Jakarta, 14 MEI 2019.
Hari ini merupakan hari bersejarah bagi Ali dan Prilly. Mereka akan melaksanakan pernikahan yang hanya akan terjadi sekali dalam seumur hidup pada hari ini. Senyuman Prilly bahkan tidak meluntur sedikit pun sejak tadi pagi. Prilly sudah siap dengan gaun mewahnya, ia sudah siap turun menuju ballroom hotel yang merupakan tempat digelarnya resepsi pernikahannya dengan Ali.
Ali berdiri di sisi panggung dengan tuxedo hitam yang membalutnya tubuhnya dengan sempurna. Prilly berjalan dengan anggun sambil dituntun oleh sepupunya yang memegang ujung gaun yang menjuntai menyapu lantai. Saat sudah sampai di sisi panggung, Ali dan Prilly hanya berdiri canggung bingung harus memulai percakapan dari mana.
Tiba-tiba muncul suara petir yang bersahut-sahutan membuat tubuh Ali menegang. Prilly melirik ke samping, memastikan Ali baik-baik saja. Tangan Prilly yang sudah dibaluti sarung tangan khusus pengantin, menggenggam lembut tangan Ali. Sesekali Prilly mengelusnya, mencoba menyalurkan kehangatan yang sudah dua tahun belakangan ini ia berikan.
"Jangan takut, ada aku disini," bisik Prilly. Ali melihat mata Prilly dengan pandangan lembut tetapi menyiratkan ketakutan. "Makasih karena udah hadir dalam hidup aku dan selalu melindungi aku saat hujan datang." Ucapan Ali memang terdengar biasa, namun efeknya berbeda bagi Prilly. Hati Prilly menghangat, ia tidak tahu bahwa Ketua OSIS yang dulu sangat dibencinya ternyata bisa menghadirkan cinta yang luar biasa.
"Mencintai kamu adalah kelebihanku dan melindungi kamu adalah kewajibanku," Prilly menatap Ali dengan penuh cinta. "Jangan pernah berhenti mencintai aku, selamanya," ujar Ali. "Tidak ada alasan untuk berhenti mencintai kamu," balas Prilly. "Aku bahagia, sungguh, bisa menjadikanmu sebagai pendamping hidupku." Prilly hanya tersenyum manis mendengar ucapan Ali.
Tak lama, acara resepsi pernikahan pun dimulai. Ali dan Prilly berdiri di atas panggung sambil menyalami tamu satu-persatu. "Gritte, akhirnya lo dateng!" Seru Prilly sambil cipika-cipiki dengan Gritte. "Oh, jelas," balas Gritte sambil tersenyum kemenangan. "Pesanan gue?" Tanya Prilly. "Tuh, bentar lagi juga nih gedung rame," balas Gritte sambil tertawa kecil.
"Makasih karena lo udah ngisi hari-hari remaja gue sebagai sahabat, diantara semuanya yang paling mengisi hari gue itu ya, mereka, korban bullyan gue," lanjut Prilly sambil tertawa-tawa. "Dan yang selalu ngisi hari aku itu ya, kamu, Ratu Tukang Bully yang hobinya nyusahin Ketua OSIS," cibir Ali yang membuat tawa Prilly semakin pecah.
* * *
Usia pernikahan Ali dan Prilly sudah hampir 9 tahun, dalam jangka waktu selama itu pasti banyak rintangan dalam kisah hidup mereka, contohnya seperti anak yang tak kunjung dikaruniai dalam pernikahan mereka. Tapi sekarang, kebahagiaan mereka sudah lengkap atas kehadiran Agatha Syarief yang sudah berusia hampir 3 tahun.
"Urusin tuh anak kamu! Nyebelin parah!" Cibir Prilly sambil membanting pintu dengan keras. "Anak kamu juga kali," balas Ali. "Kenapa lagi sama mereka?" Tanya Ali. "Au ah, bete banget! Masa mommynya dibully!" Adu Prilly. "Nah kan, itu karma kamu, siapa suruh dulu suka ngebully orang," balas Ali dengan terkekeh.
"Ih...Ali! Dasar kamu ya! Awas aja kalo kamu ceritain masa lalu aku ke anak-anak!" Umpat Prilly. "Ceritain gak nih?" Tanya Ali sambil menaik-turunkan alisnya. "Ceritain aja deh, biar mereka tau seberapa bejad Mommy mereka dulu," goda Ali sambil tersenyum manis. "Bejad-bejad gini juga kamu naksir!" Balas Prilly ketus. "Ya iyalah naksir, orang Mommy mereka suka ngelindungin Daddynya pas hujan," ujar Ali tulus.
"Jadi lucu deh, kalo nostalgia pas dulu tiap hujan kamunya mendadak bisu gitu," ujar Prilly. Ali merangkul bahu istrinya, mengajak Prilly duduk di tempat tidur. "Sekarang aku udah gak takut lagi sama hujan, bahkan sekarang aku takutnya itu sama kamu, Prilphobia," ujar Ali menyengir kuda. "Dasar gombal! Pokoknya kamu harus janji sampe kapanpun, kalo hujan cuma aku yang boleh nenangin." Ujar Prilly.
Ali mengangguk, skenario Tuhan sangat manis bukan? Orang yang dulunya pernah saling menyakiti ternyata adalah jodoh. Jangan pernah meragukan atau malah mengelak jodohmu. Karena jodoh tidak ada yang tahu selain Tuhan. Jangan pernah menghindar dari phobiamu atau malah kalah pada phobiamu, karena suatu saat nanti akan ada seseorang yang membuat phobiamu menjadi perantara.
* * *
Salam hangat dari Ali si Ketua OSIS dan Prilly si Ratu Tukang Bully untuk semua readers setia Ombrophobia! Pokoknya cerita mereka itu sampe sini aja. Maaf kalo endingnya feelnya kurang banget, aku sadar banget malah, mungkin karena aku pengen cepat-cepat namatin ini kali ya? Maaf deh. Tapi, aku mohon jangan ninggalin jejak negatif karena itu bakal buat aku merasa kalo karya aku itu gak dihargai. Udah segitu doang, sampai ketemu lagi di STAY (AWAY).
KAMU SEDANG MEMBACA
OMBROPHOBIA
Fanfiction⚠️CHAPTER GENAP DI CERITA INI DI PRIVATE⚠️ [COMPLETED] "Cowok nyebelin kayak lo ternyata mengidap ombrophobia, ya? Bisa turun deh pamor lo, kalo satu sekolahan tau," ujar Prilly sambil tertawa mengejek meninggalkan Ali dalam keadaan meringkuk keding...