9. Good Bye, Oppa.

693 64 1
                                    

Sudah sepuluh hari berlalu semenjak Shilla putus hubungan dengan Ray. Malam minggu sekarang tiba. Sesuai janji Cakka, ia ingin menagih bayarannya yang berupa waktu, senang, dan materi.

Sudah setengah jam ia menunggu Shilla di dalam rumah cewek itu. Minumannya saja sudah habis di tenggaknya.

"ck, cewek lelet banget ya."

Dari belakang terdengar deheman membuat Cakka menoleh ke belakang dan berdiri.

Shilla berjalan mendekat sambil memasukkan ponsel ke tas mini yang dipakainya.

"imut bingit, sih ...." Cakka menyubit kedua pipi tetangganya yang sedari tadi ditunggunya. "yuk, takut bedaknya luntur kalau kelamaan." sindirnya.

Shilla mendelik, "tai lo luntur, gue tipis doang ye makenya. Ini natural, you know!"

Cakka hanya mengangguk, "yes, yes, yes." belagak bisa bahasa inggris, padahal nilai dia selalu rendah dibidang itu.

Di sepanjang jalan mereka ribut seperti biasa. Apalagi cowok yang tengah menyetir motor bisa-bisanya sebelah tangannya tidak memegang kemudi hanya untuk menghayati ketika bercerita.

"yang harusnya terima kasih itu lo, Shill."

"What? Kan hari ini gue yang traktir. Masa iya gue yang makasih. Waras?"

"ya setidaknya makasih karena gue udah nemenin malming yang suram dikehidupan jones lo akhir-akhir ini."

"dih, siapa juga yang minta temenin."

"sok jaim lagi, masih mending lho gue ganteng malem ini," ucap Cakka kemudian kembali menarik gas motornya setelah lampu hijau menyala.

Mereka berdebat hingga sampai ke tujuan. Warung Mbok Judes sudah nampak, mereka disana memesan Mie Ayam dengan level yang lumayan tinggi dan hanya dengan beberapa sendok akan membuat butir-butir air mata menetes.

"gue berani taruhan, kalau lo ntar nangis duluan. Lo harus download-in gue drama korea! Satu judul penuh episode!" tantang Shilla saat mereka mununggu pesanan datang.

"what? Cuma itu?" tanya Cakka dan Shilla mengangguk. "kalau gue menang?" cowok itu tertawa remeh.

"mmm, lo mau apa? Gue Download-in anime gimana?" tawar Shilla.

"ogah. Gue anime bisa minta Bagas. Gimana kalau, lo jadi guru les gue selama sebulan?"

"hah?" Shilla melongo menatap Cakka. "nggak salah?"

Cakka menggaruk tengkuknya, "ya, gue ... Pengen aja persiapan dari sekarang." jawabnya kikuk.

Shilla tertawa, "call*1" mereka berjabat tangan kemudian pesanan mereka datang.

Mereka saling pandang dengan mata tajam. Keduanya menatap ganas ke arah mie yang dihidangkan di meja. Dengan toping somay, keduanya mengangguk dan mulai melahap.

Suapan ketiga Cakka, "huft," ia menatap Shilla yang belum nampak tanda-tanda menangis. Padahal keringatnya sudah mulai ada.

"huaaahhh," teriak Shilla sambil mengelap butir keringatnya. Bibirnya sudah merah. Tinggal separuh lagi mie nya habis.

"Cakka minta minumnya dong,"

Telunjuk Cakka bergerak menandakan tidak.

Hati Cakka tersenyum, bibirnya kaku karena bengkak. "eh, lo nangis yaaa?"

Shilla tersentak, "mana ada hah?!"

"ah itu apa? Matanya merah," tunjuk Cakka kemudian menyedot jus jeruknya untuk yang kesekian kali. Sementara minuman Shilla, sudah habis.

"nggak keles! Ini tuh... "

"apa?" tanya Cakka sambil tertawa.

"iya, iya, gue nyarah. GUE MINTA MINUM!" kemudian ia meraih gelas Cakka dan membuang sedotannya.

Padahal ia sudah menahannya agar tidak menangis, masih saja menangis. Dasar, mata cewek emang suka rese ya? Nangis pas nggak tepat waktunya.

Lenyap sudah drama koreanya...

"good bye, oppa!" ucapnya mengelap butir air matanya dengan tisu dan dihadiahi gelak tawa dari Cakka.

***

HUAH PEDES 😂😂

*1) Call = di Korea, biasanya ini diucapkan kalau mereka setuju dengan ajakan atau semacamnya.

Jgn lupa vote dan komen ya 😆 maksa lho ini

Bagian mana yang paling kalian suka?

Ngenes [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang