Bab 48

2.3K 133 0
                                    

🌳Chongju

Song Yi dan Hae Min memulai pencarian pengrajin belati itu diluar kawasan ibukota. Hae Min berpamitan pada Song Yi karena akan mencari di daerah Yangju. Song Yi menitipkan surat untuk kakaknya lewat Hae Min. Setelah Hae Min pergi, Song Yi dan Nam Sanggung memulai pencarian.

"Permisi, Tuan. Boleh saya bertanya?" Tanya Song Yi pada seorang pria paruh baya yang sedang berjualan buku.

"Ada apa , Nona?" Pria itu balik bertanya.

"Apakah anda tau dimana ada pengrajin di daerah Chongju ini?" Tanya Song Yi

"Tentu saya tau, Nona. Di Chongju ini hanya ada 2 pengrajin. Yang satu rumahnya di dekat air terjun bernama Choi Jeong Su dan yang satunya lagi tinggal di kaki gunung bernama Jo Ji Song." Jawab pria itu

"Baiklah, terimakasih Tuan" sahut Song yi sembari membungkukkan badan.

Merekapun pergi menuju rumah pengrajin yang dimaksud pria itu. Namun, kedua pria itu mengatakan tidak pernah membuat belati seperti itu. Mereka berdua hanya pernah membuat pedang saja selama ini. Song Yi dan Nam Sanggung memilih untuk beristirahat sementara waktu di sebuah kedai sekalian makan. Mereka berdua sangat lapar.

"Nam Sanggung, bagaimana ini? Mengapa kita tidak bisa menemukannya? Apakah Hae Min dan Hye Song akan menemukannya?" Kata Song Yi dengan cemas

"Mohon anda tenang, Mama. Kita pasti akan segera menemukannya. Ingatlah, kebaikan tidak akan pernah padam oleh kejahatan" sahut Nam sanggung berusaha menenangkan Song Yi.

🌳Yangju

Hae Min menemukan banyak sekali pengrajin di Yangju. Ada sekitar 6 pengrajin ia temui disana. Namun, hasilnya nihil dan tidak menemukan titik terang mengenai kepemilikan belati itu. Setelah selesai mencari pengrajin-pengrajin itu, Hae Min mampir ke tempat Song Jo menjadi budak.

"Tuan Song Jo" panggil Hae Min sembari melambaikan tangannya pada Song Jo yang sedang mengangkat meja

"Ya, tunggu sebentar ,Nona Hae Min" kata Song Jo pada Hae Min di seberang jalan.

Song Jo meletakkan meja itu di tempat yang diperintahkan majikannya dan ia berlari menuju ke tempat Hae Min menunggunya. Saking semangatnya berlari, Song Jo terpeleset dan menubruk Hae Min hingga Hae Min terpojok ke dinding di belakangnya. Mata mereka saling bertatapan. Song Jo tersihir dengan pandangan mata Hae Min yang membius. Lain halnya dengan Hae Min yang merasa jantungnya berdebar-debar kencang. Hae Min buru-buru melepaskan cengkeraman Song Jo di kedua lengannya.

"Maafkan saya, Nona Hae Min. Saya tidak sengaja terpeleset hingga menabrak anda" kata Song Jo sembari membungkukkan badan.

"Tidak apa-apa , Tuan. Tak usah dipikirkan. Ohya saya datang dengan membawa surat dari Sejabin Mama untuk anda. Beliau sangat merindukan anda dan berharap anda membalas suratnya untuk mengobati rindunya pada anda" kata Hae Min sembari menyodorkan surat Song Yi

"Ah terimakasih telah membawakan surat ini, Nona. Mari ikut saya ke pondok saya. Saya akan membalas surat ini" kata Song jo mengajak Hae Min ke pondoknya.

Di dalam pondok, Song Jo mulai menuliskan kata-kata balasan untuk surat Song Yi. Hae Min yang duduk di hadapannya tak henti-hentinya mencuri pandang untuk melihat wajah Song Jo. Hae Min merasa ada sesuatu yang berdesir di dalam hatinya ketika melihat wajah Song Jo. Song Jo yang merasa dirinya diperhatikan oleh Hae Min merasa sangat gugup. Akhirnya Song jo selesai menulis surat balasannya.

"Ahh.. akhirnya selesai juga. Kutitipkan surat balasan ini padamu, Nona Hae Min" kata Song Jo sembari menyodorkan surat balasannya.

"Dengan senang hati saya akan menyampaikannya pada Sejabin Mama, Tuan" sahut Hae Min yang bangkit lalu pamit undur diri.

Setelah Hae Min keluar, Song Jo merasa bingung akan apa yang dirasakannya. Ia bingung mengapa jantungnya berdebar-debar saat berada dihadapan Hae Min. Song Jo berusaha menyadarkan dirinya bahwa Hae Min berstatus wanita milik putra mahkota karena masuk kandidat 3 besar putri mahkota.

🏯Ibukota

Hye Song menyamar menjadi seorang laki-laki dengan menggunakan pakaian rakyat jelata. Di ibukota sangat banyak terdapat pengerajin belati seperti itu. Hye Song memasuki satu persatu toko pengrajin itu. Semua mengatakan tidak pernah membuat belati seperti itu. Akhirnya tibalah Hye Song di toko pengrajin yang terakhir. Lokasinya ada di pinggiran ibukota. Hye Song masuk dan pura-pura melihat-lihat senjata yant dipajang di toko itu.

"Permisi, Tuan. Bolehkah saya bertanya?" Tanya hye Song

"Tentu saja boleh. Apa yang ingin kau tanyakan?" Tanya pengrajin itu

"Aku ingin menanyakan apakah kau pernah membuat belati seperti ini?" Tanya Song Yi sembari mengeluarkan belati tersebut dari balik bajunya.

"Oh ini.. iya ini buatanku.. ini satu-satunya di Joseon karena ini di desain khusus." Kata pengrajin itu sambil mengamati belati itu.

"Lalu, apakah kau tau siapa yang membuatnya, Tuan?" Tanya Hye Song

"Tentu aku tau. Aku ingat sekali menteri Kim memintaku membuatkan ia belati ini sekitar 7 tahun yang lalu. Tapi, ada apa kau menanyakannya?" Tanya pengrajin itu dengan bingung

"Ah tidak, aku menemukan belati ini di jalan. Kurasa ini barang mahal jadi aku harus mengembalikan pada pemiliknya. Terimakasih atas informasimu, Tuan. Saya permisi" kata Hye Song sembari membungkuk dan berlalu pergi.

Hye Song mempercepat jalannya agar bisa segera sampai istana dan melaporkan pada Ratu Choi. Namun , di perjalanan ia dicegat oleh sekelompok perampok. Mereka sepertinya ingin merampok Hye Song. Hye Song bingung karena ia tak membawa senjata.

"Serahkan uangmu!!" Kata perampok itu sambil menodongkan pedangnya.

"Maaf, Tuan. Saya tidak punya uang" kata Hye Song ketakutan

"Ah bohong! Hey kau! Cepat ambil uangnya!" Perintah ketua perampok kepada salah satu anggotanya.

Terjadilah rebut-rebutan tas yang dibawa Hye Song. Hye Song sekuat tenaga mempertahankan tasnya. Tiba-tiba, perampok yang menarik tasnya terjatuh karena ditendang oleh seseorang. Ternyata Pangeran Hyun yang menendangnya. Pangeran Hyun berkelahi melawan perampok-perampok itu dan dengan mudah mengalahkan mereka. Mereka pun lari kocar kacir.

"Maafkan hamba, Wonja Mama. Apakah anda baik-baik saja?" Tanya Hye Song dengan cemas.

"Tidak apa-apa, Hye Song. Melawan mereka seperti melawan semut" kata Pangeran Hyun sembari tertawa.

"Mari saya antarkan hamba ke istana, Mama" kata Hye Song menawarkan diri.

"Ah iya kebetulan aku juga mau ke istana. Sepertinya kau sedang menjalankan misi. Kurasa kau ingin bertemu Eomma-Mama" kata Hyun menebak.

"Benar, Mama. Saya akan menemui Jungjeon Mama" kata Hye Song

"Baiklah, kalau begitu mari kita bersama-sama berjalan ke istana. Tidak baik membiarkan gadis cantik berjalan sendirian di hari yang mulai gelap ini. Ayo!" Kata Pangeran Hyun yang duluan melangkah.

The Moon and The Sun [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang