:: BAB 4 - KHAWATIR ::

511 26 20
                                    

LANGKAH Rene terhenti, tepat saat baru selangkah memasuki kantin yang sudah ramai dipenuhi murid-murid yang kelaparan. Rene berbalik seketika. Hampir saja, ia menabrak Mia yang mengikutinya dari arah belakang.

"Kenapa Ren?" tanya Mia kaget.

"Ssst!" Rene menarik tangan Mia dan mengajaknya bersembunyi.

"Kenapa sih? Elo kumat lagi? Kurang obat, hah?"

"Brengsek! Elo pikir gue gila?" Rene berkacak pinggang. "Tuh! Ada Han dikantin." katanya sambil menunjuk kedalam kantin.

Han duduk bersama tiga orang temannya. Mereka mengobrol sambil sesekali melemparkan tawa kecil. Khas anak cowok yang ribut banget.

"Terus?" tanya Mia tidak mengerti.

"Kesempatan. Gue bakal baca mantra ini sekarang." jawab Rene penuh semangat sambil mengacungkan selembar kertas ke wajah sahabatnya itu.

"Kan elo kumat lagi." komentar Mia. Tapi Rene tidak mendengarnya. Rene keburu masuk kedalam kantin dengan lenggak-lenggok bak model. Nyaris semua mata langsung tertuju padanya.

Ada yang menyapa dan ada yang hanya sekedar melemparkan senyum. Dan Rene membalasnya dengan senyum tipis. Sekedar basa-basi.

Rene Maurenne. Siapa yang tidak mengenal Rene? Gadis populer seantero sekolah. Sayangnya, cewek itu sedang patah hati.

Meja paling pojok dipilih Rene, meja yang berjarak tiga meja dari meja Han. Tak lama, Mia datang menyusul dengan wajah cemberut. Tapi Rene tidak peduli, ia sibuk dengan kertas mantranya.

Rene mencuri padang ke arah Han. "Sorry..." katanya tanpa suara. Lalu, ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya pelan. Tepat saat itu, Dodo, fans berat Rene datang mengacau. Membuatnya sekali lagi tidak bisa membaca mantra.

"Puding coklat buat Princess Rene tersayang." kata Dodo sambil menyodorkan kotak makanan pada Rene, plus senyum lebar yang tidak pernah ketinggalan.

Jika Debora selalu mengkhawatirkan Rene dari ujung kaki sampai ujung rambut, maka Dodo adalah pasangannya. Bahkan, Dodo tidak pernah absen membawakan bekal makan siang untuk Rene, sekalipun tanpa diminta sama sekali.

"Lagi-lagi penggangu." kata Rene, lalu membuang muka. Disaat bersamaan, pandangan Han tertuju padanya. Hanya dalam satu tarikan nafas, keduanya membuang muka secara bersamaan.

"Princess Rene nggak suka puding coklat?" tanya Dodo melihat Rene acuh tak acuh dengan kotak makanan yang ada di depannya.

"Mi, elo usir Dodo gih. Gue lagi malas pura-pura baik sekarang." kata Rene sambil mendekatkan mulutnya ke telinga Mia.

"Nggak bisa. Elo tahu sendiri Dodo orangnya kayak gimana. Males gue." bisik Mia pada Rene.

"Ayolah. Gue traktir elo apa aja seharian penuh deh." bujuk Rene.

"Elo aja. Gue traktir elo juga seminggu full." tolak Mia halus.

"Gue beliin elo tas baru deh. Itu tuh, tas kemaren yang pengen elo beli tapi kemahalan. Gimana?"

"Nggak ah, elo aja. Gue beliin elo gaun, plus sepatu dan tas. Kalau perlu se-toko-toko-nya deh."

"Brengsek! Elo ngajakin ribut atau gimana sih?" sembur Rene kesal, tapi masih dengan suara pelan. Untung, Rene ingat tempat. Jika tidak, ia sudah mengacak-acak rambut sahabatnya itu.

"Elo tahu sendiri, Dodo sebelas dua belas sama elo. Cengengnya minta ampun. Bisa-bisa gue kayak Ibu Tiri yang jahat kalau dia sampai nangis di sini." kata Mia membela diri, membuat Rene menyerah membujuknya.

PRINCESS PATAH HATI (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang