19. Kepastian (2)

506 53 0
                                    

Vote dulu sebelum baca 😆

"btw, gue hampir aja punya cewek lho, Shill." ucapnya sambil tersenyum berharap.

Kemudian Shilla menatapnya, "bodo amat," jawabnya malas.

"aaahhh, gitu amat jawabannya. Larang kek biar gue nemenin kejonesan lo dulu!"

Shilla dengan segunung gengsinya berusaha membela diri. Pasalnya, jika Cakka dibiarkan menyombongkan dirinya Shilla akan nampak nelangsa. Dan ia tidak mau.

"dih, gue juga ada gebetan tuh, sorry." ucapnya sombong. Padahal boro-boro punya. Cowok yang nge-chat dia di media sosial miliknya saja selalu ia abaikan. Kalau bahasa gaulnya itu, di read doang kaga dibales. Bagi Shilla, mending gitu sih daripada nggak diread tapi online. Nyeseknya lebih dalem, soalnya ngebatin.

"nggak usah ngibul deh lo," ucapnya sedikit santai setelah terkejut. Padahal jantung Cakka sudah berdetak tak karuan mendengarnya. Rasanya sesak ini paru-paru.

Cakka memalingkan wajahnya, kepalanya  terangkat kemudian berucap, "emang siapa?"

Shilla berdesis, "kepo banget sih, minggir!" ujarnya lantas menyingkirkan tangan Cakka yang memegang setir sepeda mininya. Kemudian mengayuh sepedanya kembali.

Cakka menatap cewek itu dari belakang dengan hati yang bergemuruh. Jangan sampai ia memendam perasaannya lagi! Melihat dia jadi cewek orang waktu itu aja nyeseknya minta ampun! Capek rasanya. Bukan raga, tapi hati.

Ia pun memutuskan untuk kembali saja ke rumah. Persetan dengan minimarket. Sambil menenteng bungkusan plastik dari Ira ia memasuki rumahnya malas sambil menatap pintu rumah Shilla yang terbuka.

***

Malam hari tiba, Cakka merasa kalut sedari pagi tak keluar kamar kalau nggak ambil camilan, minum, atau ke toilet. Bunda dan Ayahnya sedang tak di rumah, katanya sih pergi ke kondangan tapi dari pagi sampai malam nggak pulang-pulang soalnya mengantar Oma nya ke rumah paman Cakka, yaitu kakak dari Bunda.

Gini deh nasibnya tanpa Bunda, nggak ada yang masak. Capek sudah ia mengunyah camilan. Ia masih lapar. Bahkan perutnya tak bisa berbohong. Bunyinya keras bok!

'gruuukk'

Ia berguling menatap ke langit-langit kamarnya yang berwarna abu-abu. Berpikir untuk pergi atau nggak.

Tapi ia sudah gak tahan, akhirnya bangkit dan berlari keluar kamar. Ia menutup pintu rumahnya dan mengintip rumah Shilla.

Sebenarnya ia dari pagi diberi pesan Bundanya untuk makan di rumah Mama Shilla. Tapi ia saja yang gengsi. Malah asik memikirkan siapa gebetan Shilla.

Tanpa ia sadari, ternyata kini raganya sudah berdiri di depan pintu rumah Shilla yang terbuka lebar. Emang ya, tubuh nggak bisa bohong kalau lapar.

"Assalamualaikum," ucapnya memberi salam tapi langsung masuk ke rumah tanpa meminta ijin.

"Wa'alaikumsalam, Cakka. Sini, makan bareng. Ayo, ayo, ayo, duduk." sapa Mama Shilla sambil menggiring Cakka untuk duduk di samping Shilla.

Cowok itu tersenyum lebar menatap ganas ke arah makanan.

Setelah beberapa saat, mereka selesai makan dan Mama Shilla membereskan meja makan dibantu anaknya.

Sementara Cakka tiduran di sofa sambil menonton tv. Lalu beberapa saat kemudian, Shilla duduk di sambing kepalanya.

Cewek itu tengah bermain ponsel. Cakka sambil mencuri perhatian melirik Shilla yang sepertinya sedang chatting dengan seseorang.

"semangat bener ngetiknya," sindir cowok itu.

Shilla menghentikan aktivitasnya dan menatap cowok itu tajam, "iyalah. Chatting sama orang penting gituloh."

Cakka bangkit dari tidurnya dan duduk di samping Shilla seraya mendengus, "dih." ia melirik ponsel Shilla. "sama siapa sih?"

Shilla melirik sekilas, "kepo banget dih,"

Cakka tak terima diejek seperti itu membela diri, "eleh, paling-paling sama Jackson."

Jackson adalah cowok culun tapi genit. Anak orang kaya. Tetangga kelas mereka. Dan terkadang Shilla juga digoda oleh cowok culun ingusan itu. Terbukti dari berbatang-batang coklat yang kadang ia terima. Walau ujung-ujungnya juga dimakan cowok disampingnya ini.

"enak aja, gue gak kayak lo, yang disodorin jajan dikit hatinya langsung nyangkut?" sindirnya.

Cakka menghela nafas, "kan sayang, Shill..."

Shilla menatapnya tajam.

"sayang sama jajannya kok, bukan orangnya." lanjutnya terkekeh.

Shilla memajukan bibirnya merasa kesal.

"Shill, lo cantik banget sih ya ampun." ucapnya gemas kemudian menarik keras sebelah pipi cewek itu.

Shilla merintih berteriak kesakitan, membuang ponselnya lalu memukul Cakka. "tapi sayang bukan milik gue," lanjut cowok itu dan kali ini mengapit kedua pipi Shilla dengan tangannya. Bibir cewek itu maju ke depan.

"mau nggak gue milikin?"

***

Di update cepet, juga jangan lupa vote yang part sebelumnya ya 😂 wkwk

Ngenes [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang