aneh juga!"

Ia nyengir sebagai tanda perdamaian. Aku mendengus.

"Sorry. Nggak nyangka kamu bakal syock gitu. Jadi, Ta. Sejak dulu, setiap aku punya gebetan, selalu larinya ke Hans." Kudengar napas panjang darinya. Seperti sebuah kelelahan.

"Termasuk Marissa. Dulu dia temen SMA-ku. Terus terang, aku pernah menyukainya. Tapi, setelah bertemu Hans, dia bilang dia menyukai Hans. Sejak saat itu kuputuskan untuk melupakannya." Aku terdiam mendengarkan.

"Bukan hanya itu. Di keluarga, Hans selalu menjadi yang pertama. Di acara mana pun, ia yang akan lebih dulu diperkenalkan. Bukan aku. Entah kenapa aku selalu menjadi yang kedua. Tapi, aku menghormatinya selayaknya seorang Kakak. Meski kami tidak begitu akrab. Dan hanya berbicara seperlunya saja. Kadang aku iri pada Satria. Kenapa ia dan Hans bisa sedekat itu." Ryuji terdiam. Menarik napas panjang.

Parcel Boneka BerdarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang