"Tan bermimpi bahwa eunsang adalah dunianya. Tapi kau memimpikan tempat tertinggi. Dan aku tidak akan menghalangimu," ---The Heirs.
Kadang Siwon ingat, bahwa ia tidak memiliki apa yang teramat sangat dibutuhkannya. Seperti sebuah mobil yang olinya sudah kering, atau laksana pisau dapur yang mulai tumpul.
Meskipung tak jarang pula ia lupa -atau mungkin sengaja melenyapkan ingatannya melebur ditiup angin, entahlah. Sebenarnya ia sendiri juga ambigu dengan bermacam rasa di dadanya.Pikirannya suka sekali memutar bayangan seseorang yang selalu terpatri dihatinya, tapi selalu ingin dilenyapkannya, entahlah. Rasanya mulai aneh ketika ia memikirkan bagaimana surai pekatnya melayang tertiup angin. Juga ketika ia menatap kedua mata besar dengan manik caramel yg menghipnotis, rona merah muda yang mewarnai pipinya, atau lengkungan Indah yang tersungging dibibirnya.
"Won, kau memikirkan sesuatu?".
Suara itu memecah pikiran Siwon, membuat pemuda yg masih duduk di bed-sofanya itu menoleh, menatap pada bayangan seseorang yang baru saja memenuhi kepalanya. Perlahan senyumnya merekah, memperlihatkan lesung pipinya yg manis.
"Yoong, bagaimana kalau kita menikah?" Siwon menatap sepasang caramel didepannya.
Gadis itu bergeming, mencoba untuk meresapi kata-kata yang baru saja keluar dari Siwon. Mata bulatnya terpaku polos pada pemuda itu, membuat keduanya saling menatap satu sama lain. Yoona menelusuri manik pekat yg tengah menatapnya, mencari sesuatu yg benar-benar bisa meyakinkannya.
Hening.
Kesunyian yang tiba-tiba itu menyergap mereka, seolah membiarkan keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing, pun pada kenyataannya kebekuan diantara mereka tengah memojokkan, membuat satu sama lain makin larut dalam diam.
Siwon menarik napas, membuat Yoona menatap lelaki itu dengan intens. "Aku akan mengakhiri semuanya, jadi ----" ia menggantungkan ucapannya.
"Jadi ----" Yoona juga menggantungkan kata-katanya. Kemudian gadis itu maju beberapa langkah, menyingkirkan jarak diantara mereka.
Membuat Siwon bergeser dan memberikan riang bagi gadis itu disisinya.Akhir-akhir ini Yoona sering lupa, bahwa ia tidak bisa memiliki apa yang teramat sangat diinginkannya. Seperti tunawisma dan sebuah rumah, atau rengekan bayi yang lapar. Meskipun tak jarang rasa nyeri yang berkepanjangan hinggap didadanya, taat kala ia ingat bahwa keinginannya hanya fantasi belaka.
Otaknya suka sekali memikirkan hal-hal yang tidak bisa dijangkaunya, misal saat Siwon mulai membicarakan mimpinya, mengabaikan setiap kata yang terucap tentang berbagai kemungkinan yang timbul pada hubungan mereka. Atau seperti ketika prianya menatap intens, menanyakan bagaimana nasib hubungan mereka. Padahal pikirannya sangat sulit untuk mencerna, bagaimana bisa Siwon berhenti dari mimpinya?.
"Bagaimana dengan pernikahan?" Siwon membuka suara.
"Mengapa kau suka sekali membuatku bingung, wonnie?" Yoona menghela napas, "Ini soal mimpimu -----"
"Haruskah aku menyerah?"
Yoona memejamkan matanya, menenggelamkan dirinya dalam kegelapan sejenak. "Lihat? Kau tidak yakin dengan solusi yang kau tawarkan... "
Siwon bangkit, melangkahkan kakinya kearah balkon. Melihat setiap pemandangan yang bisa dijangkaunya. Pikirannya kembali melayang, saat dulu pertama kali mereka bertemu rasanya tidak sesulit ini. Memang tak sering Siwon memikirkan keputusannya untuk mengakhiri hubungan mereka, tapi bukan berarti mereka tak pernah terlibat pertengkaran. Setidaknya satu atau dua kali pemuda itu pernah memikirkan rasa sakitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerita Yoonwon (Drable,oneshoot,ficlet)
FanfictionKumpulan cerita yoona dan siwon pastinya baik sad,romance, marriage life dll..