Gadis Beruntung #part 7

3K 214 2
                                    

Oleh: Anik Norafni

Yang di FB sudah saya salin kesini ya biar mudah bacanya. Maaf jika masih banyak typo.
Jangan lupa bintangnya ya.
Happy reading

~~~~~¤¤¤~~~~~

Tok tok tok

Suara pintu deketuk dari luar ruangan tempat Fani dirawat.

"Siapa Ma? Kalau mereka berdua ngapaon pakai ngetuk pintu." Suara Fani yang bertanya pada sang Mama.

"Nggak tau sayang. Bentar Mama bukain dulu." Siska berjalan keatah pintu dan membukanya.

Kriek

"Oh kamu Fan." Suara Siska setengalah tahu orangnya.

"Selamat siang Tante. Boleh saya masuk?." 

"Boleh silahkan." Siska membuka pintu lalu mempersilahkan tamu itu masuk.

"Kak Irfan." Suara Fani setelah mengetahui siapa yang datang.

"Siang Dek. Gimana keadaannya? Sudah baikan. Maaf baru bisa besuk, pagi hari aku langsung ke singapur. Ini saja baru dari airpot." Suaranya sedikit khawatir dengan keadaan Fani.

"Alhamdulillah Fani sudah baikan Kak. Makasih sudah datang." Suara Fani sambil tersenyum.

"Oh iya. Ini buat dek Fani." Irfan-lah pemuda itu, setibanya dari Singapure langsung mwnuju ke rumahsakit tempat Fani dirawat. Ia membawakan sebuket bunga mawar serta parcel buah.

"Makasih Kak. Malah ngrepotin."

"Nggak kok. Buat calon istri, apa yang nggak sih." Suara Irfan sambil tersenyum.

Sebenatnya Irfan tidak kalah gantengnya dengan ketiga kakak Fani. Tetapi yang menjadi dilemanya saat ini adalah Mami Irfan yang memandang derajad seseorang dari harta.

"Maafin Fani ya Kak. Semoga siatu saat nanti kak Irfan mendapat perempuan yang lebih baik dari aku." Fani meminta maaf karena telah menolak lamarannya beberapa hari yang lalu.

"Sudahlah dek. Nggak masalah kok." Jawabnya santai sambil tersenyum.

"Kak Irfan nggak marahkah sama aku. Atau malah orangtua kak Irfan yang marah.?." Suara Fani lirih.

"Aku nggak marah. Buktinya aku kesini kan." Jawab Irfan jujur.

"Fani juga mau minta maaf sama orangtua kak Irfan. Jangan sampai gara-gara Fani hubungan orangtua kita renggang kak. Apalagi sampai memutus tali silaturahmi.  Jika memang Fani yang jadi penyebabnya, Fani nggak apa-apa jika harus balik ke kampung demi persahabatan Papa dan om Harun." Suara Fani sambil menitikkan airmata. Dia benar-benar akan pergi jika sampai hubungan kedua sahabat itu renggang. Hermawan dan Harun sudah berteman dari SMP sampai sekarang.

"Kamu bicara apa sih. Papa nggak ada masalah sama Harun." Suara sang Papa setelah mendengar curahan hati anak gadisnya itu.

"Om juga tidak akan memutus persahabatan cuma karena lamaran ditolak." Tiba-tiba dari arah pintu masuklah sepasang suami istri. Papi dan Mami Irfan datang setelah Irfan menghubungi dan memberi alamat Fani dirawat lalu menyusulnya. Setelah sampai di depan pintu mereka tidak langsung mengetuknya, melainkan mendengarkan Fani berbicara.

"Om, Tante." Suara Fani sedikit kaget melihat mereka datang tiba-tiba.

"Persahabatan kita tidak akan terhalang meskipun kalian tidak berjodoh." Suara Harun yang sambil merangkul bahu Hermawan.

"Makasih Om dan Tante." Suara Fani terharu. "Beneran nggak marah atau tersinggung dengan keputusan Fani itukan." Lanjutnya lagi.

"Tidak Nak. Justru Tante mau minta maaf karena dulu sempat berburuk sangka sama kamu." Suara Vera pada Fani.

"Nggak apa-apa Tante."

"Kita juga nggak kesinggung masalah kemaren kemaren. Buk tinya kemaren kita juga masih arisan bareng kan jeng." Suara Vera pada Siska. Siska tersenyum menanggapinya.

"Orang yang lamarannya ditolak saja pantang mundur kok. Pantesan anak tante ini kepincut, selain cantik wajahnya juga cantik hatinya." Suara Vera memuji Fani.

"Makasih Tante." Suara Fani tersenyum malu.

Drrrt.... drrrttt...

Suara ponsel Fani menandakan ada panggilan masuk.

"Maaf semua, Fani angkat telpon dulu ya. Dari kak Miko." Ia meminta ijin pada semua yang ada disana. Setelah mendapat anggukan dari semuanya Fani mengangkatnya.

"Iya Kak. Kenapa?."

"Sorri dek pesenanmu nanti sore ya. Kita lupa kalau ada pertemuan, moga-moga deal nanti kalau deal tak beliian sepuluh bungkus deh." Suara Miko disambungan telpon.

"Ya udah. Nanti sore Fani tunggu kakak hutang loh sama Fani. God luck my brother's."

Fani menutup sambungan itu.

"Kak Ardi sama kak Miko balik kantor Pa. Katanya ada meeteng mendadak." Suara Fani menjelaskan.

Setelah itu mereka saling mengobrol dan tak lama Irfan dan kedua orangtuanya pamit karena jam istirahat buat pasien.

Bersambung...

***

Tunggu part selanjutnya ya.

Karanganyar 28 desember 2017

Gadis Beruntung (Novel Sudah Bisa Dipesan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang