Gadis Beruntung #Part 9

2.9K 175 0
                                    

Oleh : Anik Norafni

Maaf jika masih banyak typo berkeliaran. Jangan lupa tinggalin bintang ya.

Happy reading...

~~~~~¤¤¤~~~~~

"Benerkan apa yang Fani curigai selama ini" suaranya saat menerima telpon dari sang kakak.

"Terus gimana kelanjutannya?." Tanyanya kemudian.

"Entar dirumah kucritain detailnya. Aku sama Papa tak cari hotel dulu. Besok pagi baru kita balik jakarta. Hari ini penerbangan full boked." Suara disambungan telpon Fani.

"Okey. Fani tunggu ya kak. Salam buat Papa. Jagain Papa jangan sampai kelaparan ya. Haha..." suara gelak tawa Fani diakhir percakapan mereka.

***

sore hari setelah mereka berkumpul dirung keluarga semua meninta penjelasan dari Ardi dan Papanya. Siapakah Ridwan sebenarnya.

"Kamu saja yang cerita Ar. Papa masih kangen sama Mama." Suara Hermawan sambil mencium punggung tangan istrinya, membuat iri dari anak-anaknya.

"Papa sama Mama kalau mau mesra-mesraan dikamar sana. Fani kan masih dibawah umur." Suaranya merajuk pada orangtuanya itu. Takut kalau ia akan khilaf memikirkan sesuatu yang belum boleh difikirkan sekarang ini.

"Abaikan mereka berdua. Kita denger cerita kakak saja." Miko ikut bersuara.

Andi hanya tersenyum melihat kedua adeknya yang seakan marah pada orangtuanya. Padahal mereka sebenarnya iri karena pasangan yang tidak lagi muda itu tetap mesra seperti baru pertama kali jatuh cinta.

"Okey, Mulai ya.. Ridwan itu sebenarkan anak teman Papa dari jogja. Dia melamar ke kantor kakak karena memang waktu itu ada lowongan. Ridwan tidak mau menjadi anak yang berpangku tangan dan memanfaatkan kekayaan orangtuanya. Makanya dia melamar jadi sopir untuk merasakan perjuangan dari bawah sebelum menjadi orang sukses. Dan semata-mata mengucapkan terimakasih atau bisa dibilang balas budi pada keluarga Wijaya. Pasalnya dulu usaha keluarga Ridwan hampir gulung tikar dan Oppa yang menyelamatkan usaha turun-temurun itu." Suara Ardi menjelaskan pada mereka.

"Sudah Fani dugakan. Bang Ridwan itu bukan seperti butuh pekerjaan banget sebagai seorang supir. Coba kak Ardi test nanti di bagian yang lain. Fani rasa ada bakat lain. Bisa jadi orang kepercayaan kakak nantinya." Suaranya memberi saran.

Ridwan memang bukan orang jahad, niatnya bekerja pada Ardi karena ingin membalas budi kebaikan dari kakek mereka.

***

Setelah Ridwan kembali bekerja akhirnya Ardi benar-benar memberikan pekerjaan lain, bukan sebagai sopir lagi melainkan orang yang dekat dengan Ardi karena sesuai basignya sebagai lulusan menejemen bisnis itu.

Fani sudah diperbolehkan kembali mengemudikan mobilnya.

"Pagi semuanya. Pagi Ma." Suara fani yang menyapa semua anggota keluarganya. Lalu mencium pipi kiri sang Mama.

"Pagi semua. Pagi Ma." Andi tak lama datang dan melakukan hal yang sama dengan Fani, mencium pipi sang Mama tapi sebelah kanan.

"Kalian benar-benar cocok sekali, sehati dan seirama. Kebiasaan yang sama pula" suara Miko tak jelas.

"Semoga kalian berjodoh." Suara Miko keceplosan yang langsung mendapat tatapan tajam dari sang adek.

"Sorry tuan putri." Suara Miko yang ditujukan pada Fani sambil menunjukkan dua jari membentuk huruf V.

"Sudah sarapan dulu. Pagi-pagi sudah berantem." Suara sang Mama melerai mereka.

Akhirnya mereka sarapan dengan keheningan. Setelah sarapan baru Fani memulai percakapan lagi.

"Ma, boleh nggak Fani ikut ke salon. Fani mau potong rambut sama creambatt. Oh iya. Besok lusa Fani sidang sripsi, mohon doa dan restu dari Papa , Mama dan kaetiga kakak gantengku ya. Semoga sidang nanti lancar." Suaranya pada mereka.

"Amin..." suara serentak mereka.

"Boleh Sayang. Nggak sekalian perawatan yang lain." Suara lembut Mamanya.

"Cukup potong rambut sama creambatt saja Ma. Kalau perawatan yang lain takut Fani kecanduan. Ya kalau suamiku nanti mampu bayarin buat perawan itu, kalau Fani dapet jodoh orang yang biasa gimana." Suaranya sendu.

"Ya sudah. Nikah saja sama Irfan, pasti bisa bayarin kamu kalau cuma perawatan salon tiap bulan Dek." Suara Miko yang mengingatkan kembali kalau dia sudah menolak lamaran Irfan.

"Kak Miko. Tolong jangan ingatkan Fani lagi dong. " suaranya sendu sambil menunduk. Ada rasa kasian pada Irfan jika mengingat hal itu.

"Pagi semua. Pagi Ma." Andi tak lama datang dan melakukan hal yang sama dengan Fani, mencium pipi sang Mama tapi sebelah kanan.

"Kalian benar-benar cocok sekali, sehati dan seirama. Kebiasaan yang sama pula" suara Miko tak jelas.

"Semoga kalian berjodoh." Suara Miko keceplosan yang langsung mendapat tatapan tajam dari sang adek.

"Sorry tuan putri." Suara Miko yang ditujukan pada Fani sambil menunjukkan dua jari membentuk huruf V.

"Sudah sarapan dulu. Pagi-pagi sudah berantem." Suara sang Mama melerai mereka.

Akhirnya mereka sarapan dengan keheningan. Setelah sarapan baru Fani memulai percakapan lagi.

"Ma, boleh nggak Fani ikut ke salon. Fani mau potong rambut sama creambatt. Oh iya. Besok lusa Fani sidang sripsi, mohon doa dan restu dari Papa , Mama dan kaetiga kakak gantengku ya. Semoga sidang nanti lancar." Suaranya pada mereka.

"Amin..." suara serentak mereka.

"Boleh Sayang. Nggak sekalian perawatan yang lain." Suara lembut Mamanya.

"Cukup potong rambut sama creambatt saja Ma. Kalau perawatan yang lain takut Fani kecanduan. Ya kalau suamiku nanti mampu bayarin buat perawan itu, kalau Fani dapet jodoh orang yang biasa gimana." Suaranya sendu.

"Ya sudah. Nikah saja sama Irfan, pasti bisa bayarin kamu kalau cuma perawatan salon tiap bulan Dek." Suara Miko yang mengingatkan kembali kalau dia sudah menolak lamaran Irfan.

"Kak Miko. Tolong jangan ingatkan Fani lagi dong. " suaranya sendu sambil menunduk. Ada rasa kasian pada Irfan jika mengingat hal itu.

Gadis Beruntung (Novel Sudah Bisa Dipesan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang