Jangan Pernah Tertutup, bisa?
Bab 12
Hanya disini aku percaya bahwa kepopuleran dan ketenaran tidak berlaku. Menang dengan rasa damai, kalah dengan rasa hormat. Tak ada lagi kata menang muka, menang latar belakang, menang titipan. Ini mutlak.
(Asap)
•••
Rachel hari ini bangun tidak seperti biasanya. Tepat pukul 3.30 pagi ia sudah bersiap- siap untuk menjemput ayah dan bunda di bandara bersama Pak Tono. Hatinya sangat gembira ia sangat merindukan orang tuanya. Matahari belum terlalu memunculkan diri, ia masih bersembunyi di balik awan awan hitam. Angin yang sangat dingin membuat Rachel harus menggunakan jaket. Udara seperti di tembus oleh mobil yang di kendarai Pak Tono. Tidak lama lagi ia akan tiba di bandara dan ketemu dengan orang tuanya. Sudah lama sekali ia hanya sendiri melepas kebosanannya bersama sahabat. Makan hanya seorang diri bahkan hanya berdiam diri di kamar. Dan sekarang semua itu seperti dikubur dalam dalam. Tidak lama lagi ia akan bertemu ayah dan bunda.
Rachel menunggu di luar bersama pak Tono. Tidak sampai setengah jam Aretha dan Bima keluar dari pintu yang di atasnya tertulis exit.
"Ayah, bunda, Rachel kangen banget."Rachel memeluk kedua orang tuanya dengan sangat erat, rasanya ia tidak ingin melepas pelukan itu ia sangat merindukan mereka. Rachel juga mencium kedua pipi bunda dan ayahnya.
"Little princess nya ayah gak boleh cengeng."
"Kan Rachel udah gede kok ayah masih panggil Rachel little princess sih?"
"Kamu selalu seperti anak kecil di mata ayah, kamu putri ayah yang paling ayah sayang."Rachel memeluk ayahnya dengan erat setelah itu ia lepaskan dan berkata "Thanks yah, you will always be my hero." Bimo tersenyum. Setelah itu Bima memerintahkan Pak Tono untuk memasukkan barang ke bagasi mobil.
Suasana di dalam mobil masih sama seperti di bandara tadi. Mereka saling berbagi cerita, Rachel yang menceritakan bagaimana aktivitasnya di sekolah begitu juga dengan Aretha yang menceritakan aktivitasnya dengan Bimo selama di Jerman. Mereka saling berbagi cerita dengan canda tawa seperti layaknya teman. Hingga akhirnya mereka tidak sadar bahwa sudah sampai di rumah. Rasanya perjalanan terasa sangat cepat."Jangan lupa mandi ya hel."
"Seakan-akan Rachel susah banget mandi, ih bunda."
"Siapa tau lupa mandi, jemput bunda sama ayah aja kamu gak mandi. Siapa tau ke sekolah juga gak mandi." Aretha tersenyum usil kepada Rachel.
"Bunda.. " Rachel sedikit jengkel namun jengkelnya hanya bercanda. Rachel segera berjalan menuju kamar mandi untuk bersiap siap berangkat ke sekolah.
•••
Teriak riuh siswa siswi dari SMA Internasional Bangsa membuat suasana di sana menjadi heboh. Mereka memberikan semangat untuk tim basket sekolahnya agar tim basket mereka bisa mendapat hasil yang terbaik. Rachel dan Vanilla duduk di barisan paling depan di pertengahan. Itu semua dia lakukan demi memberikan semangat untuk Azka. Saat tim basket dari internasional bangsa memasuki lapangan, teriak riuh semakin heboh. Apalagi yang siswi banyak sekali yang memuji kegantengan Azka.
"Gila ganteng banget."
YOU ARE READING
Uncertainty of feelings
Teen Fiction[#1 teenfiction]Ketika sebuah sandiwara sudah dimainkan dan kamu tidak bisa membedakannya. Apakah cinta masih berarti bagimu? Ketika oksigenmu seakan telah hilang, apakah kamu masih bisa bernapas tanpa merasa sesak? Ketika pikiranmu terus melayang d...