Ali menutup pintu UKS dengan bantingan keras, dadanya naik-turun menunjukkan sedang emosi. Ia mengacak rambutnya frustasi, menyesali ucapannya yang terlalu menohok untuk Prilly. Ia juga menyesal kemarin telah berdusta dan berkata bahwa ia tidak mencintai Prilly. Padahal faktanya, ia jatuh cinta pada gadis yang selalu membuatnya jengkel itu.
Ia menyandarkan tubuhnya pada pilar tiang dekat UKS, berusaha memutar otak mencari jalan keluar. "Li? Lo ngapain dah disini?" Tanya Gritte dari samping membuat Ali terlonjak kaget. "Te, cuma lo harapan gue satu-satunya. Please, bantuin gue." Ujar Ali dengan nada memelas. Gritte hanya bisa mengernyitkan dahinya karena ia belum ngeh dengan ucapan Ali.
"Gue cinta sama Prilly, beneran deh." Imbuh Ali. "Terus?" Gritte semakin tidak paham dengan situasi yang tercipta. "Lo mau bantuin gue biar bisa bersatu sama dia gak?" Tanya Ali sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada, membuat raut wajah yang suram dan memohon. "Bukannya si Prilly udah nerima lo, ya?" Tanya Gritte dengan nada bingung.
"Hah?! Dia kan masih pacaran sama si buto ijo, Rassya!" Seru Ali sambil berdecak sebal. "Dapet info dari mana sih? Lagian Prilly sama Rassya sahabatan doang kali," ujar Gritte. "Hah?!" Teriak Ali dengan keras. Prilly dan Rassya yang kebetulan keluar dari UKS, melirik ke arah pilar. Ali yang refleks langsung mendorong Gritte ke arah tembok dan ia pun berhadapan dengan Gritte. Membuat posisi mereka terlihat ambigu.
Gritte menggaruk tengkuknya yang tak gatal saat Prilly melempar tatapan datar. Prilly dan Rassya kemudian berlalu, membuat Ali menghela napasnya lega. "Maksudnya gimana, Te? Lo harus jelasin sejelas-jelasnya," ujar Ali. "Ya gitu, gak gimana-gimana," balas Gritte. Ali menghela napasnya, "Kemarin gue lihat Rassya nembak Prilly di kelas, dan dia terima." Terdengar nada keraguan dalam ucapan Ali.
Gritte membulatkan mulutnya sambil tertawa kecil. "Ya elah, emang temen sekelas gue hobi ngedrama kali. Jangan suka ngambil kesimpulan sendiri elah," ujar Gritte sambil menepuk lengan Ali. Gritte pamit pergi, meninggalkan Ali sendirian. Ali merasa malu karena kesalah-pahamannya sendiri. Ia jadi bingung tentang bagaimana cara untuk meluluhkan hati Prilly kedua kalinya.
* * *
"Prilly! Tungguin gue!" Ali berseru sambil berlari kencang mengejar Prilly yang seperti menghindar. "Prilly! Pril! Maafin gue! Gue cinta sama lo!" Ali berteriak seperti orang kesetanan. Ia bahkan tidak mempedulikan orang-orang yang berada di sekitar koridor. Tubuh Prilly terlihat menegang di tempat, ia menghentikan langkahnya tapi tidak berbalik. Ali yang melihat itu pun merasa memiliki kesempatan.
Ali berjalan dengan langkah sigap ke tempat Prilly, sekarang ia sudah berdiri bertatapan dengan Prilly. "Pril? Maafin atas ucapan gue di UKS tadi." Prilly hanya mengangguk pelan, "Lupain aja." Ali menatap mata Prilly tajam, "Soal ucapan kemarin, gue bohong." Prilly masih diam di tempatnya, bingung harus bertingkah seperti apa.
"Gue bohong sama diri gue sendiri, gue juga bohong sama lo. Karena realitanya, gue beneran jatuh cinta sama Ratu Tukang Bully. Jadi gimana?" Tanya Ali sambil menyengir aneh. Prilly tidak memberikan respon yang berlebihan selain berdecak. "Gimana?" Ulang Ali sekali lagi. Prilly menggelengkan kepalanya membuat Ali menahan napasnya sejenak.
"Lo berniat ngerjain gue lagi ya?" Tanya Prilly membuat Ali menggeleng cepat. "Gue serius, Pril." Lagi-lagi Prilly menggelengkan kepalanya. "Lo nolak gue? Kenapa?" Tanya Ali dengan nada lesu. "Siapa yang nolak sih?" Gerutu Prilly. Mata Ali berbinar, "Jadi? Lo nerima gue?" Prilly menggeleng juga. Ali semakin bingung dengan tingkah Prilly.
"Asal lo tau, gue jauh lebih dulu suka sama lo. Apa ada alasan buat gue nyia-nyiain cinta dari orang yang gue suka?" Tanya Prilly yang berhasil membuat lengkungan di bibir Ali semakin tinggi. "Kita resmi pacaran nih?" Goda Ali membuat Prilly mengangguk malu. "Boleh peluk gak?" Tanya Ali lagi, dan lagi-lagi membuat Prilly mengangguk malu.
Orang-orang yang melihat kisah cinta klasik ala Ali dan Prilly hanya bisa ikut bersorak. Ali menarik tubuh Prilly untuk masuk ke dalam dekapannya. Mencintai Ratu Tukang Bully bahkan tidak pernah terbesit di dalam hidup Ali, tetapi Tuhan berkehendak lain. Ia bisa saja menghadirkan cinta kepada orang-orang yang dulunya saling membenci.
* * *
"Dan kisah cinta si Ratu Tukang Bully dan Ketua OSIS jadi hot news!" Seru Gritte kepada Ali dan Prilly. Kini, mereka sedang menikmati jam istirahat di kantin. "Ya elah, gue kalah start sama si curut!" Ujar Rassya sambil berdecih sinis. "Awas aja lo nikung! Gue kebiri anu lo!" Ancam Ali kepada Rassya membuat Prilly tertawa-tawa.
"Ratu Tukang Bully yang dulunya gak bisa akur sama Ketua OSIS, sekarang malah pacaran! Kurang hebat apa coba?" Prilly hanya bisa menyengir. "Terus lo bakal ngebully lagi, Pril?" Tanya Gritte kepada Prilly. Prilly mengangguk antusias, "Jadi pacar Ketua OSIS bukan berarti menghentikan kebiasaan buruk gue 'kan?" Ali mengacak rambut Prilly gemas.
"Dan gue bakal tetap menegur si Ratu Tukang Bully ini kalo berulah." Prilly membulatkan matanya, "Mendingan lo jangan jadi Ketua OSIS lagi deh." Ali menggeleng keras, "Gue gak bakal rela cewek gue dimarahin sama cowok lain. Atau lebih parahnya ditinju." Prilly hanya bisa tertawa kecil melihat sisi posesif Ali.
Tidak ada yang tahu kehendak Tuhan, bukan? Ini kisah cinta si Ratu Tukang Bully dan Ketua OSIS. Mana kisah cintamu?
E.N.D
Tau kok part ini feelnya gak dapet sama sekali, tapi inilah kemampuan aku. Jangan minta buat dipanjangin lagi dan lagi. Karena apa? Aku pengen kalian bisa berimajinasi sendiri tentang masalah apa yang terjadi ke depannya untuk hubungan mereka. Sampai ketemu di EPILOG dan Extra Chapter!
MOVE ON TO STAY (AWAY)!
![](https://img.wattpad.com/cover/93840545-288-k81667.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
OMBROPHOBIA
Fanfiction⚠️CHAPTER GENAP DI CERITA INI DI PRIVATE⚠️ [COMPLETED] "Cowok nyebelin kayak lo ternyata mengidap ombrophobia, ya? Bisa turun deh pamor lo, kalo satu sekolahan tau," ujar Prilly sambil tertawa mengejek meninggalkan Ali dalam keadaan meringkuk keding...