KETAKUTAN
Bab 19Aku sudah berjuang semampu yang kubisa, tetapi mau bagaimanapun juga perjuanganku hanya sia-sia bukan?
Apakah aku harus terus bertahan dengan luka yang semakin lama semakin membesar ini?•••
Mata Levina yang tetutup akhirnya terbuka setelah lebih dari 1 jam. Suasana ruangan yang serba putih terlihat jelas bahwa dirinya sedang berada di unit kesehatan sekolah. Disana terdapat Tasya, Erin, Karin, dan Yeni masih setia menunggu meskipun pandangan mereka terfokus pada benda pipih entah apa yang mereka lihat dari benda tersebut, tapi mereka sesekali tersenyum bahkan tertawa ketika melihat video yang berada baik di snapgram maupun di instagram.
Mereka tidak memperdulikan keadaan sahabatnya yang terbaring bahkan tidak menyadari bahwa Levina sudah membuka matanya. Mereka sepertih acuh bahkan jijik ketika melihat kepala Levina yang bau amis akibat telur busuk yang di ulah Rafael yang membalas dendam kepada mereka.
Levina memperhatikan gerak gerik temannya yang tidak peduli kepadanya, ada rasa kesal, geram, sedih, dan kecewa. Namun, ia sembunyikan hal itu dan berdemam agar teman temannya menyadari dirinya sudah sadar dari haluan tidurnya. Karin yang menyadari hal itu langsung menoleh.
"Lo udah sadar?" Tanyanya
"Ya udahlah kalo dia belum sadar ya gak balalan buka matanya goblok." Cetus Tasya yang masih fokus melihat ke arah ponsel kesayangannya itu. Levina mengacuhkan kata-kata Tasya agar tidak ada pekelahian diantara mereka.
"GUE GAK AKAN TINGGAL DIAM, TUNGGU PEMBALASAN GUE RACHEL!!!!!!!" Jerit Levina yang kesal dan geram dengan Rachel.
"Gue juga bakalan balas perlakuan dia karena gelar gue sebagai manusia yang harus di takutin musnah. Dan karna cowok kesayangan lo juga tentunya." Cetus Tasya yang tak kalah tajam menatap Levina.
"Lo gak boleh nyakitin Rafael sedikitpun." Desis Levina.
"Kalo gue gak nyakitin Rafael apa yang bakalan lo kasih ke gue Hah!!!!!!" Tasya membentak karena kesal dengan Levina.
"Gue janji gue bakalan kasih geng kita satu member yang bisa bikin geng kita maju lagu. Gue janji." Levina tidak tau apakan janji yang ia buat akan berhasil? Bahkan dirinya tidak tau siapa yang akan ia ajak dan yang pas untuk masuk di gengnya kembali.
"Gue pegang janji lo LEVINA!" Ucap Tasya penuh penekanan.
•••
Rachel membersihkan tubuhnya di kamar mandi sekolah dan langsung mengganti pakaiannya dengan pakaian olahraga yang memang tergeletak di UKS. Setelah berganti pakaian bau amis tersebut masih tercium sangat mengenyat di hidung Rachel. Jadi, Rachel memutuskan untuk pulang ke rumah tanpa menyelesaikan acara pensi tersebut.
Moodnya hancur. Kesal, marah, benci, semuanya terkumpul di pikiran Rachel. Rachel pulang di antar oleh Rafael. Anehnya lagi, Rafael tidak merasa jijik, ia masih tetap merangkul tubuh mungil Rachel dengan damai layaknya tak mau kehilangan Rachel. Semenjak Rachel tau ia mengidap penyakit infeksi kelenjar getah bening, Rafael tidak kesepian lagi. Karna Rachellah dirinya bersemangat melawan penyakitnya. Padahal, dahulu ia sudah pasrah dengan penyakit yang ia derita. Memang cinta bisa membutakan segalanya termaksud Rafael.
Ketika di perjalanan, hempusan angin menerpa wajah Rachel dengan lembut. Pepohonan seakan menari nari mengikuti kemana arah angin menerpanya. Hari ini Rafael membawa kendaraan roda duanya, padahal ia tidak disarankan oleh dokter mambawa kendaraan roda dua karna tidak baik untuk penyakit yang ia derita.
YOU ARE READING
Uncertainty of feelings
Teen Fiction[#1 teenfiction]Ketika sebuah sandiwara sudah dimainkan dan kamu tidak bisa membedakannya. Apakah cinta masih berarti bagimu? Ketika oksigenmu seakan telah hilang, apakah kamu masih bisa bernapas tanpa merasa sesak? Ketika pikiranmu terus melayang d...