MIA menatap bingung. Rene berubah lagi. Ia memakai jaket hitam yang dikancing sampai ke atas. Rambutnya diikat dan poninya dijepit ke atas, plus topi yang menutupi sebagian wajahnya. Jika sudah begini, Rene pasti sedang stres. Memang sih, rumor tentang Rene semakin hari, berkembang semakin aneh, membuat Rene pun terlihat aneh.
"Elo yakin ke sekolah dengan dandanan kayak gitu?" tanya Mia saat masuk ke mobil dimana Rene sudah duduk duluan di depan kemudi.
"Kenapa? Masalah buat lo?"
"Nggak juga sih."
"Ya udah."
Rene memilih diam sepanjang perjalanan ke sekolah sambil fokus menyetir. Mia pun tidak berani berkomentar apapun karna Rene sedang sangat sensitif.
Sesampai di sekolah, Rene terlihat cuek. Sekalipun setiap kali ia lewat, selalu saja ada yang berbisik di belakangnya
Di kelas pun, anak-anak menatapnya aneh karna penampilan Rene yang seperti itu. Tapi tidak ada satu pun yang berani berkomentar. Bahkan, karna gosip yang terus beredar, anak-anak mulai menjaga jarak darinya. Termasuk Debora, yang belakangan selalu menghindar setiap kali bertemu dengannya. Mia sudah menebak, Debora cuma teman yang sebatas itu.
"Rene Maurenne!" teriak seseorang. Ketika menoleh, Samanta, sepupu Rene muncul di pintu kelas dan terburu-buru menghampiri mereka. Tidak lupa, ditemani dua sahabat setianya.
"Apaan topi itu, lepas nggak? Nggak cocok banget." Samanta yang memiliki sifat keras kepala melebihi Rene memang suka seenaknya.
Rene mengadah saat Samanta sudah berdiri di depannya. "Gue suka kok."
"Suka apanya? Lihat penampilan lo? Kucel, bukan Rene yang gue kenal."
"Kalau elo kesini cuma buat ngomentarin penampilan gue, pergi sana!"
"Ah, hampir gue lupa..." Samanta menunduk sampai sejajar dengan sepupunya itu. "Mau sampai kapan elo diam aja dengan gosip sampah itu?" tanyanya setengah berbisik karna sebagai sepupu, Samanta merasa gerah karna Rene tidak melalukan apapun.
"Gue kan nggak salah, kenapa gue harus pusing mikiran mulut orang-orang bodoh itu." jawab Rene dengan suara pelan.
"Elo juga..." kata Samanta pada Mia yang sejak tadi hanya diam saja. "Elo diam aja gitu? Apa gunanya lo sebagai sahabat?"
"Gue..." Mia jadi bingung mau menjelaskan apa.
"Samanta sayang, jangan buat gue tambah pusing." Rene bangun dan menatap tajam pada sepupunya itu.
"Sama gue aja elo berani melotot kayak gitu, sama yang lain gitu kek. Tapi... lihat elo diam aja kayak gini, ada dua kemungkinan. Pertama, elo nggak peduli karna elo memang nggak salah. Atau... ada sesuatu yang elo sembunyiin?"
Rene tersentak.
Samanta tersenyum senang karna tebakannya benar. "Gue kasih elo waku satu minggu buat beresin semuanya, atau... gue sendiri yang bakal bertindak."
"Iya-iya." kata Rene karna jika Samanta sudah mengambil alih, sudah pasti hal buruk akan terjadi.
Jika selama ini Rene selalu bermain aman untuk menjaga image-nya di depan seluruh murid. Sebaliknya, Samanta tidak segan-segan menggunakan kekuasaannya untuk mengancam siapapun yang berani mengusiknya. Hal itu juga yang membuat murid-murid tidak menyukai Samanta, sekalipun ia memiliki wajah cantik seperti Rene.
"Gue tunggu hasilnya." kata Samanta lagi, lalu menatap sahabatnya saling bergantian. "Yuk guys, balik ke kelas."
Seperti robot, kedua sahabatnya langsung mengikutinya sesuai perintah.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCESS PATAH HATI (tamat)
Novela JuvenilBercerita tentang seorang gadis populer bernama RENE MAURENNE yang sedang patah hati. Yang memutuskan hubungannya dalam perasaan masih sayang. Yang tidak bisa melupakan mantannya. Yang berharap bisa balikan lagi dengan mantannya. Yang tidak bisa men...