Bab 51

2.4K 114 1
                                    

🏯Istana Putra Mahkota

Hwon berjalan menuju istananya setelah kembali dari rumah Song Yi. Hwon merasa harinya menyenangkan. Ketika ia memasuki gerbang istananya, ia melihat Hyo Rin sudah menunggunya disana. Mata Hyo Rin berbinar-binar menyambut kedatangan Hwon. Hwon hanya menatapnya dengan dingin.

"Apa yang membuat Sejabin ada disini?" Tanya Hwon tanpa menatap Song Yi.

"Hamba hanya ingin menemui anda, Jeoha. Bisakah kita berbicara di dalam?" Tanya Hyo Rin.

Hwon dan Hyo Rin masuk ke dalam. Kasim Han menyajikan teh bunga krisan beserta beberapa camilan. Suasana tampak sangat dingin. Hyo Rin lalu memulai pembicaraan.

"Jeoha, hamba dengar anda kemarin keluar istana malam hari. Jika boleh hamba tau, anda pergi kemana? Hamba sangat khawatir pada anda" tanya Hyo Rin dengan nada cemas.

"Wah ternyata Sejabin memiliki kepedulian juga. Tenang saja, aku hanya melihat keadaan rakyat saja diluar istana saja lalu aku memutuskan untuk tidur di luar istana karena sudah terlalu larut. Kau jangan khawatirkan aku, Sejabin" kata Hwon dengan nada sinis.

"Syukurlah jika anda baik-baik saja, Jeoha. Hamba bahkan sampai tidak bisa tidur memikirkan anda" sahut Hyo Rin

Hyo Rin sejujurnya tidak percaya dengan alasan yang Hwon berikan. Namun, ia hanya menyimpannya di dalam hati kecilnya. Ia tidak berani membuat Hwon marah. Lebih baik ia menyelidikinya.

"Ada apa, Sejabin? Apakah kau memikirkan sesuatu?" Tanya Hwon dengan nada sinis.

"Tidak, Jeoha. Hamba baik-baik saja" sahut Hyo Rin berusaha menampilkan senyum termanisnya.

"Ohya sekali lagi aku ingatkan agar kau tidak lupa, jangan pura-pura cemas terhadapku. Kau tidak akan pernah mendapatkan hatiku. Lebih baik kau pergi dari hadapanku sekarang!" Bentak Hwon dengan penuh amarah.

"Cukup, Jeoha!!" Hyo Rin tak kuasa menahan emosinya lalu menangis.

Hyo Rin membiarkan emosinya tumpah lewat tangisannya. Hyo Rin tak mampu berkata-kata selama beberapa saat. Hanya gema tangisan yang terdengar.

"Jeoha, apakah anda tau? Saya selalu menunggu hati anda terbuka untuk saya. Saya selalu berusaha menjadi pendamping anda. Tapi apa? Anda hanya memikirkan gadis yang sudah mati itu. Dia sudah pergi dari sisi anda selama 7 tahun. Sayalah yang menemani anda selama ini, apakah anda lupa? Saya juga wanita yang punya perasaan. Saya mencintai anda. Tapi anda selalu melakukan hal-hal buruk pada saya. Anda sangat dingin dan kasar pada saya. Apakah anda tidak memikirkan sedikit saja perasaan saya? Kalaupun anda tidak pernah mencintai saya, setidaknya anda jangan mengasari saya setiap saat. Saya juga manusia, Jeoha" kata-kata itu mengalir dari mulut Hyo Rin.

Hwon mendengar itu dengan mulut ternganga. Ia tak menyangka selama ini Hyo Rin tulus mencintainya walaupun ia tau Hyo rin sangat haus kekuasaan. Hwon merasa kepalanya pening dengan semua ini. Tanpa aba-aba, Hwon memeluk Hyo rin untuk menenangkan dirinya. Sekedar pelukan untuk memulai pertemanan, tidak salah kan? Hyo Rin pun menangis di pelukan Hwon.

🏘Rumah Han Dae Geum

Song Yi sedang menyapu halaman dibantu Nam Sanggung. Tiba-tiba, pintu gerbang terbuka dan sesosok laki-laki muncul dihadapan Song Yi.

"Dae Geum-ah!!" Seru Song Yi sumringah

"Song Yi-ah, aku pulang" kata Dae Geum sembari bergegas memeluk Song Yi

"Syukurlah kau pulang dengan selamat" kata Song yi sembari tersenyum.

"Aku juga senang kau baik-baik saja selama aku tinggal" kata Dae Geum sembari menepuk pundak Song yi.

"Baiklah, kalau begitu masuklah ke dalam. Aku akan menyiapkan makanan untukmu" kata Song Yi sembari masuk ke dapur.

Dae Geum masuk ke dalam rumah dan melepas penat sejenak. Dilihatnya Song Yi dengan cekatan menyiapkan makanan di dapur. Sebenarnya, Dae Geum pergi ke Qing untuk membuatkan Song Yi cincin dari batu safir yang akan digunakan Dae Geum untuk melamar Song Yi. Kebetulan, batu safir itu hanya ada di Qing saja sehingga ia harus pergi ke Qing untuk memesannya.

