RENE membuka mata. Yang pertama ia lihat adalah Vasco dan teman-temannya mengelilinginya dengan wajah khawatir. Diliriknya tangan kirinya yang dibalut perban. Ah, sial. Rene hampir lupa, apa yang baru saja ia lakukan.
Rene masih mengingat dengan jelas ketika cewek bernama Sena memukul tangan kirinya sampai terluka. Untung saja, balok kayu yang ia gunakan sudah rapuh sehingga tidak sampai membuat tangannya patah. Jika tidak, cewek itu pasti tidak akan bisa bernafas lagi sekarang.
Vasco mendekat. "Neng, elo baik-baik aja?"
"Iya. Gue baik-baik aja." jawabnya dengan seulas senyum tipis.
"Neng, sorry ya, gara-gara nolongin kita, elo jadi terluka." kata Tiara merasa bersalah.
"Iya, kita juga mau minta maaf karna pernah bersikap kasar sama elo." timpal Siska.
Rene mengangguk kecil. "Santai aja, kita kan teman."
"Makasih ya." Tiara tiba-tiba menubruknya, meraihnya ke dalam pelukan.
Siska juga ikutan memeluk. "Elo tahu nggak, baru pertama kali, ada yang belain kita seperti lo." katanya sambil terisak.
Rene terdiam bingung. Ia tidak suka situasi seperti ini. Rasanya aneh ketika ada orang-orang yang peduli padanya, selain Mia dan sepupunya Samanta.
Rene menarik nafas lega ketika kedua cewek itu sudah melepas pelukan mereka.
"Oh ya Neng, tadi gue udah nelpon Mami lo. Bentar lagi dia pasti datang." kata Vasco memberitahu.
"Mami?" Rene bertanya bingung.
"Iya, Mami lo. Yang elo tulis Mami Bawel di kontak HP lo." jelas Vasco.
"Ow ow, mampus gue." Rene bangun seketika sambil mencabut paksa selang infusnya.
"Neng, elo mau kemana?" tanya Vasco khawatir ketika cewek itu sudah memakai jaketnya kembali. Sengaja, untuk menutupi perban di tangannya.
"Gue nggak suka di rumah sakit. Pulang aja yuk!" katanya sambil meraih tangan Vasco, mengajaknya keluar dari ruangan kecil yang pengap itu. Meski tidak mengerti, mereka semua mengikuti langkah cewek itu.
Rene baru saja menginjak lobi rumah sakit ketika ia melihat mobilnya baru saja berhenti di depan. Seperti yang ia tebak, Mia terburu-buru turun dari mobil.
"Rene Maurenne?" jerit Mia ketika Rene berusaha untuk kabur, tapi sial cewek itu keburu melihat wajahnya.
Rene diam mematung. Menunggu cewek itu mendekat.
"Harus berapa kali gue bilang, jangan melakukan hal yang aneh-aneh." kata Mia dengan wajah emosi.
"Gue nggak ngelakuin apa-apa tuh." balas Rene sambil mengalihkan pandangannya ke sisi lain.
"Lihat wajah elo. Elo habis berantem ya? Ajak-ajak gue kek, biar gue mampusin semua orang yang berani gangguin elo." Mia mengepalkan tangannya kuat-kuat.
"Kasih tahu siapa mereka?" matanya melotot tajam. "Kalian berdua ya pelakunya?" tunjuknya langsung pada Tiara dan Siska karna wajah mereka juga seperti habis berantem seperti halnya Rene.
"Bukan Mi." bantah Rene langsung. "Kenalin... mereka teman-teman gue."
Mia melirik mereka satu persatu. Dari penampilan mereka, ia sudah menarik kesimpulan. "Sejak kapan elo bergaul dengan anak-anak badung?"
Rene menarik nafas berat. "Mi..."
Belum sempat Rene melanjutkan kata-katanya, sahabatnya itu sudah menarik tangannya untuk berada di belakangnya. "Tetap di belakang gue, siapa tahu mereka berniat jahat."
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCESS PATAH HATI (tamat)
Teen FictionBercerita tentang seorang gadis populer bernama RENE MAURENNE yang sedang patah hati. Yang memutuskan hubungannya dalam perasaan masih sayang. Yang tidak bisa melupakan mantannya. Yang berharap bisa balikan lagi dengan mantannya. Yang tidak bisa men...