HAN celingak-celinguk kiri kanan, kosong. Rene mengajaknya makan siang di salah satu restoran di hotel bintang lima, tapi cuma satu meja yang ada pengunjungnya, yaitu meja mereka. Selebihnya, kosong.
"Restoran ini milik keluarga aku. Lebih tepatnya sih, hotel ini milik keluarga aku. Jadi khusus hari ini, kakak aku nyewa restorannya cuma buat kita." ujar Rene menjawab kebingungan Han. Membuat cowok itu mangut-mangut mengerti.
Han berusaha bersikap santai karna hari ini ia berhadapan dengan calon kakak iparnya. Pertama kali lihat, Han sempat kikuk karna Mas Kafka, kakaknya Rene itu terlihat menakutkan. Tatapannya tajam dan terkesan irit bicara. Untung wajahnya menawan seperti adiknya, jadi tidak terlalu mengerikan.
"Sudah berapa lama kenal sama Rene?" tanya Mas Kafka pada Han sambil menunggu makanan dihidangkan.
"Kita bukan cuman kenal, tapi kita udah pacaran lebih dari satu tahun, Mas." Rene yang jawab.
Mas Kafka terkejut. Han tersenyum salah tingkah.
Rene melirik Bu Mayang yang duduk di sebelah Mas Kafka yang sejak tadi hanya diam saja.
"Mas Kafka sejak kapan pacaran sama Bu Mayang? Kenal dimana? Mama Papa tahu? Kok nggak pernah bilang sama aku?" tanya Rene untuk mengalihkan perhatian Mas Kafka dari Han.
"Sejak SMA." jawab Bu Mayang dengan gugup. "Kita dulu teman satu SMA."
"SMA?" Rene dan Han kompak terkejut.
"Trus, pacarannya sejak kapan?" desak Rene penasaran.
"Itu..."
"Hm..." Mas Kafka berdehem sambil menatap Bu Mayang seakan menyuruhnya untuk berhenti bicara.
Mas Kafka beralih menatap Rene. "Mas sudah lama ingin mengenalkan kamu sama Bu Mayang, tapi Mas sedang mencari waktu tepat. Mas tahu kamu sudah tahu semuanya dari informasi yang kamu dapatkan tentang Bu Mayang. Mas cuma minta satu, kamu mau memberi kesempatan Bu Mayang untuk mengenal keluarga kita dan menjadi bagian keluarga kita?"
Rene terdiam sesaat, sebuah ide tiba-tiba melintas di pikirannya.
"Oke. Mewakilkan Mama dan Papa, aku setuju dengan hubungan Mas dan Bu Mayang." ujar Rene.
Bu Mayang menarik nafas lega.
"Tapi, Mas nggak boleh ikut campur tentang hubungan aku sama Han. Kita pacarannya sehat kok." kata Rene lagi.
Mas Kafka mengangguk mengerti. "Ok. Mas percaya sama kamu."
Rene tersenyum senang sambil menatap pada Han yang langsung tersenyum padanya. Itu artinya, mereka dapat restu untuk pacaran.
"Mas, aku boleh minta satu permintaan lagi nggak?" tanya Rene ragu.
"Kamu mau apa?"
"Aku mau credit card aku dibalikin. Aku mau beli apapun sesuka hati, nggak harus lewat Pak Puguh lagi."
Mas Kafka mengangguk. Mengeluarkan dompetnya, ia memberi tiga kartu dengan warna yang berbeda pada adiknya itu.
"Tolong digunakan dengan baik. Jangan buat masalah lagi." kata Mas Kafka mengingatkan.
"Pastinya." Rene terseyum lebar sambil menerima kartu itu. Akhirnya, ia bisa jadi princess yang sesungguhnya.
--- ooo ---
MIA melamun sambil membayangkan moment tadi malam saat Rifki mengajaknya makan malam, mengantarnya pulang, bahkan mereka sampai telponan sepanjang malam.
Bahkan pagi ini, Rifki menjemputnya untuk pergi ke sekolah bersama. Untungnya, Rene berangkat lebih pagi karna ada sesuatu yang harus ia kerjakan sehingga Mia tidak perlu membuat alasan kenapa ia tidak bisa pergi ke sekolah bareng sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCESS PATAH HATI (tamat)
Novela JuvenilBercerita tentang seorang gadis populer bernama RENE MAURENNE yang sedang patah hati. Yang memutuskan hubungannya dalam perasaan masih sayang. Yang tidak bisa melupakan mantannya. Yang berharap bisa balikan lagi dengan mantannya. Yang tidak bisa men...