:: BAB 12 - PUTUS ::

331 8 0
                                    

DUA MINGGU KEMUDIAN.

Mobil berhenti. Rene buru-buru turun dari mobil dan menghambur masuk ke rumah.

"Selamat datang, Nona Rene." ujar para pelayan yang berbaris rapi di depan pintu utama untuk menyambut kedatangan majikan mereka, Rene dan Mas Kafka.

Rene hanya mengangguk sebentar, lalu nyelonong begitu saja menuju kamarnya di lantai atas. Membuat para pelayan saling pandang, bingung. Tidak biasanya, Rene terburu-buru seperti itu.

Sialnya, Rene yang tidak hati-hati tersandung dan jatuh, tepat di depan pintu kamarnya. Cairan merah keluar dari kaki kanannya. Meskipun begitu, Rene tidak peduli, ada sesuatu yang lebih penting dari itu.

"Hp gue!" jerit Rene sambil tergesa-gesa membuka laci meja. "Shitsss... mati lagi."

Kalang kabut Rene mencari charger. Setelah ketemu, ia langsung mengecas ponselnya, lalu menunggu beberapa detik agar ponselnya bisa menyala. Tapi, ia kelihatan tidak sabaran.

"Kok sibuk sih?" kata Rene saat ia berhasil menghubungi nomor Han.

Nomor yang Anda tuju sedang sibuk, begitu kata operator di telepon.

Berulang kali mencoba, jawabannya tetap sama. Rene pun menelepon langsung ke nomor rumah Han.

"Maaf Non Rene, Den Han nggak ada di rumah. Tadi sih pamitan sama Nyonya, katanya mau ke pesta teman." jelas pembokap Han di seberang sana.

Telepon dimatikan. Duh, Rene cemas sekali, ia tidak bisa tenang sebelum mendengar suara Han dan menjelaskan semuanya kenapa ia tidak pamitan dulu sebelum keluar negeri.

"Mi, elo tahu Han ada di mana?" tanya Rene langsung setelah teleponnya tersambung ke ponsel Mia.

"WAH! Ren, elo udah pulang?" jerit Mia senang. "Oleh-oleh buat gue ada kan? Gue langsung ke sana sekarang ya. Awas ya kalau elo pulang nggak bawa apa-apa buat gue." cerocosnya bikin Rene tambah emosi.

"Brengsek, jawab dulu pertanyaan gue. Han di mana?" tanya Rene nggak sabaran.

"Santai Ren, gue pikir elo bakal berubah setelah tinggal di luar negeri selama dua minggu. Eh, malah makin stres."

"Miii..."

"Ups! Ok, gue jawab. Nggak tahu, kan gue bukan babysitter-nya Han."

"Elo gimana sih, masa nggak tahu Han di mana? Kata pembokapnya, Han pergi ke pesta teman. Elo nggak diundang atau apa gitu?"

"Yee... jangan salahin gue dong. Elo sendiri pacarnya juga nggak tahu. BTW, kalau soal pesta, mending elo tanya sama ratunya. Itu tuh, si nyebelin Debora."

"Oke, thanks." Telepon diputus langsung.

--- ooo ---

RENE melangkah cepat sambil membawa beberapa foto di tangannya.

Dari kejauhan, tampak Han sedang menunggu dengan buket bunga mawar merah. Tepat hari ini, hari jadian mereka ke satu tahun. Seperti yang sudah dijanjikan sebelumnya, mereka akan ketemu di sebuah taman, lalu menghabiskan waktu bersama seharian penuh.

"Buat kamu." Han menyodorkan bunga pada Rene. "Apa kabar sayangku yang sudah dua minggu nggak ada kabar?" tanyanya dengan senyum mengembang, seolah tidak ada yang salah dan tidak ada apa-apa.

"Aku nggak suka basa-basi, siapa cewek di foto ini?" Rene meraih tangan Han dan menyerahkan semua foto yang ia bawa kepada cowok itu.

Han tersentak kaget. Di foto itu, ada Han bersama seorang cewek yang baru pertama kali Rene lihat. Mereka kelihatan mesra, gandengan tangan, cipika-cipiki, saling pandang dengan wajah bahagia, bahkan pelukan. Tentu saja, Rene jadi cemburu dan segera ingin tahu, siapa cewek itu?

Meskipun Debora sudah menjelaskan kalau cewek itu mungkin saja hanya teman Han yang tidak sengaja ia bawa ke pesta karna Rene tidak ada. Kan tidak mungkin Han ke pesta sendirian, tanpa pasangan.

Sekalipun begitu, Rene tetap tidak bisa menahan emosinya setelah Debora mengirim foto-foto itu padanya semalam. Bagaimana mungkin ia akan baik-baik saja jika Han beneran selingkuh darinya?

Han tergelak. "Hahaa... aku pikir kamu mau bilang apa. Dia sepupu aku. Nggak mungkinlah aku selingkuh." jelasnya santai.

"Oh ya? WOW!" Rene menatap tajam. "Semua cowok seantero dunia kalau ketahuan jalan sama cewek lain, pasti bilangnya sepupu. Basiii!" Rene tersenyum kecut. "Kalau udah bosan sama aku, BI-LANG!" katanya penuh penekanan.

"Hei, kok jadi marah gitu? Ini hari spesial buat kita, lupain hal-hal yang nggak penting dulu." ujar Han berusaha menenangkan Rene.

"Ini penting buat aku!" teriak Rene keras.

Han terpaku mendengarnya. "Kamu apa-apaan sih, kok jadi kayak anak kecil gini? Aku udah baik lho, nggak mau ngungkit kenapa kamu ninggalin aku selama dua minggu tanpa kabar. Aku pengennya kita baik-baik aja, senang-senang di hari annviversary kita. Tapi kamu malah nuduh aku selingkuh tanpa alasan."

"Anak kecil kamu bilang? Lucu ya. Kamu yang kekanak-kanakan. Baru ditinggal bentar aja udah selingkuh. Yah, mungkin aku salah pilih pacar. Ngapain aku pacaran sama adik kelas yang masih labil, yang suka kegenitan sama cewek." tambah Rene tidak mau kalah.

Han menarik nafas berat. Sebenarnya Han tidak ingin bertengkar hari ini, hanya hari ini, tidak bisakah?

"Aku nggak ngerti sama jalan pikiran kamu. Tapi, aku nggak suka kamu ngungkit soal perbedaan umur diantara kita. Aku tahu, aku satu angkatan di bawah kamu. Tapi dari awal, kita janji nggak akan ngungkit masalah itu. Intinya, aku capek dan aku nggak mau ribut lagi."

"Trus, kamu maunya apa?" Rene menatap tajam.

"Kita udahan aja..."

"Ya udah, kalau mau putus, ya putus. Repot banget sih." kata Rene emosi, lalu berbalik dan pergi begitu saja meninggalkan Han yang terpaku memandang punggungnya yang perlahan menjauh.

Rene masuk ke mobil dan tancas gas pergi.

"Apa-apaan sih, nggak banget deh ngajak ribut pagi-pagi. Udah tahu gue cemburu, eh malah dia pancing lagi bilang sepupu. Nggak bisa apa, dia kasih alasan yang masuk akal dikit? Sepupu? Itu mah basi. Kan gue jadi nggak percaya. Lagian cantikkan juga gue dari cewek itu. Pasti juga lebih tajir dan pintaran gue. HUH! Han nyebelin. Mana bilang udahan, kan gue jadi keceplosan bilang pu...tus? Hah?" Rene me-rem mendadak sampai kepalanya hampir terbentur ke stir mobil.

"Tadi gue bilang apa?" tanyanya pada diri sendiri. Ia baru ngeh dengan cerocos panjang lebarnya.

"Putus? Hah? Nggak. Gue nggak mau dan nggak mungkin mau putus dari Han." kata Rene lagi sambil membanting stir dan berbalik.

Rene berlari ke tempat terakhir ia meninggalkan Han tadi.

"Han." panggil Rene dengan nafas memburu. "Aku minta maaf. Aku nggak mau putus dari kamu."

Sepi. Han sudah pergi.

"Aku nggak mau putus!" jerit Rene tertahan. "Aku sayang kamu." Rene jatuh terduduk. Butiran air bening seketika membasahi wajahnya. "Aku nggak mau putus, nggak mau!"
-
-
-
-
#02/04/18

PRINCESS PATAH HATI (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang