Gadis Beruntung #Part 26

2.8K 235 24
                                    

Mobil sport itupun pergi meninggalkan batalyon.

Didalam pos terjadilah bisik-bisik.

"Bro, saingan kita berat. Lihat mereka, pasti anak orang kaya dan tentunya rezeki mereka lebih banyak dari kita." Suara Arul pada rekan rekannya.

"Kita nggak selefel sama mereka bro. Apakah kita harus menyerah sebelum berjuang?." Suara Dodi sedikit didramatisir.

"Sudalah kawan. Kalau berjodoh tidak akan kemana. Yang terpenting ihtiar dan doa kita kencengin. Bersaing secara sehat." Nasehat Karim bijak.

"Siapa yang kalian bicarakan barusan?." Suara bariton dari belakang mereka.

"Siap salah Danton. Nggak ada." Suara mereka serempak. Andi yang barusan masuk kedalam pos sedikit mendengar benbicaraan mereka. Dan setelah itu mereka berjaga yanpa ada yang berani membahas hal tadi.

¤¤¤

Siang hari setelah meninjau proyek, mereka berlima mengadakan meeting kecil disekitar proyek.

"Tugas Fani sudah selesai, tinggal nanti dilanjutkan sama Deri. Kalau Fani mau pulang jakarta dahulu boleh kok." Suara Brian memberikan arahan.

"Oke. Kalau begitu mulai besok aku nggak datang lagi ke sini dong?." Suara Fani sambil melihat kertas didepannya.

"Nggak usah dek. Serahin semua kekita. Kamu nanti kecapekan malah jadi sakit." Suara Irfan yang perhatian.

"Makasih banyak perhatiaannya kak. Tapi Fani nggak apa-apq kok."

"Kamu istirahat dulu Fan. Kalau sudah siap baru pulang jakarta." Yoga ikutan bersuara.

"File sudah ku copy. Nanti aku pelajari lagi bagian yang dirubah kemaren. Jangan terlalu capek, kita nanti yang di marahin sama trio nyebelinmu itu, Fan." Deri mengarahkan monitor laptop kedepan Fani.

"Oke. Aku nurut saja sama kalian. Makasih banyak ya."

"Ya sudah. Kita makan siang dulu kalau gitu. Nanti aku atau Irfan yang antar Fani pulang. Baru nanti balik lagi kesini
." Suara Brian mendominasi.

"Kalian berempat makan diluar saja. Aku sudah bawa bekal kok." Fani menunjukkan kotak makannya. "Aku mau sholat dulu dimasjid. Kalian hati-hati." Lanjut Fani lalu meninggalkan mereka menuju kemasjid untuk menjalankan kewajibannya.

"Masjidnya jauh juga ya kalau jalan kaki. Hmmm.... itu ada sepeda pak tukang, aku pinkem saja deh." Gumamnya lalu menuju parkiran sepeda para tukang di sebelah lokasi.

"Permisi pak. Saya boleh pinjem sepeda ini nggak? Mau ke masjid sana tapi lumayan kalau jalan kaki." Fani menunjuk arah masjid yang jaraknya agak berjauhan meski ada di satu lokasi.

"Boleh neng, silahkan." Suara salah satu dari mereka. Mandor royek yang usianya masih dibilang muda.

"Terimakasih pak. Nanti saya kembalikan kesini ya." Iapun meninggalkan tempat itu.

"Wah neng itu orangnya nggak sombong ya. Walau anak orang kaya tapi masih mau menyapa kita dan mau pakai sepeda ontel lagi." Suara salah satu dari mereka.

"Itu namanya low profile."

***

"Terimakasih pak sepedanya." Fani mengembalikan pinjamannya pada tempat semula. Disana juga berkumpul para tukang yang sedang meristirahat dan makan siang.

"Iya neng. Sama-sama."

"Bapak makan apa itu pak? Kok kelihatannya enak banget." Fani melihat salah satu tukang yang sedang membawa pincuk (daun pisang yang salah satu ujungnya disematkan lidi).

"Ini makan lupis , klepon, cenil dan kawan-kawannya neng." Suaranya menerangkan.

"Wah enak itu pak. Beli dimana?." Suara Fani sumringah mendengar aneka jajan pasar itu.

"Itu neng, mbok itu yang jualan." Sambil menunjuk arah ibu-ibu yang sedang melayani pembeli di bawah pohon.

"Oke. Makasih banyak pak. Saya juga pengen, sudah lama nggak makan jajan itu." Fani menuju simbok penjual.

"Permisi mbok. Lupis dan lainnya masih nggak?" Suara Fani setelah sampai didekat penjualnya.

"Masih neng. Mau yang mana?." Suara simbok penjual yang sedikit agak heran pada Fani.

"Semua mbok. Tapi dikit-dikit saja. Tadi sudah terlanjur makan nasi." Fani menunjuk satu persatu jajanan didepannya.

"Iya neng." Sambil mengambilkan pesanan Fano.

"Sudah lama jualan seperti ini mbok?." Tanyanya.

"Sudah kurang lebih dari 15 tahun neng. Buat menyambung hidup dan melestarikan jajanan seperti ini." Suara mbok jualan menjelaskan.

"Neng ini kok mau makan makanan seperti ini sih?." Pertanyaan yang sudah dari tadi akan ditanyakan sang penjual.

"Saya ini aslinya orang desa mbok. Jadi makanan seperti ini sudah biasa mbok. Pecel, jangan lombok, tiwul, gatot dan makanan ndeso lainnya."

"Walah. Si eneng ini tahu jangan lombok juga ya?" Tanyanya penasaran.

"Iya mbok saya asli solo saja kok. Dan nasib saya beruntung jadi anak angkat orang kaya."

"Alhamdulillah. Rezeki nggak kemana nduk. Kita tetanggaan berarti ya. Simbok dari sukoharjo. Deket sama pasar Nguter rumahnya."

Dan terjadilah percakapan panjang antara Fani dan simbok penjual tadi. Seperti sahabat yang sudah lama tidak berjumpa.

¤¤¤

"Sudah selesai proyeknya dek. Maksudnya tugas dek Fani disini?." Tanya Andi yang menjemput adeknya didepan pos bataliyon. Tadi Deri-lah yang akhirnya mengantar Fani pulang karena yang lain harus memberikan pengarahan pada mandor-mandor proyek mereka.

"Iya sih kak. Tapi aku masih pengen tinggal sebentar lagi disini. Mau jalan-jalan lihat Bogor."

"Boleh juga dek. Besok lusa ada ulangtahun persit. Bisa gabung juga disana, bisa ngisi acara atau bawakan cerita buat anak-anak." Andi memberitahukan kegiatan dibatayon itu.

"Terus Fani nanti kalau ditanya. istri siapa? Gitu gimana kak." Protesnya pada sang kakak.

"Nanti aku bilang bu Dayon nanti biar ada yang ngisi kegiatan anak-anak sewaktu di tinggal lomba sama ibu-ibunya."

"Boleh deh. Kegiatannya masih lusakan? Jadi besok masih bisa beli beberapa mainan dan makanan buat pelengkapnya." Sebyum senang terlihat di wajah cantik alami itu. Membuat sang kakak merasakan kesejukan didalam hatinya.

"Ya sudah. Cepet beberes diri terus nanti kita cari makan setelah isya." Suarah perintah itu datang lagi dari sang kakak.

"Siap komandan."

~~~~~¤¤¤¤¤~~~~~

Maaf jika lama updatenya. Banyak kegiatan, nganterin anak lomba dan lain-lain. Doakan semoga bentar lagi cerita ini bisa saya bukukan ya amin..... ☺☺💪💪

Jangan lupa vote dan komennya ya.

Karanganyar 01.03.2018






Gadis Beruntung (Novel Sudah Bisa Dipesan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang