Gadis Beruntung #part 16

3K 231 14
                                    

Oleh. Anik Norafni

"Okey. Bisa difahami. Jika ada yang perlu ditanyakan, silahkan." Suara Fani diakhir presentasinya.

Hari ini ada meeting dalam usaha kecil-kecilan meteka yang membentuk sebuah CV.

Mereka terdiri dari lima orang. Briyan, Irfan, Deri, Yoga dan Fani satu-satunya anggota perempuan.

"Okey aku setuju." Jawab Bryan sebagai ketuanya.

"Kita juga setuju." Jawab Yoga dan Deri bersamaan.

"Lo gimana Fan?. Tanya Deri pada Irfan.

"Aku juga setuju. Tapi aku kurang setuju jika Fani sering datang ke lapangan." Suara Irfan sambil menyandarkan punggungnya dikursi.

"Emang kenapa?." Fani dan Bryan serempak.

"Takut kalau nanti hitam." Suaranya tanpa beban.

"Kamu ini Fan. Tak kira kenapa." Suara Bryan heran dengan rekan kerja yang satu ini.

"Ingat bro. Ini kerjaan jangan melibatkan perasaan." Suara Deri yang menyenggol lengan Irfan.

"Cinta oh cinta. Kau datang mengubah segalanya." Suara Yoga dramastis yang sebenarnya menyindir sikap Irfan.

Mereka semua sudah tahu akan kisah cinta Irfan dan Fani, kisah pilu perjuangan seorang Irfan yang baru pertamakalinya ada cewek yang berani menolaknya. Berbeda dari dulu, dirinya yang sering dikejar-kejar cewek dan menolaknya. Sekarang kebalikannya. Karma mungkin itu sebutannya.

"Sudahlah jangan seperti itu. Kita harus profesional. Aku sudah kirim tugas kalian lewat email masing-masing ya." Fani memberikan arahan pada semua rekannya.

"Kamu sudah siapkan yang buat besok pagi Fan?. Kita ada meting tender besar kali ini, usahakan misi ini berhasil. Selain nama kita juga ada nama perusahaan Bang Ardi." Briyan memngingatkan.

"Sudah beres bos. Sudah kukirim emailnya pada Pak Ardi. Semoga besok semua berjalan dengan lancar dan sesuai harapan." Ucap Fani mantaf.

"Amin..." suara keempatnya kompak.

Briyan Putra Admadja adalah salah satu pewaris dari pengusaha Admadja Wiguna. Sebenarnya ia tak kalah kayanya dengan Irfan yang notabennya pewaris tunggal keluarganya. Tetapi Briyan tidak mau berpangku tangan dan seolah akan menikmati dari atas saja. Maka dulu membangun bisnis dengan teman-temannya ini adalah usahanya dari nol. Benar-benar dari lewel bawah.

Dery Irawan adalah orang dilang beruntung seperti Fani. Karena diangkat anak oleh pengusaha sukses yang kebetulan tidak memiki keturunan. Dan kecerdasan yang luar biasa yang menjadi nilai plus darinya.

Yoga prasetya. Anak bungsu dari adek Papanya Bryan. Sebenarnya Yoga adalah cowok yang super kuper dan super pendiam. Tetapi setelah dua tahun bersama mereka dan menjalani bisnis ini, kini dia berubah menjadi lebih percaya diri dan menunjukkan kepiawaiannya dalam urusan menejemen bisnis sesuai jurusan dikuliahnya dulu.

Mereka sudah seperti saudara sendiri. Apalagi orangtua mereka berlima adalah rekan bisnis.

"Oke untuk hari ini cukup ya. Jika ada yang kurang faham bisa hubungi saya." Suara Fani menyudahi pertemuannya.

***
Hari ini tepat pukul 8 akan diadakan meting di hotel milik Ardi. Diruangan kedap suara ini sudah disiapkan semua keperluan. Kali ini mereka akan membahas proyek besar yang ada di bogor dan sekitarnya.

"Maaf Pak Bagas kita masih menunggu satu orang lagi." Suara Ardi pada Bagas, rekan bisnis yang akan berkerjasama dengannya kali ini. Pasalnya sudah menunjukkan pukul 8.30 tapi yang ditunggu belum juga muncul.

"No problem." Jawabnya santai sambil meraih ponselnya yang bergetar.

"Saya permisi dulu, ada panggilan masuk." Suara Bagas pamit keluar ruangan untuk mengangkat telpon.

"Silahkan Pak." Suara mereka mempersilahkan.

"Bry, dek Fani mana kok belum dateng. Kita nggak enak kan jadinya. Pak Bagas orangnya ontime." Suara Ardi pada Bryan.

"Tadi katanya bentar lagi sampai Bang. Tapi kok belum nyampai juga." Suara Bryan jujur.

Sedangkan Miko, Ridwan, Irfan, Dery, yoga dan satu lagi orang kepercayaan Bagas sudah standby dari tadi.

Tok...tok..tok

Suara pintu diketok dari luar.

"Mohon maaf saya terlambat." Suaranya memasuki ruangan lalu menuju kursi dekat Ardi dan Bryan.

"Kenapa telat sih dek. Jadi nggak enak sama Pak Bagas kan." Suara Ardi pada Fani.

"Maaf banget kak. Tadi ada sedikit kendala dijalan. Semoga Pak Bagas tidak membatalkan pertemuan ini ya karena kesalahanku." Suara Fani yang tampak menyesal.

"Semoga saja." Suara mereka bersamaan.

"Sudah kita bisa mulai. Oh ya mana pak Bagasnya?." Fani mencari keberadaan orang terpenting dipertemuan kali ini.

"Bentar baru angkat telpon tadi."

Sedangkan diseberang ada sepasang mata yang tidak perpaling dan terus menatap kearah Fani. Dialah orang kepercayaan Bagas. "Sepertinya aku kenal gadis ini. Siapa ya?." Suaranya dalam hati.

Fani melihat sekilas kearah orang kepercayaan Bagas. Tetapi Fani masih agak grogi, hari ini harus presentasi dihadapan 9 cowok ganteng. Menurut Fani. Bagaikan angsa masuk kandang srigala. Perumpamaan Fani dalam hati.

"Maaf saya agak lama ngobrolnya. Kita bisa mulai sekarang?." Suara Bagas memduduki kursinya.

"Bisa Pak. Oh ya saya sangat minta maaf karena saya sangat terlambat." Suara Fani menghadap Bagas.

"Oke. No problem. Silahkan dimulai." Suara Bagas sambil tersenyum.

Tak ingin membuang waktu lagi akhirnya meting segera di mulai.

"Perkenalkan nama saya Fani Nugraheni. Panggil saja Fani." Suaranya memperkenalkan diri lalu menjelaskan apa saja yang ada dalam laptopnya yang terhubung ke layar LCD.

"Begitu pak rancangan dari kami. Jika ada perubahan atau sekiranya ada yang kurang berkenan kita bisa rubah. Saya akan bikin desainnya lebih bagus lagi." Suara Fani mengakhiri presentasinya setelah kurang lebih 40 menit menjadi pusat perhatian oleh 9 laki-laki didepannya.

"Okey saya sangat setuju. Desain buatanmu sungguh luar biasa. Semoga kerjasama ini berjalan lancar." Suara Bagas memuji hasil kerja Fani.

"Alhamdulillah terimakasih banyak Pak Bagas." Fani sangat bersyukur atas persetujuan Bagas dengan proyek ini. Karena tadi sempat takut jika tidak berhasil meyakinkannya.

"Selamat bekerjasama dengan kami ya Fani." Suara Bagas mengulurkan tangan padanya.

"Mohon maaf pak. Bukan muhrim Pak. Jangan tersinggung dengan sikap saya Pak Bagas. Sekali lagi maaf." Fani menangkupkan kedua tangannya didepan dada sambil menunduk.

"Oh iya Maafkan saya." Bagas menarik tangannya kembali.

Ini pertama kalinya dalam sejarah selama orang kepercayaan Bagas bekerja. Bosnya ini santai dan tetap tenang dalam menyikapi masalah seperti tadi. Pasalnya bossnya ini akan marah atau bahkan membatalkan kontrak dengan orang yang tidak disiplin.

Bersambung
~~~~~¤¤¤~~~~~

Kenapa Fani terlambat dan siapa yang menelpon Bagas tadi?? Nantikan part selanjutnya.

Fb. Anik Norafni
Karanganyar 11.01.2018

Gadis Beruntung (Novel Sudah Bisa Dipesan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang