Menyimpan rasa
Bab 20
"Apa gue harus pergi dulu menghadap sang kuasa, biar lo pekka kalo gue suka sama lo?"
•••
"Azka sudah sadar dari komanya, tapi untuk sementara waktu biarkan dia istirahat dulu." Ujar sang dokter yg membuat wajah dari beberapa orang yang ada di sana tersenyum. Beda halnya dgn Rachel yg justru menangis karena terlaly bahagia mendengar kabar tersebut. Setelah itu dokter hendak pergi meninggalkan mereka namum, dokter tersebut berhenti dan berbalik ke aeah mereka lagi.
"Apa ada yang bernama Rachel di sini?" Tanyanya.
"Iya saya dok?"
"Kamu boleh masuk ke dalam, karena sejak tadi ia memanggilmu. Apa kamu pacarnya?"
"Tidak dok, dia adalah sahabat terbaikku, bahkan sudah ku anggap seperti kakak sendiri." Ucap Rachel yang sebenarnya terkesan ragu.
"Kamu boleh masuk, namun kamu harus ingat ia membutuhkan banyak waktu untuk beristirahat."
"Baiklah dok, terima kasih." Yang kemudian di balas Dokter tersebut dengan sebuah senyuman dan pergi meninggalkan mereka.
•••
Sebenarnya ketika masuk, banyak pertanyaan yang berputar di kepala Rachel. Namun, ia berpikir tidak mungkin jika dirinya harus bertanya banyak hal padahal Azka saja baru sadar dari komanya.
Pertama kali yang Rachel lihat ketika masuk ke ruangan tersebut yaitu, Azka yang memandang luar jendela. Entahlah, raut wajahnya seperti orang yang sedang bersedih, marah, dan seakan semua perasaan tercampur aduk di dalam hatinya. Rachel tidak tau apa yang Azka pikirkan, yang jelas tujuannya ke sini untuk menghiburnya. Ia akan selalu ada buat Azka. Jika Azkalah orang yang bisa bikin dirinya tersenyum bahkan tertawa di kala dirinya sedang di timpa masalah, seharusnya dirinya juga bisa membuat Azka tersenyum dan tertawa di kala sekarang ini.
Setelah lama berdiri memandangi Azka, Rachel langsung berlari memeluk Azka. Seakan membiarkan semangat kepada Azka dan rasa yang rindu begitu dalam. Dan entah mengapa seketia bulir air pun jatuh sari matanya yang indah itu.
" Eh gue ketemu bocah lagi. Pakek acara nangis lagi."" Apaan sih ga lucu tau. Gue kangen sama lo Azka. Gue gak mau kehilangan lo." Rachel masih menangis. Dan Azka hanya bisa membalas pelukan hangat dari Rachel yang seakan bisa menghilangkan rasa sakit yang ada di tubuhnya.
Setelah itu keadaan dirumah sakit seakan sunyi, Rachel membiarkan Azka tertidur dalam damai. Awalnya, Rachel ingin keluar dari ruangan ini dan membiarkan Azka tertidur. Namun, Azka menggenggam tangam Rachel dengan erat seakan tidak membiarkan Rachel pergi dari ruangan ini. Alhasil, Azka tertidur dalam genggaman Rachel. Mau tak mau Rachel hanya bisa menunggu hingga Azka terbangun. Lama kelamaan rasa ngantuk pun menghantui Rachel. Tak lama kemudian semuanya terlihat gelap. Ia sudha masuk d alam bawah sadarnya.
•••
Hari yang cerah dengan matahari yang muncul dari arah timur. Suara dering alarm membangunkan Raffa dari bunga tidurnya. Harinini adalah pensi kedua yang akan di adakan di sekolah. Raffa tidak menggunakan seragam sekolah melainkan menggunakan celana jins dengan kaos polos yang di lapisi dengan kemeja. Ia tampak terlihat beda harinini apalagi ditambah dengan sepatu sneakers berwarna hitam dan putih.
"Ma Raffa pakai mobil aja ya hari ini." Ujar Raffa ketika ia tiba d meja makan.
YOU ARE READING
Uncertainty of feelings
Teen Fiction[#1 teenfiction]Ketika sebuah sandiwara sudah dimainkan dan kamu tidak bisa membedakannya. Apakah cinta masih berarti bagimu? Ketika oksigenmu seakan telah hilang, apakah kamu masih bisa bernapas tanpa merasa sesak? Ketika pikiranmu terus melayang d...