3. Kutukan Cakka

792 71 2
                                    

Shilla hari ini tidak membawa bekal, mengharuskan ia beli makanan ke kantin saat istirahat kedua. "mau ikut apa nunggu di kelas aja?" tawar Ray pada Shilla.

"ikut Ray aja," ucap Shilla kemudian menggandeng tangan Ray dan menjulurkan lidah pada cowok di belakangnya. Tak lain adalah Cakka. Cowok itu hanya mengerucutkan bibir dan membuang muka pura-pura tak melihat.

Shilla mencari tempat duduk selagi Ray memesan makanan untuk mereka. Ia sempat melihat anak baru di seberang sedang bercengkerama dengan beberapa siswi dengan sesekali digoda oleh cowok.

Shilla kali ini memesan bakso. Ia memberi sambal sangat banyak pada makanannya itu. Kesuakaannya.

"jangan banyak-banyak, ntar kamu sakit." cegah Ray saat Shilla hendak menyendokkan sambal untuk kesekian kali.

"udah biasa ih, nggak bakal sakit." ucapnya tersenyum kemudian melanjutkan menyendok sambal.

Ia melahap makanannya dengan tidak ada anggun-anggunnya. Ray hanya menatap Shilla setelah memakan beberapa sendok mi gorengnya.

"ih jangan diliatin," rengek Shilla kemudian menutup muka Ray dengan sebelah tangannya. Sebelahnya lagi menyantap sendokan terakhir baksonya. "huft, dah habis. Kenapa nggak dimakan?" tanya-nya menatap mangkuk Ray masih penuh.

Cowok itu hanya menggeleng. "bibir kamu merah," ucapnya tersenyum kemudian menyodorkan tisu pada Shilla.

Shilla hanya terkekeh pelan dan mengelapi.
"Shilla."

Shilla mendongak menatap Ray yang serius menatapnya, "hmm?"

Ray terdiam menatap ke kukunya, "apa sih? Kenapa?" tanya Shilla.

"emm, aku rasa ... kita nggak bisa nerusin hubungan ini,"

Shilla terkesiap, berhenti mengelapi wajahnya yang penuh keringat. Ia kemudian tertawa hambar, "kamu mau break? Buat lomba kan? Iya aku ngerti kok nggak papa," ia masih mencoba tersenyum kaku.

"bukan itu, kita harus put-"

"stop!" Shilla menatap serius ke arah Ray. Ia mencari sesuatu di mata cowok itu. "kita ada masalah?"

"enggak, kita baik-baik aja, kamu juga nggak salah apa-apa. Tapi aku merasa kita udah ng-"

"oh ok-oke, stop it! I, I know!" ucapnya terbata dengan pandangan kosong tak mau mendengar kelanjutan ucapan cowok di depannya yang ia cintai selama tiga bulan ini.

Ia bangkit dan berlalu melewati siswa-siswi yang lalu lalang di kantin meninggalkan Ray yang menunduk bersalah. Ia tak memerdulikan apapun yang di depannya. Matanya memanas.

Ia pikir, ini karena efek sambal bakso di kantin. Sialan banget sampai harus membuatnya hampir meneteskan air mata begini.

Ia tertawa hambar di taman belakang sekolah. Cinta sedang mempermainkannya? Cinta sedang bergurau? Baru kemarin ia membanggakan ikatan cintanya dengan Ray di depan Cakka, kenapa harus secepat ini pengaruhnya?

Shilla pikir, ini karena doa cowok sialan yang nyatanya dikabulkan sangat cepat oleh Tuhan. "CAKKA!!!"

Hanya cowok itu yang boleh membuatnya menangis. Ya! Dia nggak boleh menangis karena cowok lain selain Cakka. Karena nanti Cakka bisa marah. "Sialan banget kutukan lo!!" teriaknya kemudian terisak sendiri di sepinya ekosistem taman belakang sekolahnya. Hanya alam yang menampung derai air matanya.

***

Hayo tbc :*

Bagian mana yang paling kalian suka?

Ngenes [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang