Gadis Beruntung #Part 30

3K 256 8
                                    

Jangan lupa tinggalin bintang ya. Maaf jika masih banyak typo. Happy reading

🍁🍁🍁

"Permisi mbak. Ada masker hijab? Saya minta 1 box." Fani mampir ke apotek untuk membeli stok maskernya. Sudah beberapa hari ini ia memilih naik motor dari pada bermacet ria dengan mobil.

"Sebentar ya mbak." Petugas apotek itu masuk untuk mengambilkan pesanan Fani tadi.

"Ini Mbak. Silahkan langsung kekasir." Opoteker itu mengarahkan Fani menuju kasir dengan membawakan barang pesanannya. Setelah membayar, Fani keluar apotek sambil menunduk karena memasukkan kembalian kedalam tas ranselnya.

"Brruuuuk." Tiba-tiba seseorang menabraknya dari arah depan.

"Maaf mbak, saya buru-buru." Ucap seorang pemuda berbasan atletis dengan jaket kulit yang masih melekat ditubuhnya.

"Iya Bang. Nggak apa-apa." Fani tersenyum lalu pergi keluar dari apotek menuju parkiran motor.

Pemuda tadi masih melihat Fani sampai hilang dari pandangannya. "Cantik dan sholehah. Cocok buat jadikan istri." Gumamnya dalam hati. Tak berapa lama pemuda itu menuju ke apoteker untuk membeli apa yang jadi tujuannya tadi.

***

"Yah, bocor deh kayaknya. Tinggal bentar lagi sampai rumah kenapa bocor segala sih?" Fani menggerutu tidak jelas sambil mengecek ban sepeda bagian belakang.

"Tukang tambal ban dimana ya?" Mengedarkan pandangan untuk mencarinya.

"Permisi pak! Tambal ban dimana ya? Ban saya bocor halus ini." Petugas parkir itu menjadi sasaran Fani untuk bertanya.

"Oh disana Neng. Lurus saja, nanti setelah ruko ini habis ada tambal ban. Agak masuk jadi tidak kelihatan dari jalan ini." Tunjuk tukang parkir tadi kearah depan Fani berjalan.

"Terimakasih pak."

"Sama-sama Neng."

"Huuh. Akhirnya sampai juga." Hela nafas panjang Fani setelah sampai didepan tambal ban yang ditunjukkan tadi.

"Bannya kempes Neng?." Sapa seorang paruh baya kepadanya.

"Oh iya Pak. Tolong ditambal ya pak. Mungkin bocor halus Pak."

Dengan segerabapak tambal ban itu memeriksa ban belakang motornya. Dengan sabar ia menunggu dikursi yang sudah disediakan disana.

"Iya neng. Ini bocor halus, saya tambah sebentar ya. Atau mau diganti dengan yang baru?" Tawarnya pada Fani.

"Ditambal saja pak."

"Siap Neng. Tunggu ya."

Walau anak orang kaya, tapi Fani tidak dengan seenak hatinya. Memakai uang yang telah Papanya berikan selama ini dengan sesuka hati. Sebisa mungkin dia harus menghemat.

Ban sepeda Fani sudah hampir selesai untuk di pasang lagi. Tetiba ada yang datang.

"Boleh tambah angin pak? Depan belakang ya." Suara seseorang dari balik helmnya. Pemuda dengan tinggi tegap dan suara khas pria dewasa. Fani melihat sesaat lalu memusatkan perhatiannya lagi pada ponsel ditangannya.

"Assalamu'allaikum. Maaf, adek ini yang tadi aku tabrak di apotek kan?" Sapaan itu tepat berada dihadapan Fani. Ia memalingkan wajahnya kearah suara tadi.

"Walaikumsalam. Iya Bang. Ada yang bisa saya bantu?" Sahut Fani yang masih mengenali wajah pria ini.

"Kenalin dek. Nama saya Abimanyu, panggil saja Abi." Mengulurkan tangan berharap mendapat sambutan dari lawan bicaranya.

"Maaf Bang. Saya Fani." Menangkupkan tangan didepan dada sebagai ganti berjabat tangan dengan lawan jenis.

"Oh maaf." Sungkan pria tadi, lalu ikut menangkupkan tangan didepan dada seperti yang Fani lakukan.

Setelah ngobrol sekitar sepuluh menitan. Mereka berdua berniat pergi dari sana karena ban sepeda Fani sudah selesai ditambal.

"Berapa pak?"

"Lima belas ribu Neng." Fani mengeluarakan dompetnya untuk membayar jasa tambal itu.

"Biar aku sekalian yang bayar dek." Pria itu ikut mengeluarkan dompetnya, bermaksud membayar tambah angin buat kedua ban motornya sekalian motor Fani.

"Maaf Bang. Pakai ini saja. Terimakasih sebelumnya." Menolak secara halus karena tidak enak dengan pria itu. Baru mengenal masak sudah memanfaatkan.

"Ini pak. Kembaliannya ambil saja. Terimakasih banyak pak." Fani mengulurkan selembar uang duapuluh ribu pada bapak tadi.

"Saya permisi dulu Bang. Assalamu'allaikum. Terimakasih ya Pak." Melajukan motor maticnya untuk menuju kerumah orangtuanya.

"Walaikumsalam. Semoga kita masih dipertemukan ya dek." Seruan lirih darinya, berharap bisa bertemu gadus itu lagi. Mungkin terkena virus love firth sigh (cinta pada pandangan pertama).

Tadi sewaktu mereka ngobrol, Fani dengan jujur bilang sebagai arsitek. Dan mudah saja pria itu mendapatkan nomer handpone Fani. Tentu saja dengan alasan pengen memakai jasa desainnya.
Dan tanpa ciriga, Fani memberikannya. Berharap ada tambahan pemasukan buat dikirim kekampung halaman.

***

Sampai sini dulu ya. Berat mata ini.

Jangan lupa tinggalin jejak bintangnya ya.

Karanganyar 02.04.2018
23.23


Gadis Beruntung (Novel Sudah Bisa Dipesan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang