:: BAB 1 - ZONA PATAH HATI ::

1.7K 68 55
                                    

'ZONA PATAH HATI' begitu tulisan di kertas yang ditempel di pintu kamar Rene, membuat Mia, sahabatnya mengerutkan kening sambil tangannya perlahan membuka pintu.

"Berantakan sekali." gumam Mia.

Ada tisu di mana-mana dan semua barang-barang di kamar itu tidak beraturan, seperti baru saja terjadi gempa bumi. Di balik gundukan selimut, Rene menangis tanpa suara.

"Dasar bodoh! Elo bolos sekolah dua hari, cuma gara-gara patah hati?" semprot Mia kesal sambil menarik selimut Rene secara paksa.

"Iya, masalah buat elo?" sembur Rene seraya merampas kembali selimutnya, lalu menyembunyikan wajahnya di balik selimut.

"Lihat gue, dodol!" Dengan kekuatan penuh, Mia menarik selimut itu, lalu membuangnya ke lantai.

Rene menunduk sedih sambil memeluk lutut, menyembunyikan wajahnya yang belepotan air mata.

"Harus ya elo kayak gini cuma gara-gara satu cowok?" tanya Mia menghakimi.

"Gue sayang dia, brengsek!" teriak Rene, kesal. Menampakkan wajahnya yang berantakan, basah penuh air mata dengan mata sembab dan rambut acakan.

"Salah siapa coba?" tanya Mia lagi dengan nada tinggi.

Rene menunduk sedih. "Salah gue." jawabnya tanpa suara.

"Siapa suruh elo keluar negeri, nggak ngabarin sama sekali. Pas pulang, bukannya jelasin semuanya, elo malah nuduh dia selingkuh. Mampus deh, diputusin! Ahahaa..." Mia kebablasan ketawa.

"Sialan elo!" Sebuah bantal dilempar dengan kemarahan ke wajah Mia. Hampir saja Mia jatuh karna posisinya yang duduk di tepi ranjang. Untung saja, ia bisa menahan badannya dengan memegang sprei.

Mia bersungut kesal, ingin membalas. Tapi begitu melihat wajah Rene yang tidak karuan, apalagi air mata yang mengalir di pipinya, Mia pun mengurungkan niatnya, ia tidak tega.

"Gue udah minta maaf kali, mana gue tahu itu sepupunya. Habisnya mereka mesra banget. Gimana gue nggak cemburu, coba?" jelas Rene, membela diri.

"Iya sih, gue ngerti. Cup-cup-cup. Jangan nangis lagi ya." Mia meraih Rene ke dalam pelukan sambil menepuk punggungnya, pelan.

"Kok elo meluk gue erat banget sih? Dan ini pertama kalinya. Elo nggak suka gue dalam artian jeruk makan jeruk kan?" tanya Rene tiba-tiba.

"Meskipun gue lagi patah hati, tapi gue masih normal." tambahnya sambil cengengesan.

"Kampret! Elo cari mati, hah?" Kali ini, kedua tangan Mia sudah menempel di leher Rene, plus tatapan tajam yang menusuk.

"Kalau kumati, kau juga mati. Walau tak ada, cinta... sehidup semati." jawab Rene sambil menyanyikan lagu Posesif milik Naif dengan irama yang pas.

Mia bergidik ngeri, lalu mundur perlahan. "Ren, udah minum obat blum?" tanyanya, memastikan.

"Belum." jawab Rene polos.

"Obatnya di mana?"

"Kata Mas Kafka, ada di laci meja."

Selang beberapa menit kemudian, Mia kembali dengan segelas air putih dan dua butir pil.

"Nih, minum dulu."

"Elo nggak nukar obat gue sama obat palsu biar gue cepat mati seperti niat terselubung elo tadi, kan?"

"Kampret!" Mata Mia membesar, melotot dan siap melahap Rene dalam sekejap.

"Ok-ok... gue minum obatnya." kata Rene buru-buru sebelum Mia mengamuk.

Ponsel Rene berbunyi. Jari tangannya sangat lihai menekan tombol demi tombol. Tapi tiba-tiba wajahnya berubah lagi dan seketika air mata kembali membasahi pipinya, bahkan tanpa ia sadari.

PRINCESS PATAH HATI (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang