"Pril, ada murid baru tuh, keliatannya sih culun," ujar Gritte. "Tapi yang gue denger sih, dia sepupunya Ghina," lanjut Gritte. "Wah, menantang tuh! Anggap aja ini pembalasan karena semalem Ghina dibebasin sama Ali," balas Prilly.
"Tapi dia pasti punya tameng, Ali gak akan ngebiarin lo gangguin sepupu Ghina," pesan Gritte. "Bodo amat! Mau dia dibantu kek, engga kek, gue udah tau apa yang harus gue lakuin," balas Prilly.
"Adek kelas 'kan? Yok, kita samperin ke kelasnya," ajak Prilly. Gritte melotot, "Wah, gilak lo ya! Ini baru hari pertama dia masuk sekolah." Prilly menaikkan alisnya, "So?" Gritte menghela napasnya pasrah.
Sebelum Prilly menuju tingkatan adik kelas, ia memutuskan untuk membeli sebotol besar air mineral terlebih dahulu di kantin. Lalu, ia berjalan menuju ke lantai bawah, ke kelas Febi, target bullyannya.
Tanpa basa-basi, Prilly langsung menuang air mineral yang ia beli diatas kepala Febi, hingga membasahi sekujur tubuhnya. Ia tertawa kecil, "Jangan kaget. Itu hanya ucapan selamat datang buat lo." Bisikan Prilly yang terdengar penuh ancaman membuat tubuh Febi meremang.
Semua siswa di kelas itu tidak berani melakukan perlawanan atau sekedar membela Febi. "Gue kenal baik siapa sepupu lo, Ghina 'kan?" Tanya Prilly membuat Febi tertunduk.
"Feb—," ucapan Ghina menggantung. "Tuh, sepupu lo dateng," ujar Prilly sambil tertawa remeh. "Lo apain adek gue hah?" Bentak Ghina. "Lo ngomong sama gue ya?" Tanya Prilly lagi. Napas Ghina memburu marah, ia menghampiri tubuh Febi yang sudah basah kuyup.
"Gue kasih ucapan selamat datang doang kok," imbuh Prilly santai. Tangan Ghina terulur untuk menampar pipi Prilly dan satu tamparan berhasil mendarat mulus di pipi Prilly. "Lo!" Desis Prilly. Tangan Prilly terangkat ke udara ingin menampar balik Ghina, namun tertahan.
Tangan Prilly dihempas kasar, pipinya yang tadi memerah akibat tamparan Ghina semakin memerah. Demi Tuhan, Ali menamparnya juga. Bahkan di ujung bibir Prilly sedikit mengeluarkan darah.
Prilly berdecih, "Kalian adalah cewek dan cowok pertama yang nampar gue. Bahkan bokap dan nyokap gue gak berani nyentuh gue." Prilly mengusap darahnya kasar. Gritte yang tadinya diam buru-buru menghampiri Prilly, ia menatap khawatir sahabatnya itu.
"Pril, ke UKS yok? Biar gue obatin bibir lo," ujar Gritte hati-hati. Ali dapat mendengar ucapan Gritte, ia menatap telapak tangannya yang tadi ia gunakan untuk menampar Prilly. "Gak perlu, gue mau pulang," ada getaran dalam suara Prilly.
Gritte dan Prilly berjalan balik menuju kelas mereka. Saat sudah mendaratkan bokongnya dengan mulus di tempat duduknya, Prilly menelungkupkan wajahnya. Bahunya bergetar kencang, Gritte tahu bahwa sahabatnya sedang menangis.
Gritte mengusap punggung Prilly dengan lembut. Sejahat apapun Prilly pada orang lain, tapi Prilly tidak pernah menjahati Gritte. Ia bahkan selalu melindungi Gritte. "Ssst...jangan nangis lagi, lo mau pulang gak?" Bisik Gritte.
Prilly menggeleng, "Gue pengen pindah sekolah." Prilly mengangkat wajahnya yang memerah. Gritte terkejut bukan main dengan perkataan Prilly. "Kenapa?" Tanya Gritte. "Gue gak nyaman sama suasana disini. Ali memperlakukan gue kayak bukan manusia," balas Prilly.
Air matanya yang tadi menggenang kini jatuh lagi. "Lo udah tanya belum sama diri lo sendiri? Apa lo udah memperlakukan orang lain kayak manusia? Selama ini gue diam. Gue takut nyadarin lo atas kesalahan lo, hanya karena gue takut lo marah sama gue," ujar Gritte.
"Ajarin gue untuk lebih manusiawi," ujar Prilly. Ia merengkuh tubuh Gritte sambil menangis. "Lo cuma perlu niat, Pril. Apapun yang lo lakuin, kalo gak ada niat, sama aja boong," balas Gritte. Gritte memegang bahu Prilly, "Udah ah, jangan nangis lagi. Yuk ke UKS, biar bibir lo diobatin."
* * *
"Sorry, gue gak ada maksud nyakitin lo," ujar Ali. Prilly berdehem untuk meminimalisir jantungnya yang berdebar kencang. "Gue yang salah, lo pantas tampar gue. Kalo perlu semua orang di sekolah ini tampar gue, biar gak ada makhluk menjijikan lagi kayak gue," balas Prilly.
Gritte sudah pulang terlebih dahulu, tadi Ali tiba-tiba menghampirinya ke kelas. Hanya beberapa siswa yang masih berada di kelas Prilly, tetapi mereka pun tidak mempedulikan interaksi antara Ali dan Prilly.
"Perasaan gue belum berubah, gue tetap yakin kalo suatu saat lo bakal jadi pribadi yang lebih baik," ujar Ali. "Tadi mood gue lagi kurang baik, belum lagi ada masalah sama kegiatan OSIS, ditambah laporan lo yang berulah, sama murid baru pula. Itu bener-bener buat gue hilang kendali," penjelasan Ali tidak membuat perasaan Prilly berubah.
Hatinya masih tetap sakit, begitu juga dengan bibir sebelah kirinya yang sedikit sobek. "Maafin gue, Pril." Prilly hanya bergeming di tempatnya. Tidak tahu harus memberi respon seperti apa. Ia masih marah dan sakit hati dengan perlakuan Ali tadi.
"Lo pulang sama siapa?" Tanya Ali. "Dijemput," balas Prilly. "Kalo gitu gue balik duluan," ujar Ali lagi. Prilly mengangguk sekilas. Dan benar saja, Ali tidak banyak basa-basi, ia langsung pergi meninggalkan Prilly.
* * *
Beberapa hari terakhir ini Prilly tidak membully orang. Tidak ada yang berbeda sejak hari Ali menampar Prilly, hubungan Ali dan Prilly malah semakin merenggang. Apalagi sejak Prilly tidak membuat masalah, Ali pun tidak pernah bertemu dengannya.
"Pril, ngelamun mulu," Gritte menyenggol lengan Prilly. "Gimana?" Tanya Prilly. Gritte tidak menangkap jelas maksud pertanyaan Prilly. "Maksud lo? Gimana?" Tanya Gritte dengan raut wajah bingung.
"Gue udah berusaha buat gak ngebully orang, apa gue udah kelihatan lebih manusiawi?" Ulang Prilly menjelaskan maksud ucapannya. "Oh, gue ngerti. Tapi gue tau lo pasti bosen, lo belum terbiasa buat gak ngebully," balas Gritte sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
"Iya, lo jadi lebih manusiawi kok. Semoga aja Ali bisa naksir sama lo setelah lo tobat," goda Gritte membuat Prilly melotot. "Enak aja! Mendingan gue sama Rassya si triplek itu kali. Tapi beneran deh, kayaknya gue mau deketin Rassya," ujar Prilly.
"Boleh tuh, tar coba aja lo minta nomor telepon dia, biar bisa contact-contactan," dukung Gritte. "Coba tar pas jam istirahat lo ngajak dia ke kantin bareng," usul Gritte. "Lo kok kayaknya ngedukung gue sama Rassya banget," tanya Prilly curiga. Gritte hanya tertawa kecil.
Setelah pelajaran Fisika usai, Prilly buru-buru bangkit dan bergegas ke meja Rassya. Rassya yang melihat kedatangan Prilly hanya mengangkat alisnya. "Ngantin kuy," tawar Prilly. Rassya mengangkat bahunya acuh, tapi ia tetap berdiri dan berjalan mengekori Prilly.
"Te, lo gak mau ngikut?" Tanya Prilly saat melewati Gritte. "Kagak ah, gak mau jadi kambing conge," ujar Gritte sambil cekikikan. "Yaudah, jangan sirik sih. Besok gue cariin laki deh buat lo," goda Prilly.
Rassya berdecak, Prilly hanya tersenyum cengengesan. "Sorry-sorry, yuk," ajak Prilly. Dan saat itu juga mereka berjalan beriringan menuju kantin. Namun, di tengah perjalanan, seorang gadis culun yang pernah menjadi target bullyan Prilly, tak sengaja menyenggolnya.
"Ma...maaf," ujar gadis itu sambil menunduk. Jari-jarinya bertautan, ia takut bukan main karena telah menyenggol Prilly. "Santai aja, lagian tadi gue juga gak sengaja nyenggol lo," balas Prilly tersenyum paksa.
Sejujurnya dalam hati Prilly ingin sekali menghajar wajah sok polos gadis di hadapannya. Kalau saja ia tidak ingat di sebelahnya ada Rassya, mungkin ia sudah menjambak, mencakar, menampar, menendang, dan melakukan hal brutal lainnya.
Gadis itu membulatkan mulutnya, namun segera ia katupkan kembali. Ia buru-buru mengangguk lalu berjalan pergi. "Gue senang lo gak ngebully orang lagi," ujar Rassya cuek.
Prilly mengibas rambutnya ke belakang, "Gue udah berubah kok." Rassya menampilkan senyuman tipis khasnya, "Lo akan jauh lebih cantik dan terpuji saat lo bersikap manusiawi." Prilly mengangguk setuju.
* * *
Konfliknya udah tercium nih, gak rumit-rumit banget sih. Btw, makasih atas semua dukungan kalian tentang masalah aku. Aku gak nyangka respon dari kalian semua bakal sepositif itu😊 Terima kasih sekali lagi. Maaf kemarin gak sempat update dikarenakan ada acara panggang-panggang bareng keluarga besar, ini pun aku sempat-sempatin update padahal lagi nyari baju di mall.

KAMU SEDANG MEMBACA
OMBROPHOBIA
Fanfiction⚠️CHAPTER GENAP DI CERITA INI DI PRIVATE⚠️ [COMPLETED] "Cowok nyebelin kayak lo ternyata mengidap ombrophobia, ya? Bisa turun deh pamor lo, kalo satu sekolahan tau," ujar Prilly sambil tertawa mengejek meninggalkan Ali dalam keadaan meringkuk keding...