Bagian Satu

12.9K 1K 33
                                    

JAKARTA, 25 AGUSTUS 2016

"Ups, sorry ya, gue gak sengaja," tawa Prilly riang melihat hasil karyanya. Entah ini sudah korban keberapa yang menjadi target bully-annya. Gadis culun yang jadi korban pembully-an Prilly hanya bisa menunduk lemah tanpa melawan sedikit pun.

Prilly Latuconsina, siapa yang tidak kenal dengannya? Ratu Tukang Bully yang setiap hari mengincar murid-murid cupu untuk dijadikan bahan ledekan. Tak lama berselang, terdengar suara tepukan tangan dari arah luar kantin.

Sontak semua murid yang sedang menikmati pertunjukkan di hadapannya mengikuti arah suara tepukan tangan itu. Terlihat dari arah luar kantin siluet sang Ketua OSIS yang tampan memikat pujaan hati para gadis di sekolah, Aliando Syarief.

"Wah, akhirnya pahlawan kesiangan kita muncul juga, tepuk tangan dong," perintah Prilly sambil tertawa keras. Mendadak suara di kantin menjadi hening, mereka sudah bisa menduga apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Lo gak capek apa tiap hari nge-bully anak orang mulu? Bayangkan coba lo yang ada di posisi mereka," kata Ali sinis. Prilly tertawa remeh, "Gak pernah tuh terbesit di otak gue menjadi kayak mereka, dibully dan ditindas."

"Lo itu masih anak kelas 10, tapi ulah lo udah melebihi kakak kelas!" Teriak Ali penuh emosi. "Emangnya kenapa sama anak kelas 10? Gak boleh melawan saat ditindas sama kakak kelas? Oh iya, gue cuma mau bilang kalo gak ada gue, mungkin sekolah ini bakal flat mulu, ngebosenin tau gak?" ujar Prilly beranjak pergi.

Setelah kepergian Prilly, terdengar grasak-grusuk dari murid-murid yang menonton pertunjukkan gratis antara Ratu Tukang Bully dan Ketua OSIS. "Gue sebagai perwakilan dari Prilly, minta maaf atas kejadian barusan, gue harap lain kali lo bisa melawan sama dia. Pergi bersihin baju lo, lo boleh minjem baju sama Mila di ruang OSIS," perintah Ali pada korban bully-an Prilly.

"Ma..makasih, Li." Gadis itu merona saat Ali memberikan perhatian kepadanya. "Udah, udah semua boleh makan dengan tenang." Dan saat itu juga Ali itu undur diri. Keadaan kembali normal setelah masalah bully hari ini sudah dituntaskan oleh Ali.

* * *

"Gila ya lo, Pril! Nyari masalah mulu sama Ali yang gantengnya kebangetan itu," ujar Gritte menggeleng-gelengkan kepalanya melihat teman sebangkunya yang sangat hobi mencari masalah dengan Ali.

Prilly menjitak dahi Gritte, "Ganteng, iya ganteng kalo dilihat dari lobang pipet!" Ujar Prilly kesal. "Ye..mata lo aja katarak gak bisa melihat betapa cool-nya Ali saat marahin lo, apalagi dia pas menjelaskan di podium, wih..gantengnya makin maksimal."

"Jadi, sekarang lo udah jadi bagian dari Alicious? Mana Gritte yang katanya bakal selalu setia di samping Prilly?" Gritte menggeleng-gelengkan kepalanya dramatis. "Lo kira gue kayak pengikut Dimas Kanjeng? Hih..entar gue dibunuh lagi sama elo," ujar Gritte asal.

"Dimas Kanjeng? Sapaan tuh?" Tanya Prilly. "Makanya nonton berita, jangan asik heboh sama dunia pembully-an aja," gerutu Gritte. "Mendingan gue nonton konsernya Selena Gomez, daripada nonton berita-berita gak mutu kayak begituan." Ujar Prilly santai.

Obrolan Prilly dan Gritte terhenti akibat guru telah masuk ke dalam kelas mereka. Tak lama berselang, pintu kelas terbuka lagi dan memunculkan sosok yang mengerikan, bukan hantu atau sejenisnya, tapi guru BK.

"Pril, kok tumbenan banget guru BK dateng? Apa lo dilaporin sama Ali ya?" Tanya Gritte sambil menatap aneh sosok guru BK yang sedang berdiri di depan kelas. Prilly mengendikkan bahunya acuh, "Lagian kalo si Ali ngelapor, malah gue bakal makin gencar nyusahin dia."

Kemudian, pintu kelas terbuka lagi, membuat seluruh penjuru mata menghadap ke arahnya. Munculah sesosok titisan pangeran ganteng, Gritte yang tadinya penasaran dengan kedatangan guru BK, kini rasa penasarannya terjawab sudah. Ada kedatangan murid baru di kelasnya.

"Te, tuh murid cakep banget ya! Mana kelihatannya dari kalangan atas, duh...kira-kira dia demen ngebully orang gak ya?" Bisik Prilly sambil menatap murid baru yang bernama Rassya. Mata Gritte membulat sempurna, "Apaan sih, Pril?! Jangan nyeret dia ke dalam dunia lo!"

"Rassya sekarang kamu boleh duduk di belakang Prilly," ujar guru bidang studi yang membuat Prilly tersenyum senang. "Sini duduk di belakang gue!" Seru Prilly menjawab kebingungan Rassya mencari murid yang bernama Prilly.

Setelah Rassya sudah duduk, guru BK keluar dari kelas dan guru bidang studi melanjutkan KBM yang sempat terhenti. Prilly memposisikan duduknya menyamping. "Hai, gue Prilly. Nah, kalo dia Gritte." Sapa Prilly tersenyum jenaka. "Oh, lo udah tau nama gue 'kan?" Balas Rassya membuat Prilly berdecak.

Songong banget nih bocah. Batin Prilly menggeram.

* * *

"Pril, gue nebeng lo ya!" Seru Gritte yang terburu-buru memasukkan bukunya ke dalam tas saat melihat Prilly yang hampir keluar dari kelas. Prilly yang mendengar namanya dipanggil berbalik sambil menatap sebal Gritte.

"Yaudah, kuy buruan." Gritte mempercepat langkahnya menghampiri Prilly. Kemudian, Prilly dan Gritte berjalan menuju area luar sekolah menunggu jemputan Prilly.

"Te, menurut lo nih ya. Rassya itu orangnya gimana sih? Gue kayaknya tertarik deh sama dia, soalnya aura dia rada menindas gitu." Ujar Prilly. "Bukan cuma itu aja, kalo emang dia demen nindas orang, dia 'kan bisa temenan sama kita." Imbuh Prilly.

"Astaga Pril, pembahasan tentang nindas orang kayaknya gak bakal habis di hidup lo, ya?" Cerca Gritte sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Menurut gue sih, mendingan lo sama Rassya tobat bareng deh. Jangan aneh-aneh, kasian sama orang-orang yang kalian bully." Ceramah Gritte membuat Prilly memutar bola matanya malas.

* * *

Jadi, untuk adegan cerita aku ubah total. Tapi, aku gak bakal ngubah alurnya. Jadi, kalo ada adegan yang berbeda, kalian jangan bingung, itu memang bagian dari revisi.

125 vote dan 35 comment untuk bagian selanjutnya:)
Enggak menuntut kok, cuma aku pengen kalian bisa lebih menghargai aja:)

OMBROPHOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang