Bagian Enam Belas

7.8K 775 34
                                    

"Lo mau makan apaan?" Tanya Prilly. "Nasi goreng aja lah, lo yang pesenin 'kan?" Tanya Rassya. Prilly mengangguk sekilas, "Tunggu bentar." Siswa-siswi yang sedang mengantri di stan nasi goreng buru-buru minggir, berusaha menghindar agar tidak menyenggol Prilly.

Prilly hanya acuh atas perubahan gerak-gerik orang di sekitarnya. Setelah ia memesan dan mengambil pesanannya, ia balik menuju meja yang ditempati Rassya. "Nih, pesenan lo. Tadi gue bayar pake uang gue, jangan lupa dikembaliin," ujar Prilly blak-blakan.

"Oh iya! Mampus! Gue baru inget, pas kemarin Ali beliin gue nasi lemak juga belum gue bayar," cicitnya pelan. Rassya tertawa pelan, "Ini makanan lo, gue traktir deh. Lagian sebungkus nasi lemak gak bakal buat Ali miskin kali."

Rassya menyerahkan selembar uang berwarna hijau. Prilly mengangguk setuju. "Ternyata lo gak sejutek yang gue kira, cuma kesan awal lo doang yang sok cuek banget," ujar Prilly. "Oh ya? Mungkin kita belum kenal deket kali, lagian lo SKSD," goda Rassya membuat Prilly menepuk lengan Rassya kesal.

"Udah-udah gue mau makan dulu, habis ini lo balik duluan aja ke kelas, gue mau ngasih uang ke Ali dulu," pesan Prilly. Rassya hanya mengangguk tanpa membantah. Selepas, menghabiskan makanan di piringnya, Prilly memutuskan untuk mencari Ali ke ruang OSIS.

Sesampainya di depan ruang OSIS, Prilly melihat sosok Ghina baru keluar dari ruangan yang ingin ditujunya. "Alinya ada?" Tanya Prilly. Ghina melirik Prilly sinis, ia masih marah atas sikap Prilly kemarin kepada sepupunya.

"Ngapain lo nyariin Ali? Mau nyerahin diri ke dia gara-gara lo berulah lagi? Dasar cewek gak bener!" Ujar Ghina sinis. Prilly yang tadinya bersikap biasa, langsung marah atas balasan Ghina yang sangat-sangat menyebalkan.

"Gue cewek gak bener? Udah ngaca? Apa lo lebih bener daripada gue?" Tanya Prilly balik sambil menyeringai. "Seenggaknya gue jauh lebih manusiawi daripada lo. Dan ingat ya, Prilly Latuconsina, si Ratu Tukang Bully seantero sekolah ini. Jangan pernah jadi benalu bagi OSIS, karena kerjaan kita bukan cuma buat ngurusin tingkah lo," gertak Ghina.

"Oh ya? Jauh lebih manusiawi? Tapi mulut lo gak jauh-jauh dari gue kok, sama-sama berbisa. Gue benalu bagi OSIS? Itu tujuan gue kok, mau nyusahin semua anggota OSIS, termasuk lo dan Ali," balas Prilly santai. Wajah Ghina memerah, ia murka dengan ucapan Prilly, ia juga murka karena Prilly bisa bersikap sesantai itu.

"Terus lo maunya apa? Lo kira gue takut sama lo? Jangan nyolot dong," balas Ghina. Ia mendorong bahu Prilly, membuat Prilly terdorong mundur beberapa langkah. "Sampah masyarakat! Gue gak takut sama lo ya! Jangan macem-macem sama gue," Prilly membalas Ghina dengan mendorongnya juga.

Tapi jangan main-main, dorongan Prilly penuh dengan tenaga dan kekesalan, membuat Ghina terjungkal jatuh. Dan tak lama, Ali keluar dari ruangannya. Ia keluar karena mendengar keributan yang berasal dari ruangannya dan mendapati tubuh Ghina yang sudah jatuh terduduk.

"Kalian berdua apa-apaan sih? Dan lo, Pril! Mau nyari sensasi lagi setelah gue tampar kemarin?" Tanya Ali frustasi. "Tanya tuh sama si jablay!" Balas Prilly melirik Ghina sinis. Ghina buru-buru bangkit, rasanya ia ingin sekali menampar wajah Prilly.

Tangannya terjulur naik, hendak melakukan hal yang pernah ia lakukan kepada Prilly beberapa hari yang lalu. Namun tangannya dicegah oleh Ali, "Jangan main kekerasan." Prilly mendengus melihat interaksi antara Ali dan Ghina yang menurutnya sangat drama.

"Kenapa?! Kok gak jadi nampar gue? Gue pengen ngerasain tamparan lo untuk kedua kalinya," ujar Prilly. "Lo!" Desis Ghina. "Pril, lo ikut gue," ujar Ali dengan nada penuh penekanan. Ali mencengkram tangan Prilly, ia menarik Prilly masuk ke ruangannya. Sedangkan Ghina, ia tidak ikut masuk ke dalam ruangan Ali.

OMBROPHOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang