4. Kan Kampret

751 65 0
                                    

"ngapain neng? Sendirian aja, pake nangis pula." sindir Cakka saat menghampiri cewek yang sedang bolos jam pelajaran.

Shilla mengelap air matanya, "gara-gara omongan lo nyet! Gu ... Gue ...." ia tak sanggup menjelaskan dan kembali menangis terisak.

"lo itu udah jones, jangan pake nangis makin jelek tau nggak. Jijik gue liatnya."

Shilla mengusap air matanya dengan sapu tangan yang diberikan Cakka, "lo... Lo nga...ngapain kesini?" ucapnya sambil senggukan.

"ya lo ngapain bolos? Mau gue aduin mama?"

Shilla melotot, "ja...jangan, terus ngapain lo ikut bolos? Masuk sana."

"nggak usah sok nolak deh, kalo mau nyandar ya nyandar aja. Bahu gue belum ada yang punya!" ucap Cakka enteng kemudian mendapat kekehan dari Shilla.

***

Shilla dan Cakka berhasil bolos dua jam terakhir sekolah. Kini mereka berjalan menuju parkiran saat memeriksa sekolah sepi. Shilla hanya tak ingin ia ketemu Ray sementara waktu.

"gue nebeng ya," ucap Shilla pada Cakka.

"nggak ada yang gratis! Palagi buat pengidap jones."

"lo gitu banget sih, ngaca dong!" protes Shilla tak terima.

"gue mah santai. Kan gue yang punya motor," ucap Cakka kemudian memakai helm dan menstart motornya. "cepet naik atau gue tinggal." Shilla pun tersenyum dan menuruti ucapan Cakka.

***

Sesampainya di rumah, ia hanya mengurung diri di kamar. Sampai saat ini, teman-temannya mengiriminya pesan untuk sekedar menguatkan Shilla agar tidak bersedih.

Bagaimana tidak bersedih? Sampai saat ini, Ray nggak merasa bersalah sampai harus menelfonnya atau sekedar mengiriminya pesan.

Berharap banget, Shill? Kan udah mantan. Oh iya sih.

Ia pun membuka buku diary-nya dan menuliskan sesuatu disana. Untuk kemudian dilipatnya menjadi angsa dan digantungnya bersama bentuk origami lainnya.

Aku berada pada keadaan mencintai yang tak keberatan jika harus kehilangan. Karena pada akhirnya yang ditakdirkan akan tetap menemani, dan yang tidak ditakdirkan selalu menemukan alasan untuk pergi. (mangatapurnama)

Jika diingat, begitu banyak kenangan. Namun Shilla nggak butuh kenangan, ia butuh kesetiaan, ketulusan. Sia-sia tiga bulannya selama ini. Membuat harinya sekarang menjadi kacau.

"papa, Shilla sedih." ucapnya menatap foto kecil di meja belajarnya.

Dering ponselnya membuat Shilla mengalihkan perhatian.

Cakkampret
Helo jones! 😉

"belagu banget, mentang-mentang ada temen jonesnya jadi semangat. Kan kampret!"

***

Wah tbc ;)

Lagi sibuk.
Bagian mana yang paling kalian suka?

Ngenes [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang