"pegangan," ucap Cakka sambil menstart motornya.
Shilla hanya diam, ia kesal pada kelakuan Cakka tadi. Ray dan Cakka tidak menghargai perasaannya!
Cakka pun segera menarik kedua tangan Shilla dan melingkarkannya ke perut. Si pemilik tangan pun menarik diri namun ditahan Cakka. "sesekali nurut bisa nggak, Shill!"
Mereka pun hanya terdiam dalam perjalanan. Shilla menyenderkan kepalanya ke punggung Cakka. Ia meneteskan air mata.
Shilla merasa nggak terima. Ray harusnya nggak kayak gitu tadi ke Cakka. Ray harusnya nggak peduli dia dimodusin siapa. Ray harusnya gak gitu!
"dia nggak pernah mikir perasaan gue!" ucap Shilla serak.
"udah tau rasanya digituin?"
"iya, nggak enak. Sakit," ucap Shilla.
"makanya, pikirin juga perasaan orang lain, Shill." ucap Cakka pelan.
"apa? Lo bilang apa?" tanya Shilla sambil memajukan kepalanya.
"enggak."
"ih lo mah."
"makanya jadi cewek jangan bolot!"
"lo kok ngejek gue?! Hibur gue kek, nggak guna gue tadi ngebela lo" rajuk Shilla.
"HAHAHA, ntar belajar matematika aja ya? Gue lagi mood."
"serah, yang penting besok beliin gue es krim."
***
Mereka kini duduk di teras rumah Shilla. Buku-buku, kalkulator, kertas, cemilan bahkan kipas angin sudah berantakan dimana-mana.
Mereka memang benar sedang belajar, tapi bukan Cakka kalau tangannya bisa diam. Sedari tadi ia terus saja melempari Shilla dengan kacang atom. Katanya, "daripada gue lempar bom atom hayo,"
Saat Shilla selesai menjelaskan materi terakhir yang dijelaskan gurunya kemarin, ia menatap Cakka dan melayangkan pukulan. "pensil gue kok lo gigit, sih?! Jijik anjir!" ucap Shilla kesal.
"ya elah, vitamin ini mah." jawab Cakka santai.
"gak mau tahu, besok ganti!"
"iya-iya, Shill." ucap Cakka kemudian mengambil kalkulator dan berucap, "lo tau nggak persamaannya kalkulator sama lo?"
"apaan dah tai," lalu Shilla tertawa, "emang apa?" dasar cewek. Ujung-ujungnya juga penasaran.
"sama-sama gak mau salah!"
"ASEM!! Pulang lo sana! Minggat sana! Gue gak kenal sama lo! Jangan belajar-belajar ke gue lagi!!" semprot Shilla namun kemudian tertawa puas bersama si teman dari masa ia keluar rumah hanya memakai celana dalam.
***
Saat berangkat sekolah, mereka berdua masuk ke dalam angkot yang sama. "eh ngapain lo naik angkot?" tanya Shilla yang baru saja dihampiri Cakka dan duduk berdua dengannya.
"motor gue sakit. Lo juga ngapain?"
"pengen aja," jawabnya.
"idih," kemudian dia menarik tas sekolah yang dipangku Shilla. "gue bawain. Lo kayak keribetan gitu,"
Shilla tersenyum lebar memicing, "lo lagi ada maunya, ya?" ia menunjuk muka Cakka. "ngaku lo!? Sini balikin tas gue,"
Cakka mencegah tangan Shilla untuk mengambil tasnya kembali. "please, Shill. Kali ini aja. Uang saku gue ntar buat beliin lo es krim. Bayarin ya,"
Shilla menghempaskan tubuhnya ke sandaran, "tai. Lo itu cowok, tapi nggak pernah bawa duit. Heran gue, sekere apa sih lo? Padahal nyokap lo juga orangnya gak pelit. Atau jangan-jangan...." ia melirik Cakka curiga.
Cakka melotot, "jangan-jangan apa nyet? Lo jangan mikir aneh-aneh dah."
Belum sempat Shilla menjawab, angkot yang mereka tumpangi ternyata sudah sampai di sekolah. Alhasil, mereka turun dengan beberapa siswi lainnya.
***
Follow instagram aku ya >> karin.g7
Sans, aku murah follback. Tinggal komen atau DM.Salam manis, istri Lee Jong Suk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ngenes [TAMAT]
Teen FictionWiting tresno jalaran soko kulino. Perasaan itu datang karena terbiasa. Terbiasa bersama. Terbiasa sakit. Terbiasa senang. Nggak memandang siapapun itu. Akibatnya, ia tak bisa menyadari perasaan itu hanya karena sudah terbiasa akan kehadirannya. Nam...