Gadis Beruntung #part 12

2.8K 214 5
                                    

Oleh. Anik Norafni

Sebelim baca jangan lupa jempolnya. Biar makin semangat melanjutkan ceritanya. Happy reading.

~~~~~¤¤¤~~~~~

Jedug.... jedung... jedung

"Braaak" suara bola masuk kedalan ring basket.

Ya... pagi ini Fani disuguhkan pemandangan yang sangat menakjubkan. Pasalnya, ketiga kakaknya sedang bertanding basket dilapangan belakang rumah mereka.

Ketiganya sepakat memakai kaos tampa lengan yang memperlihatkan otot lengan ketiganya.

"Ya Allah. Jika setiap hari hambamu ini Engkau uji keimanan dengan melihat ciptaanMu yang sangat mengagumkan seperti mereka.

" Apakah hamba bisa lolos uji ya Allah." Suara hati Fani yang memuji ciptaan yang Maha kuasa didepannya.

"Buuuuk......aawww." suara bola basket mengenai punggung Fani ketika akan pergi masuk kembali kedalam rumah. Dan seketika dia menjerik kaget karena ketimpuk bola.

"Siapa tersangkanya?." Teriak Fani sambil membawa bola ditangan kanannya dan tangan kiti diletakkan ke pinggang. Seakan dia marah pada si-pelakunya.

"Maaf dek. Aku kurang konsen." Suara salah satu kakaknya yang mendekat kearahnya Andi-lah orangnya.

Ketika itu kemarahan Fani lenyap ditelan bumi.

"Eh... iya kak. Nggak apa-apa. Nih bolanya." Fani melempar bola lalu Andi menangkapnya.

"Ayok maen juga dek." Ajaknya pada sang adek.

"Aduh. Fani nggak bisa main basket kan kak." Jawabnya jujur.

"Nanti aku ajarin dek."

Mereka bertiga masih asyik dengan kegiatan berebut bola dan memasukkan kedalam ring. Fani mengamati setiap gerakannya.

Andi melakukan gerakan slamdown (maaf kalau salah nulis) gerakan yang sangat memukau dan bikin hati lawan jenis meleleh.

"Ya Allah. Apakah hamba kuat menjalani ujian ini setiap harinya. Tolong bantu Fani agar bisa bertahan dan tidak khilaf ya Allah." Fani masih berperang batin.

Ardi dan Miko beristirahat dan meneguk airbmineral mereka. Sedangkan Andi mengajari Fani dengan sabar. Setelah melihat Fani beberapa kali memasukkan bola dan selalu gagal, Andi mendekat dan berdiri di belakangnya.

Andi memegang bola basket yang dibawa Fani dari belakangnya. Seakan Fani dipeluk oleh kakak keduanya.
"Gino caranya dek. Fokus pada ring-nya lalu fokus juga pada tenaga kita untuk melempar bolanya kesana." Suara Andibmemveri arahan.

Bukannya konsen dan mendengarkan arahan sang kakak tetapi Fani sibuk dengan pikirannya sendiri.

"YaAllah. Ini bener-bener bikin Fani bisa pingsan mendadak. Haduh gimana ini."

"Ayo dek." Suara Andi
menyadarkan Fani dari lamunan.

"I-iya kak. Aku pasti bisa. Kakak minggir dulu susah gerak ini." Suara Fani seakan terganggu dengan keberadaan Andi dibelakangnya. Ya memang mengganggu konsentrasi Fani tepatnya.

Dan dengan keyakinan penuh Fani berhasil memasukkan bola basket pada tempatnya. Sorak dari ketiga kakaknya seakan memberikan kepuasan dan kebanggaan tersendiri.

***

"Gue laper. Kapan Mama datang sih. Lama banget perginya." Suara Miko memecah keheningan di depan kamar mereka setelah selesai membersihkan diri.

"Nggak tau. Kapan datangnya. Jangan-jangan kita mau dibikinkan adek lagi kak." Suara Fani ngasal.

"Mama itu nggak pantes gendong anak bayi lagi dek. Tapi gendong cucu." Suara Ardi yang masih fokus pada layar hp-nya.

"Ya udah. Kakak cepetan nikah biar bisa ngasih Papa Mama cucu."
Suara Fani jujur.

"Sama siapa? Nggak ada yang mau." Jawabnya.

"Ya sama perempuan kak. Masak sama yang jadi-jadian sih."

"Kita keluar yok. Sudah lama kita nggak jalan kluar bareng. Ke Mall sekalian cari makan sama belanja perlengkapan mandiku habis tuh." Suara Andi memberi usulan pada saudaranya.

"Setuju." Jawab Ardi,Miko dan fani bersamaan. Lalu mereka pergi kekamar buat mempersiapkan diri.

"Sudah siap." Suara Miko yang sudah paling dulu keluar. "Bang Ardi, Bang Andi. Ayok cepetan kayak cewek dandannya lama." Protesnya pada sang kakak.
"Gue udah siap."

"Gue juga udah siap."

Andi dan Ardi datang hampir bersamaan.

"Fani juga udah siap kak." Suara itu ketika keluar kamar lalu menutupnya.

Fani kelihatsn cantik dengan celana jien longgar model curbray dan kaos longgar sepanjang nutup pantat serta tak lupa jilbab langsungan warna senada dengan kaos.

Sedangkan dengan ketiga kakaknya berpenampilan yang sangan memukau. Celana jien dan kaos polo pemberian fani beberapa bulan lalu.

"Ayok berangkat." Suara Fani menirukan salah satu adegan di sebuah sinetron itu.

Ketiga kakaknya mengikuti dibelakangnya untuk menuruni tangga.

"Pakai mobil siapa saja terserah. Asalkan jangan mobil Fani karena kecil bagasinya. Nanti kita blanja banyak."

Sesampainya disalah satu Mall, mereka menjadi pusat perhatian. Terutama ketiga cowok super coll dan keren disekelilibg Fani.
Mereka menuju foodcroun dan memesan makanan dan minuman.

Setelah selesai makan mereka bertiga melempar kode masing-masing.

"Fani ke toilet dulu ya kak." Fani pamit meninggalkan mereka bertiga.
Tetapi sesampainya dari toilet, fani tidak menemukan meteka bertiga.

"Maaf mbak. Tadi kata Mas-masnya mbak yang bayar." Suata salah satu pelayan mendekati fani.

"Oh iya mbak. Sebentar ya."

"Sorry cantik, kita tadi ada urusan dikit. Tolong bayarin dulu ya. Kita bertiga belum gajian." Pesan dari Miko untuk sang adek.

"Dasar kakak pada durhaka. Lihat saja nanti. Hemm." Suara hati Fani dongkol.
Mau tidak mau Fani harus membayarnya. Tidak mungkinkan meninggalkan tanpa membayarnya.

~~~~~¤¤¤~~~~~

Fb. Anik Norafni

Maaf jika masih banyak typo

Karanganyar 03.01.2018

Gadis Beruntung (Novel Sudah Bisa Dipesan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang