19

2.6K 453 162
                                    

Tanpa Edit... Banyak typo.

Aku pikir peminat dunia guard kurang jadi aku sengaja memfokuskan ceritaku ke cerita yang lainnya.

Menurut kalian lanjut atau nggak???

Selamat Membaca!!!

Yuga dan yang lainnya memutuskan membawa Nana ke sebuah penginapan. Akira dan Atilah mencari orang yang meleparkan pisau itu. Sosok tengang Dante tiba-tiba lenyap. Ia menatap Nana yang terbaring dengan raut wajah yang sangat khawatir.

Yuga memeriksa luka di tubuh Nana dan ia menatap Dante dengan tatapan dalam. "Racun ini sangat keras dan hanya tabib Liu yang bisa menyembuhkannya" ucap Yuga.

Dante berdiri dan menatap Yuga dengan dalam "Aku akan mencari tabib Liu dimanapun ia berada" ucap Dante namun Yuga menghela napasnya.

"Tabib Liu sudah tua Dante aku rasa saat ini mungkin dia sudah tidak ada lagi. Kau ingat terakhir dia mengatakan apa?" jelas Yuga.

Dante memejamkan matanya entah mengapa bayangan akan keghilangan sosok ceria Nana membuat dadanya terasa sakit. Ia tidak ingin kehilangan Nana.

"Aku tidak akan menyerah Kak. Aku mohon cari cara agar Nana bisa selamat!" pinta Dante.

Kirana meneteskan air matanya. nana adalah teman perempuan pertama yang ia miliki. Ia sama seperti Dante tidak ingin kehilangan Nana.

Yuga menatap keduanya dengan tatapan sulit diartikan namun ketika ia melihat air mata menetes di sudut mata Kirana membuatnya harus mengatakan hal yang seharusnya tidak ia katakan karena bisa saja ia kana kehilangan adiknya hanya untuk mendapatkan penetral racun itu.

"Buah delima hitam, tumbuh di Gua zuu, kuburan pedang" ucap Yuga.

Dante menatap Yuga dengan mata merahnya membuat Yuga memegang lengan Dante. Dante memiliki setengah kekuatannya yang terinfeksi virus tapi adiknya itu tidak cukup kuat melawan monster raksasa.

"Aku tidak akan mengizinkanmu!" ucap Yuga.

Dante menatap Yuga dengan tatapan penuh amarah "Aku tidak akan membiarkan dia mati Kak. Aku akan mencari delima hitam!".

Tirgan dan yang lainya melihat perdebatan antara Yuga dan Dante. Dante mengeluarkan pedangnya membuat mereka semua terkejut.

"Jangan menghalangiku Kak!" ucap Dante.

Yuga menatap sang adik dengan tatapan datarnya namun ketika warna matanya berubah menjadi merah kebiru-biruan membuat mereka semua khawatir.

"Tempat itu bukan tempat biasa. Kau akan mengulang kejadian beberapa tahun dimana kita hampir kehilangan Ayah. dia bukan siapa-siapamu" ucap Yuga.

Dante mengibaskan pedangnya ke leher Yuga membuat Kirana berdiri diantara keduanya. "Jangan! Nana tidak akan suka kalian bertengkar demi dirinya. Kita bisa mencari jalan keluarnya dengan pikiran tenang!".

Tirgan memegang dagunya dan ia menyunggingkan senyumanya "Jika pembuat racun itu ada disini pasti dia memiliki penawar racunnya dan jika tabib Liu sudah tidak ada maka, Racun ini pasti dibuat oleh muridnya atau anaknya".

Ucapan Tirgan membuat Dante menurunkan pedangnya. Dengan mata memerah ia menatap Tirgan. "Cari dia atau nyawamu dan mereka semua akan mati! " ancam Dante.

Tanpa Dante sadari Yuga bergerak dengan cepat dan berhasil memukul punggung Dante hingga membuat Dante tersungkur. Yuga menarik Dante dan menyeretnya. Ia melempar tubuh Dante hingga terlentang disamping Nana. Tanpa kata Yuga mengeluarkan sebuah pil dari dalam bajunya.

Kirana terlejut dan ia menarik lengan Yuga "Apa yang kau lakukan Tuan? ".

Maci yang berada di sampung Kirana selalu mengikuti langkah Kirana. "Dia terlalu berisik dan itu sangat mengganggu" ucap Yuga.

"kita tidak mungkin membiarkan Nana mati. Walaupun aku membenci sikap sok cantiknya tapi dia tetap temanku" ucap Yui dan yang lainya menganggukkan kepalanya.

David, Tirgan, Akira dan Atila saling bertatapan menunggu perintah sang pemimpin yang saat ini sedang menatap sang adik dengan serius.

"Dante dia... " kirana melihat Dante sama sekali tidak bergerak membuatnya khawatir.

"Dia tidak apa-apa. Sebentar lagi dia akan kembali tenang. Jika di emosi tempat ini akan hancur" jelas Yuga

"Kita hanya ada waktu beberapa jam sebelum racun itu menggerogoti organ dalamnya" ucap Yuga dengan suara dinginnya.

David tersenyum "Kau memasukkanku ke dalam Timmu pasti menginginkanku menjadi pencuri" ucapan David membuat mereka menatap kearah David.

"Jika kau tahu tugasmu segeralah laksanakan. Kau akan dibantu Atila dan... " ucapan Yuga terhenti saat menatap Yui dan Kirana.

"yang kami butuhkan Jiro. Dia bisa menarik perhatian para lelaki agar dapat mengalihkan kegiatan penjagaan. Karena kita tidak mungkin menyerang mereka secara terang terangan" jelas David.

"Aku ikut" ucap Kirana menyetujui ucapan David. Yuga tidak mengatakan apapun membuat mereka menunggu apa yang ingin diucapkan sang pemimpin.

Tirgan menahan tawanya. Ia tahu Yuga sebenarnya tidak ingin Kirana ikut dalam rencana itu.

"Jiro akan lebih berguna dibandingkan Yui. Dia seorang laki-laki yang cukup tangguh" goda Tirgan membuat Yuga mengetakan rahangnya.

"pergilah tapi jika dalam waktu lima jam kalian gagal. Kalian harus segera kembali karena aku yang akan pergi mengambil buah delima hitam. hanya aku yang mampu keluar hidup-hidup dari sana" ucap Yuga walaupun sebenarnya ia ragu apakah ia bisa menghadapi apa yang ada dikuburan pedang. Untuk saat ini ia belum bisa menemukan kunci untuk masuk kedalam kuburan pedang yang menyimpan banyak misteri.

kirana tersenyum, ingin sekali ia memeluk Yuga. Namun Kirana merasa malu jika ia bersikap kurang ajar kepada calon presiden guard itu. Setelah tinggal bersama Yuga, baru kali ini ia berpisah dengan Yuga. Kirana berpura-pura tegar. Ia tersenyum saat netra hitam Yuga menatapnya dengan dalam.

Yuga mengalihkan pandanganya dan menatap kearah Atila. "Jaga dia!" ucap Yuga membuat Akira dan Atila menahan tawanya sedangkan David terkekeh.

"Iya, Tuanku" ucap Atila.

Ketiganya ingin sekali mengejek Yuga sebagai penyuka sesama jenis tapi ketiganya lebih takut kehilangan leher mereka. Sikap Yuga yang sulit ditebak membuat ketiganya menahan apa yang ingin mereka ucapkan.

"Pergilah!" Yuga mengelus kepala Kirana dengan sayang. Wajah kirana memerah dan ia sungguh sangat malu karena ia tahu apa yang dipikirkan oleh seluruh timnya kecuali Tirgan.

Yuga menatap punggung Kirana dengan datar namun sebenarnya didalam hatinya tersimpan kekhawatiran. Yuga mengalihkan pandangannya saat Tirgan menatapnya.

"Apakah anda khawatir putra mahkota?" tanya Tirgan.

"Cukup panggil namaku saja dan disini bukan ibu kota" ucap Yuga.

"Anda sungguh mirip dengan presiden Kamiya" ucap Tirgan. Ia pernah beberapa kali bertemu presiden Kamiya di wilayah distrik yang pernah ia tinggali.

"mungkin wajahku memang mirip dengannya yang tak lagi menua tapi sikapku berbeda dengannya" ucap Yuga dingin.

Anda terlalu kesepian. disaat semua ank bermain dengan temannya, anda terkurung di sebuah ruangan untuk mendapatkan pelatihan dari Ayah anda.

Menjadi manusia istimewa tapi membuat hidup anda terkekang Tuan...

Hanya wanita itu yang membuat anda tersenyum. Anda mencintainya putra mahkota....

"Aku tahu kau membicarakanku Tirgan. Keistimewaan yang aku milikki ini adalah sebuah kewajiban untuk menjaga keseimbangan" ucap Yuga.



Legenda dunia GuardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang