Mereka berdua sedari tadi hanya bertukar pendapat. Sampai-sampai tak memerdulikan berapa banyak pasang manusia yang menatap.
Saat ini Cakka dan Shilla tengah berjalan-jalan di mall.
Entah apa yang didebatkan, yang pasti itu tidaklah berfaedah untuk masa depan bangsa dan negara. "mereka aja sih yang iri pas lihat oppa-oppa gue."
"hell! Iri your head? Jelas-jelas mereka itu nggak sunat, Shill. Lo bisa bayangin nggak sih? Aaah gue ga kebayang seberapa ukurannya sekarang." ucap Cakka penuh dramatis.
"tuh kan, iri banget sih. Mereka yang nggak sunat aja banyak yang suka tuh buktinya,"
"nah makanya itu, emang cewek sekarang nggak mikir apa ya masa depannya gimana kalo sama oppa oppo nya pada nggak punya anu."
Shilla buru-buru menatap Cakka tak percaya, "mulut bisa nggak sih dijaga?"
"jagain donk makanya," jawab Cakka menggoda.
Shilla hendak melayangkan pukulannya ke wajah Cakka, namun urung lantas dia memasuki toko buku.
Asik memilih buku-buku terbaru, ia tak menghiraukan Cakka yang daritadi mengomentari setiap sampul buku yang katanya gini lah gitu lah.
"ini sampulnya terlalu kecewek-cewekan, kalo cowok kayak gue mau beli yang ada gak jadi pas liat sampulnya. Malu dong!"
"kalau baru lihat doang, jangan sembarang berpendapat. Menilai sesuatu hanya berdasar penampilan itu tidak berperikeisian," Shilla menanggapi dengan santai dan kembali memilih.
"lha, kesambet Boy Candra, lo?"
Shilla terkekeh, "cie, kok lo tau Boy Candra segala? Baca buku juga ternyata?" ia menahan senyumnya dan berjalan ke bilik buku lainnya.
"ya gak sih, cuma gue tau aja di rak buku lo banyak buku Boy Candra gitu."
"ah ... Masa?" ia tetap menahan senyum sesekali melirik Cakka yang wajahnya menegang. "lo gak ada diem-diem pinjem buku gue, kan?" tanyanya selidik.
"hah? Eng.. Enggak lah. Ngaco lo! Buruan kek!" Cakka meninggalkan Shilla dan memilih komik dengan gelagat yang aneh.
Seusai mereka dari toko buku, rencananya mau nonton. Tapi, karena Shilla sudah bete dibuat Cakka kesal karena minta dibeliin komik pada akhirnya ia meminta pulang saja. Supaya uangnya tetap aman. Bahaya.
"ada film bagus, Shill. Ayolah,"
"nggak! Males. Lo gak mau bayar sendiri."
"kan sesuai perjanjian, Shill. Lo yang traktir. Ayolah, ada yang bagus. Teman Tapi Menikah, judulnya."
Shilla mendengus, "be de em te!" tolak Shilla kemudian berlalu meninggalkan Cakka secara ngenes.
Sedetik kemudian, tangannya dicekal cowok itu. "iya gue yang bayar." ucapnya akhirnya.
Shilla menghadap, "lo? Traktir gue? Gak biasanya."
"sesekali. Yok lah nonton." ia menarik tangan Shilla namun terhenti karena cewek itu tak berpindah tempat.
"lo gak lagi ngerencanain sesuatu, kan? Kok jadi baik gini?" tanya Shilla selidik.
"enggak, bu guru cantik... Buruan!"
Shilla tak goyah, "ah... Gue tau, lo mau kesempatan yaaaa? Ngaku!"
"tai lo ijo, kaga lah nyet!"
"oh yaudah."
"yaudah apa?"
"ayok."
***
Hadeh... 😂 gatau ini apaan. Pokonya aku lagi bahagia, gatau kenapa tiba2 suka aja liat someone ketawa :v
Vote dan komen untuk lanjut 😂😁
Bagian mana yang paling kalian suka?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ngenes [TAMAT]
Teen FictionWiting tresno jalaran soko kulino. Perasaan itu datang karena terbiasa. Terbiasa bersama. Terbiasa sakit. Terbiasa senang. Nggak memandang siapapun itu. Akibatnya, ia tak bisa menyadari perasaan itu hanya karena sudah terbiasa akan kehadirannya. Nam...