Gadis Berubtung #Part 28

2.9K 233 9
                                    

Hai... aku kembali ya. Maaf jarang update karena banyak kegiatan. Aku sempetin curi-curi waktu. Di sini cuma sebagian aja cerita yang di post ya. Cerita utuhnya nanti ada di buku, insyaAllah.

Jangan lupa kasih vote dan komen biar aku semangat melanjutkan cerita.

🍁🍁🍁

Part 28

Beberapa bulan telah berlalu. Fani dan rekan-rekannya sudah kembali melanjutkan aktivitas di Jakarta.

@ArdiHer581
"Dek, besok ada meeting. Persiapkan buat semuanya."

Pesan line dari sang Abang untuk Fani. Tanpa menjawab pesan tadi, ia segera menyiapkan apa saja yang dibutuhkan buat presentasi besok.

Drttttt....drttttt

Suara panggilan masuk. Fani segera mengangkat panggilan itu.

"Hallo."

"Hallo non, maaf saya ngganggu. Ini non Bening rewel, nggak mau makan dari tadi pagi. Badannya juga anget dan saya nggak berani untuk mengabari Pak Bagas." Suara dari seberang sana.

"Iya mang. Saya akan kesana sekarang. Coba dibujuk lagi pelan-pelan biar mau makan terus minum obat."

"Baik non. Kami tunggu kedatangannya. Terimakasih." Dan panggilan itu terputus.

Fani bergegas mengganti bajunya dan bersiap kerumah Bagas. Sejak kejadian waktu itu,hubungannya dan anak Bagas semakin dekat. Fani sering berkunjung kerumah Bagas, tentu saja jika sang pemilik rumah tidak ada.

Fani sengaja menghindari pertemuan dengan Bagas karena tidak mau menimbulkan fitnah yang akan membahayakannya lagi. Bisa saja ada perempuan yang cemburu lalu melabraknya lagi.

Setelah sampai dirumah Bagas, Fani langsung menuju kamar Baning untuk mengetahui keadaannya yang sekarang.

"Assalamu'allaikum." Fani menyembulkan kepalanya di ambang pintu kamar Bening.

"Walauitum calam.Tante cantik." Suara gadis kecil itu girang sambil merentangkan tangannya mengharap pelukan dari Fani.

Tanpa ragu lagi, Fani membalas pelukannya.

"Bening kenapa sayang. Kok nggak mau makan?" Suara lembutnya pada gadis kecil itu.

"Bening mau dicuapin tante." Suara berharap.

Fani yang melihat piring yang dipegang salah satu pengasuhnya yang masih utuh lalu mengambil alih.

"Biar saya yang nyuapin Mbak."

Dengan telaten Fani menyuapin Bening sambil bercerita. Dengan antusias anak kecil itu menghabiskan makanannya lalu meminum obat penurun panas.

"Sekarang istirahat ya. Besok Papa juga pulang. Tante besok harus kerja, jadi nanti kalau dek Bening bobok tante tinggal pulang ya." Suara Fani memberi pengertian sambil mengusap rambut lembut gadis itu.

"Iya tante. Telimatacih." Suara cadel itu sangat menggemaskan.

"Oke. Sekarang bobok dulu ya. Biar cepet sembuh bisa sekolah lagi." Fani membenarkan selimut  Bening sambil berbaring disampingnya.

"Mbak sus. Nanti kalau saya ketiduran juga, tolong bangunin ya." Suaranya pada pengasuh Bening sebelum pergi meninggalkan kamar itu.

"Baik non." Lalu benar-benar meninggalkan kamar itu untuk memberikan privasi pada mereka berdua.

Tak butuh waktu lama akhirnya Bening benar-benar terlelap dibuai mimpi. Mungkin obat tadi memberikan efek mengantuk. Fani menuruni ranjang bening dengan sangat hati-hati agar tidak membangunkannya.

~~~~~~

Pagi ini akan dilaksanakan meating pukul 09.00 tepat. Fani begegas ke dalam ruangan yang sudah disediakan. Hari ini tugasnya mempresentasikan kepada seorang pengusaha muda.

Dengan lugas dan terampil serta kepiyawaiannya, fani berhasil meraih hati pengusaha itu. Dan kontrak kerjasamapun dilakukan.

"Terimakasih atas kerjasanya pak Ilham. Semoga lancar kedepannya nanti." Suaranya pada yang pengusaha.

Pengusaha muda itu hanya tersenyum sambil mengangguk. Serasa ada yang aneh dengan tatapannya, Fani menundukkan kepala sambil menyinukkan diri.

"Assalamu'allaikum ustazah." Suara itu membuat Fani mengangkat wajahnya dan memandang kearah sumber suara. Merasa tidak asing dengan sapaan itu.

"Assalamu'allaikum ustazah. Apa kabar?." Ulangnya lagi.

"Walaikumsalam. Maaf sebentar." Fani menundukkan wajahnya dan membaca nama dibawah tanda tangan pengusaha muda itu.

"M. Ilham Pratama." Suaranya seraya membaca nama itu.

"Muhammad Ilham Pratama?"
Suaranya lagi lalu memandamg kearah sang empunya nama.

"Yes I am." Suaranya sambil memberikan senyum terbaiknya.

"Beneran ini kamu? Ilham gendut!" Suaranya riang

"Bentar-bentar, sekarang kok nggak gen...." suara Fani tertahan seraya mengamati orang didepannya itu. " Ilham!... kamu nggak makan berapa tahun jadi kurus seperti ini?" Suaranya merasa heran.

"Fani... Fani. Kamu nggak berubah ya. Masih ngatain aku gendut. Nggak lihat apa? Aku sudah jadi sixpack kayak gini." Suaranya seakan tidak terima dengan sebutan dari Fani tadi.

"Ya ya ya. Sekarang sudah nggak gendut lagi. Tapi kamu haber Ham, sekarang sudah jadi pengusaha sukses."

Mendengar pernyataan Fani tadi, membuatnya sedikit  menghela nafas lalu menunduk.

"Kamu masih ingatkan Fan. Kakakku yang menikah pada saat kita kelas tiga triwulan kedua?"

"Iya ingat. Kenapa?"

"Kakak meninggal 6 bulan setelah kita lulus. Waktu itu kakak iparku baru hamil 3 bulan dan begitu syok. Kami sekeluarga-pun juga. Pada akhirnya aku yang meneruskan usaha ini sambil kuliah dan sampai sekarang." Ceritanya.

Mereka saling bercerita kisahnya masing-masing. Ilham, Fani dan Kian adalah teman SMA.

"Eh maaf. Kita keasyikan cerita sampai lupa." Fani merasa tidak enak pada teman-temannya.

"Ok Ham. Lain kali kita sambung lagi ya. Kamu bisa minta no ku ke Kian." Suaranya sambil mengarahkan pandangannya pada orang yang disebut.

"Maaf saya harus permisi karena ada janji. Selamat siang."  Fani meninggalkan ruangan otu dan menuju suatu tempat.

🍁🍁🍁

Potongan saja ya. Kisah selengkapnya insyaAllah dibuku nanti.

Jangan lupa vote dan komennya.

Karanganyar 11.03.2018






Gadis Beruntung (Novel Sudah Bisa Dipesan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang