Desas-desus Cakka berpacaran dengan Shilla mulai merambat ke telinga anak sekolah. Apalagi, setiap harinya mereka berangkat bersama. Walau jarang terlihat mesra, si yang dulunya pasangan berantem itu tak ragu menyalurkan perhatian satu sama lain.
Yang paling menonjol lagi, perubahan Cakka. Ia tak lagi menggoda cewek di koridor sekolah. Apalagi, setelah ada korban PHP olehnya yaitu— Ira.
Cewek polos itu mencoba menerima kenyataan semenjak Cakka menjelaskan semuanya. Bahwa mereka berada dalam zona Adek-Kakak. Tidak lebih. Ira cukup tahu kan?
"bangga banget ya, men punya pacar cewek manis lima langkah dari rumah?" sindir Bagas saat gerombolan mereka berjalan menuju kelas.
"menurut gue nih Kka, lo belum boleh bangga sebelum lo traktir kita-kita. Percuma lo pacaran sama anak presiden sekalipun kalo temen lo nggak ikut ngerasain enak, nggak afdol namanya." jelas Jaka.
Cakka mengapit kepala Bagas dengan lengannya, "gue juga tau kale, maunya kemana lo pada?"
"itu urusan belakang, berangkat dulu aja dah."
"berangkat kemana?" Shilla yang menghampiri mereka dari belakang membuat ke empat cowok itu berbalik.
"eh, cewek manis." kebiasaan Bagas menyapa Shilla dengan sebutan tersebut lantas membuat Cakka melotot tajam ke arah cowok itu.
"anjir, lupa. Sorry men sorry," ujar Bagas sambil cengengesan.
Cakka kemudian menarik lengan Shilla pelan. "pergi dari sini aja yuk, Shill. Cari tempat yang aman dari mereka."
"anjir dikira kita apaan?"
***
Mereka berdua duduk di taman dekat kantin. Shilla yang membawa kotak menyerahkannya pada Cakka. "nih, makan."
Cakka menggembungkan pipinya menahan senyuman, "perhatian banget, thanks ya, nanti dimakan kok."
"sekarang atau gue bawa balik!"
Kalah telak. Ancaman cewek emang paling mujarab, nggak terkalahkan. Cakka dengan semangatnya langsung mangunyah roti bakar yang dibawakan Shilla.
"enak, rasa anggur." ucap Cakka seraya mengangguk-anggukan kepala sambil mengunyah.
Shilla tersenyum manis kepadanya kemudian dibalasnya dengan senyuman manis juga walau dengan pipi penuh roti bakar.
"Shill, jangan tunjukin senyuman ini ke cowok lain," ucapnya kemudian mengelus sudut bibir Shilla pelan. "bahaya,"
Shilla tak kuasa menahan senyumannya yang semakin lebar, "apaan sih,"
Cakka terkekeh, "serius, kantin yuk. Gue beliin es krim." ajak Cakka lalu merapikan kembali kotak bekal Shilla.
Seminggu mereka pacaran, tak sering Cakka juga membelikan sesuatu yang Cakka tau bahwa Shilla suka. Tapi yang namanya cowok perhitungan tetep aja perhitungan, memang benar Cakka akan membelikannya. Tapi, "gue beli es krim dulu, lo kesana ya beli pisang keju."
Shilla hanya menanggapi dengan senyum manis, "untung sayang."
***
Sore ini, Cakka merasa sudah delapan kali ia membaca kalimat yang sama. Bagaimana bisa konsen, kalau di depannya ada cewek manis pakai hot pants lagi belajar? Pas jadi teman sih, biasa aja. Entah kenapa semenjak jadi pacar, mandangnya kok beda ya? "rasanya pengen gue pakein sarung tuh kaki, biar aman." gerutu Cakka pelan.
Shilla dengan kurang ajarnya justru nyaman nyaman saja dilihatnya. Membaca buku catatan dengan sesekali menggarisi tulisannya dengan bolpoin warna.
Padahal, tanpa Cakka sadari cewek itu pikirannya juga entah kemana. "gue nyerah!" ucap Cakka tiba-tiba, membuat Shilla reflek mengikuti Cakka yang berdiri. "ganti pake celana, Shill!"
Shilla mengernyit kebingungan. Memandang kakinya. "siapa? Gue? kenapa?" tanya nya merasa tak melakukan kesalahan apapun.
Cakka mengusap wajahnya kasar, "di depan lo ada laki-laki, sayang. Bikin salfok tau nggak. Ganti sendiri atau gue gantiin pake sarung?" tawarnya mencoba kalem. Bisa berape kalau pacarnya yang sensitif sejak masih di orok itu mengamuk. Bisa-bisa kucingnya nggak mau kawin lagi sama kucing Shilla. Yang punya galak.
"biasanya gue juga make ini deh," Shilla menggerutu mulai kesal.
"ntar dipake nya pas lagi sendirian di kamar aja, bahaya kalau di luar. Lo tau gimana pikiran cowok pas mandang yang mulus-mulus kan?"
Shilla mencoba mencerna ucapan Cakka. Seketika itu ia lantas melotot tajam ke arah pacarnya yang baru seminggu jadian. "dasar Cakkampret mesum!!!!!" teriaknya menggelegar seraya berlari masuk ke rumahnya.
***
Baca part selanjutnya ya, please. :))
Jangan lupa tetep vote dan kasih komentar.
Salam manis, Karin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ngenes [TAMAT]
Teen FictionWiting tresno jalaran soko kulino. Perasaan itu datang karena terbiasa. Terbiasa bersama. Terbiasa sakit. Terbiasa senang. Nggak memandang siapapun itu. Akibatnya, ia tak bisa menyadari perasaan itu hanya karena sudah terbiasa akan kehadirannya. Nam...