"Makanan sudah siap" seru Song Yi sambil memasuki ruangan dengan membawa makanan.

"Wah baunya enak sekali. Pasti sangat lezat" puji Dae Geum

"Makanlah" kata Song Yi menyuruh Dae Geum makan.

Dae Geum makan dengan lahapnya. Ia sangat rindu akan masakan Song Yi. Setelah selesai makan, Dae Geum membantu Song yi mencuci piring. Mereka pun bercanda ria dengan air cucian piring. Dae Geum mengagumi Song Yi yang masih terlihat mempesona walaupun terkena cipratan air sana sini.

🏯Rumah Sakit Istana

Hye Song mendatangi Rumah Sakit Istana. Semua perawat yang ada disana menunduk memberi hormat. Hye Song berkata ingin bertemu Tabib Min. Seorang perawat mengantarkannya. Dilihatnya Tabib Min sedang meracik obat.

"Paman" panggil Hye Song

"Maaf. Siapa kau?" Tanya Tabib Min bingung

"Kau melupakanku? Aku Min Hye Song, anak dari kakakmu, paman" sahut Hye Song

"Apa kau bilang? Bukankah Hye Song sudah meninggal?" Tanya Tabib Min yang semakin bingung.

"Ayo kita bicara di dalam saja, paman. Aku akan menceritakan semuanya" sahut Hye Song sembari melangkahkan kakinya menuju kamar tabib Min.

Setelah masuk ke dalam ruangan, Hye Song menceritakan semuanya. Tabib Min sangat terkejut keponakannya ini masih hidup. Tabib Min memeluk Hye Song dan berkata ia sangat menyesal tidak menemukan Hye Song lebih cepat.

"Baiklah, Hye Song. Aku akan mengungkapkan kesaksianku kepada Jeonha bahwa sukbin Kim lah yang menyuruhku mengaku bahwa Tuan Cheon yang menyuruh menaruh Ban Ha dalam obat Jeonha. Ini semua kulakukan demi kau dan demi memenuhi perintah Jungjeon Mama. Sampaikan permohonan ku pada Jungjeon Mama agar menjamin keselamatan keluarga kita" kata Tabib Min dengan tulus.

"Tentu saja, paman. Terimakasih karena paman mau membantu kami. Nanti aku akan menghubungi paman lagi. Sekarang aku harus kembali ke biro penyelidik dulu. Permisi, Paman" kata Hye Song pamit undur diri.

🌳Pengasingan Yangju

Hae Min ditugaskan untuk memberikan informasi mengenai perkembangan penyelidikan ini kepada Orang tua Song Yi dan kepada kakak Song Yi. Hae Min lebih dulu pergi ke Uiju untuk menyampaikan informasi mengenai ini. Setelah itu, Hae Min bergegas menuju pengasingan Yangju. Hae Min melihat ke arah langit dan melihat langit mulai sore. Hae Min lalu memutuskan untuk melalui jalan pintas agar lebih cepat sampai ke Yangju. Hae Min memutuskan melewati jalan setapak yang cukup lengang dari pemukiman penduduk. Di sepanjang jalan hanya terdapat gudang penyimpanan barang yang sangat jarang dikunjungi.

"Mau kemana kau, Nona" seru seorang laki-laki dengan diiringi kemunculan 3 laki-laki lainnya.

"Siapa kalian!" Teriak Hae Min berusaha menutupi rasa takutnya.

Para laki-laki itu tertawa terbahak-bahak. Hae Min memperhatikan kondisi fisik para laki-laki itu dan menyimpulkan bahwa mereka sedang mabuk. Hae Min merasa dirinya sedang ada dalam bahaya saat ini. Hae Min tak henti-hentinya merutuki dirinya sendiri yang memutuskan melewati jalan sepi ini. Para laki-laki itu mulai menarik-nari tangan Hae Min. Hae Min sekuat tenaga memberontak dan berteriak minta tolong. Tiba-tiba, ada seorang laki-laki yang menendang laki-laki yang menarik-narik tangannya hingga jatuh tersungkur. Ternyata itu Song Jo! Hae Min senang karena ada yang menolongnya.

"Jika kalian merasa pria, hadapi aku. Jangan berani pada wanita saja!" Seru Song Jo dengan ganas.

"Kau cari mati ya? Serang bocah ingusan itu!!" Perintah seorang pria mabuk tersebut.

Perkelahian pun terjadi. Song Jo dengan mudahnya mengalahkan keempat laki-laki mabuk itu. Para pemabuk itu lari kocar-kacir karena sudah babak belur. Song Jo menghampiri Hae Min dan memastikan Hae Min baik-baik saja.

"Terimakasih Tuan telah menolongku. Ohya aku kesini ingin menyampaikan perkembangan penyelidikan kami. Apakah kita bisa mencari tempat untuk bicara?" Tanya Hae Min

"Tentu saja, mari kita ke kedai. Kita bicara sekalian makan" ajak Song Jo dengan mendahului langkah Hae Min.

The Moon and The Sun [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang