20. Sudah Pasti

704 63 5
                                    

Tawa dulu sebelum baca😂

"Shill, lo cantik banget sih ya ampun." ucapnya gemas kemudian menarik keras sebelah pipi cewek itu.

Shilla merintih berteriak kesakitan, membuang ponselnya lalu memukul Cakka. "tapi sayang bukan milik gue," lanjut cowok itu dan kali ini mengapit kedua pipi Shilla dengan tangannya. Bibir cewek itu maju ke depan.

"mau nggak gue milikin?"

Dari yang sebelumnya ramai karena teriakan Shilla yang kesakitan. Suasana mereka mendadak hening.

Posisi mereka yang berdekatan, membuat kedua jantung mereka marathon. Saling menatap seolah menyalurkan rasa rindu mereka selama ini.

Tangan Cakka mulai mengendur namun tetap menyentuh kedua pipi cewek itu.

"jangan keasikan cari cowok lagi, Shill. Yang di depan lo juga mau dipandang." ucap Cakka masih tetap menatap Shilla semakin dalam. Menyalurkan rasa sakit yang ia pendam selama ini.

Shilla tak mampu berucap apa-apa. Ia tercenung akan ucapan cowok di depannya ini.

"gue nggak mau lagi lihat lo disakitin cowok kayak kemaren. Jadi, jangan coba-coba ... lo bikin gue disekors gara-gara ngehajar bajingan lagi,"

"Cakka ... Lo... Lo—"

"iya, gue suka sama elo, Shill. Dari dulu. Cinta sama elo, sayang saya elo, nyet!" kemudian tangannya turun untuk memegang tangan Shilla.

"mau ya? Jadi Shilla nya Cakka?"

Shilla yang sebelumnya menatapnya serius kemudian tertawa keras, "lo receh banget, anjir."

Cakka melepas tangan Shilla, "nggak asik lo! Ngerusak suasana tau nggak! Bodo ah. Ngambek gue,"

Shilla masih saja terbahak, perutnya kram. "Lo...lo... Bahahahahaha...!"

Cakka berdecak kesal melipat kedua tangannya di dada. Melihat respon Cakka, Shilla pun meredakan tawanya.

"Cakka, tatap gue." ujar Shilla menarik wajah Cakka untuk menoleh ke arahnya.

Cowok itu masih terlihat kesal lalu menunduk. Padahal ia sudah ngumpulin nyali buat nyatain perasaan ke Shilla. Ya, sebelum kalah start sama yang katanya gebetan Shilla itu.

"lo itu temen gue, kita itu sahab—"

"gue tau, lo selama ini nggak bisa mandang gue karena lo anggap gue sahabat!" ucap Cakka berapi-api. "tapi gue nggak tahan Shill pas lihat lo disakitin cowok, dideketin cowok, digodain Jackson. Gue cemburu! Dan itu juga lo rasain kan kalo gue lagi godain cewek-cewek di sekolah? Kalo gue di deketin sama Ira? Lo juga ngerasain kan? Jujur, Shill."

Shilla menunduk, air matanya menetes tanpa diminta. Tubuhnya bergetar. Ia bingung dalam keadaan seperti ini. "tapi kita itu emang sahabat," ucapnya serak dan terisak.

"oke, berarti lo rela kan kalau gue deketin Ira balik? Gue pacaran sama dia? Pacaran sama cewek-cewek lainnya. Bilang ke gue, lo rela. Lo nggak bakal sakit hati,"

Shilla semakin terisak. Kemudian Cakka menarik cewek itu ke dalam pelukannya. "ssstt, jangan nangis. Gue nggak suka. Maaf udah nakutin lo, pukul gue. Gue emang sahabat bajingan ya," Cakka memukul tubuhnya sendiri dengan sebelah tangannya, sementara tangan lainnya digunakannya untuk mengelus punggung Shilla.

"udah Cakka, cukup!" ia menarik diri dari pelukan cowok itu.

"kalau emang itu keputusan lo, gue nerima kok. Sorry ya, lo bisa bebas cari cowok. Begitupun gue, bebas godain cewek." ucapnya seraya menghapus air mata Shilla di pipi gadis itu. Walaupun berat mengatakan hal itu, ia menerima apapun keputusan cewek ini. Ia sudah terlalu jatuh.

Shilla menatapnya sambil senggukan.

"gue pulang ya, jangan nangis terus. Besok UAS." ujar Cakka kemudian berdiri dan hendak keluar rumah Shilla.

Kemudian tangannya ditahan oleh Shilla, "jangan... Jangan pacarin cewek lain, jangan godain cewek lain." terang Shilla pelan.

Cakka menatapnya Shilla, "kasih gue alasan," tuntutnya.

Shilla menatap cowok itu dengan mata yang masih berkaca-kaca, "karena gue juga ngerasain kayak apa yang lo rasain, Cakka!"

Cakka terkejut kemudian kembali duduk di samping Shilla dan menghadap cewek itu, "jadi, lo mau jadi pacar gue?"

"tapi gue takut..."

"apa yang lo takutin, hm?"

"gue takut kalo kita putus, kita nggak bisa kayak biasanya. Gue nggak mau, sama aja gue kehilangan tiga orang sekaligus Cakka! Sahabat, pacar, dan ayah buat gue."

Cakka kembali memegang kedua tangan Shilla untuk mencoba meyakinkan gadis itu, "percaya sama gue, kita nggak bakal putus. Kita bakal bareng-bareng terus. Sampe tua. Sampe punya cucu yang gembul-gembul. Sampe gue udah ga bisa nafas lagi, Shilla."

Shilla tersenyum haru mendengar ucapan cowok di depannya, ia pun mengangguk, "iya deh."

Cakka bingung, "iya deh apa?"

Shilla malu-malu menjawab, "gue mau,"

Cakka tersenyum lebar dan mereka tertawa berdua, "ah... Pacar gue," ucapnya kemudian memeluk Shilla erat.

Shilla hanya tertawa dan diam-diam mengusapkan ingusnya ke kaos pacarnya. Asek, pacar.

***
~END~
¯\_(ツ)_/¯

Mau ekstra part? Komen kesan dan pesan kalian pas baca cerita ini. Bebas, makasih. 😉

Vote dan komen ya wkwk, btw sorry kalau nggak ngena. Soalnya gak pernah diromantisin.

Mojokerto, 20 Juni 2018
Ttd,

가린.

Ngenes [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang