Prilly terdiam kaku saat mendengar suara tetesan hujan yang terdengar kencang dikarenakan bersentuhan keras dengan tanah, pikirannya melayang kepada keadaan Ali saat ini. "Pril? Kok bengong?" Tanya Rassya. Tadinya Prilly meminta tolong agar Rassya memberikan tumpangan pulang untuknya dan karena hujan mendadak terpaksa mereka harus berteduh dulu di dalam kelas.
"Lo tunggu bentar disini ya, gue mau boker, hehe.." Ujar Prilly beralasan disertai cengiran yang membuat Rassya percaya-percaya saja. Rassya hanya mengangguk sekilas. Prilly tidak peduli dengan respon Rassya lebih lanjut, yang ia khawatirkan sekarang adalah keadaan Ali yang pastinya sangat ketakutan.
Semoga aja Ali belum pulang, apalagi sampe kejebak hujan di tengah jalan, doa Prilly dalam hati. Kakinya ia langkahkan lebar-lebar untuk mencari Ali di ruang kelasnya. Beberapa siswa juga masih belum pulang karena hujan, karena terburu-buru jadinya Prilly seringkali menabrak orang-orang di sekitarnya.
Sesampainya di depan kelas Ali, Prilly mengambil napas sebanyak-banyaknya. Matanya menelusuri sudut kelas Ali, tetapi Prilly tidak dapat menemukan sosok Ali. Perasaan khawatirnya semakin menjadi-jadi. "Eh, lo lihat Ali gak?" Tanya Prilly saat berpas-pasan dengan teman sekelas Ali. "Hah? Coba lo cari di ruang OSIS, tadi terakhir gue lihat dia lagi sama Ghina," balas teman Ali.
Tanpa mengucapkan kata-kata lanjutan, Prilly melangkah lebar menuju ruang OSIS. Apa Ghina tau Ali mengidap ombrophobia? Selama perjalanan batinnya terus bertanya-tanya. Setelah menuruni dua lintasan tangga dan berjalan cepat menuju pojokan lantai 2, akhirnya Prilly sampai di depan ruang OSIS.
Tangannya menekan knop pintu tersebut dengan tergesa-gesa. "Ali?!" Seru Prilly saat melihat tubuh Ali meringkuk gemetaran di sofa. "Li? Ini gue Prilly, jangan takut!" Bisik Prilly lembut. Ali mendongak menatap bola mata Prilly. "Gapapa, ada gue disini. Lawan rasa takut lo," bisik Prilly lagi sambil menarik tubuh Ali ke dalam dekapannya.
"Pril?" Ujar Ali lirih. Prilly membulatkan matanya, biasanya saat Ali sedang melawan rasa takutnya, ia tidak pernah mengajak Prilly berbicara, ini pertama kalinya! "Ya? Gue ada disini, jangan takut, Li." Balas Prilly sambil mengusap bahu Ali lembut. "Lo udah maafin gue?" Tanya Ali lirih. Sedangkan, Prilly mendengus sebal.
"Lo lagi takut juga! Masih sempet-sempetnya nyebelin! Gue dateng kesini karena kasihan doang. Jangan ke-GRan," balas Prilly ketus. Setelah itu Ali tidak membalas ucapan Prilly lagi. Apalagi suara air hujan semakin keras membuatnya semakin ketakutan. "Lo phobia sama hujan karena lo belum terbiasa sama kehadiran dia. Cara lo membiasakan diri dengan hujan adalah lo harus ngelawan rasa takut lo saat ini," ujar Prilly. Nada bicaranya sudah normal, tidak terselip nada ketus lagi.
"Bantu gue lawan rasa takut ini," balas Ali lirih. Ali benar-benar tidak bisa dikategorikan baik-baik saja, karena nada suaranya bergetar ditambah dengan tatapan sayunya. "Lepasin cengkraman lo dari baju gue, sesak tau!" Seru Prilly sambil berusaha melepaskan tangan Ali yang mencengkram kuat ujung seragamnya.
Perlahan-lahan, cengkraman Ali mengendur, ujung jarinya bergetar dengan sendirinya. "Rapalin dalam hati lo biar jangan takut, lo pasti bisa ngelawan rasa takut ini," ujar Prilly menyemangati. Kepala Ali menunduk dalam-dalam, bahkan tubuh Ali terguncang saat menyadari suara air hujan semakin kencang, tak ayal pula suara halilintar ikut menyatu.
Prilly yang melihat Ali belum bisa menyesuaikan diri, menarik kembali tubuh Ali dalam dekapannya. Mencoba menyalurkan ketenangan dan kedamaian, yang Ali butuhkan saat ini adalah dukungan. Dan Prilly ada untuk mendukung Ali. Mendukung Ali untuk melawan phobianya terhadap hujan.
* * *
"Maaf, Sya. Beneran deh, gue minta maaf banget. Tadi gue ngebantuin Ali sampe lupa kalo lo nungguin gue," ujar Prilly merasa bersalah. Rassya hanya mendengus, reaksinya membuat Prilly semakin merasa bersalah. "Ngebantuin apaan emangnya?" Tanya Rassya dengan nada serta gestur wajah datar. Prilly bingung harus menjawab apa. Tidak mungkin ia jujur soal phobia Ali.
"Gue pulang bareng Ali, maaf sekali lagi," balas Prilly yang melenceng jauh dari pertanyaan Rassya. "Gue nungguin lo yang katanya boker tapi hampir satu jam dan lo pulang bareng Ali gitu aja? Gila lo!" Hardik Rassya. "Sya! Lo gak bisa menghakimi gue kayak gini. Ali butuh gue! Pokoknya gue pulang bareng dia," balas Prilly ketus.
Tanpa menunggu respon Rassya, Prilly meninggalkan Rassya. "Pril! Prilly! Lo gak bisa ninggalin gue yang udah nungguin lo dari tadi! Prilly! Lo harus pulang bareng gue!" Seru Rassya saat melihat tubuh Prilly yang menjauh, namun Prilly tidak berbalik dan memberikan respon apa-apa.
Prilly berjalan kembali menuju parkiran sekolah, Ali sudah menunggunya. Hujan sudah mulai reda beberapa puluh menit yang lalu. Hari ini Ali mengendarai mobil ke sekolah. Saat sudah sampai di dalam mobil, Prilly mendudukkan bokongnya keras ke jok mobil dan mengambil napas panjang. "Yuk, pulang," ujar Prilly sesaat setelah mengambil napas, tangannya terulur untuk memakai sabuk pengaman di sebelah kirinya. Kemudian, Ali melajukan mobilnya.
"Makasih udah dateng pas gue butuh," ujar Ali tulus. "Kata temen sekelas lo, tadi lo terakhir sama Ghina?" Bukan menjawab ungkapan terima kasih Ali, Prilly malah melontarkan pertanyaan. "Iya, tapi dia udah pulang," balas Ali. "Dia tau ombrophobia lo?" Tanya Prilly lagi. Ali menggeleng, "Lo satu-satunya orang selain keluarga gue yang tau hal ini."
Prilly mengangguk santai, ia merasakan kebahagiaan yang tiada tara. Berarti ia adalah orang pertama juga yang dipercaya oleh Mama Ali untuk menjaga Ali saat melawan phobianya. "Terus lo kenapa tiba-tiba bisa kepikiran buat nyamperin gue?" Tanya Ali membuat Prilly menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Mendadak teringat sama lo, lo kan takut hujan," balas Prilly berusaha menormalkan nada bicaranya. Ali menyengir lebar, bibirnya terbuka lebar hendak menggoda Prilly. "Eits...jangan baper! Gue kasihan doang sama lo! Daripada lo pingsan gara-gara ketakutan, mendingan gue dateng terus support lo," imbuh Prilly sarkas.
"Cie yang perhatian cie..." goda Ali sambil mengerling nakal. "Diem lo, njing! Tau gitu gak usah gue bantuin, bertingkah lo!" Ujar Prilly ketus. "Maaf deh, gue bercanda doang kali. Sensi bener sih, emangnya lo udah maafin gue ya?" Tanya Ali. Prilly mencibir, "Kalo gue nolongin lo berarti gue udah maafin kesalahan lo ya? Enggak!"
Ali melengkungkan bibirnya ke bawah. "Berhubung lusa ada pameran lukisan di GI, gimana kalo kita jalan?" Tawar Ali. "Males ah, mendingan gue tidur di rumah," balas Prilly. "Gue gak nerima penolakan oke? Pokoknya lo harus ikut gue!" Paksa Ali. "Cuih, kok maksa?!" Tanya Prilly heran dengan tingkah Ali.
"Pokoknya lusa gue jemput jam 10, gak perlu dandan yang cantik. Karena gue bakal ngajak lo makan di kaki lima," gurau Ali. "Dih, siapa yang berharap mau diajakin makan di restoran bintang lima?" Hardik Prilly. "Sekalian gue ajak Ghina sama Mila," ujar Ali santai seolah-olah lupa dengan hubungan Prilly dan Ghina yang kurang baik.
"Gue gak jadi ikut!" Ujar Prilly. "Gue gak nerima penolakan apapun, Pril. Pokoknya lo harus tetap ikut," paksa Ali. "Gue ikut tapi gak berangkat bareng lo, oke? Gue gak nerima penolakan juga," balas Prillu mengikuti logat bicara Ali. "Enggak-enggak, entar lo malah bohong dan taunya gak nyusul," balas Ali.
"Lo kira gue penipu kayak lo, hah? Pokoknya kalo lo tetap maksa, gue gak jadi pergi," ancam Prilly. "Oke, oke, lo boleh berangkat sendiri. Awas aja sampe lo nipu, gue ngambek parah sama lo," ancam Ali balik. "Dih, emangnya gue peduli gitu? Bodo amat!" Balas Prilly sambil menampol kepala Ali.
* * *
Mungkin aku bakal jarang-jarang update, palingan Senin, Jumat, Sabtu, Minggu doang. Dikarenakan rangking aku yang menurun drastis😞 Maaf kalau part ini gak sesuai ekspetasi. Oh iya, sebenarnya aku pengen buat karakter Ali itu yang manja tapi nyebelin, mungkin ada beberapa yang salah nangkap karena di awal itu Ali nyebelin terus galak. Terus aku mau spoiler kalo Ali sama Prilly jadiannya masih lama.....banget. Kira-kira di part 30an deh hihi😁
![](https://img.wattpad.com/cover/93840545-288-k81667.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
OMBROPHOBIA
Fanfiction⚠️CHAPTER GENAP DI CERITA INI DI PRIVATE⚠️ [COMPLETED] "Cowok nyebelin kayak lo ternyata mengidap ombrophobia, ya? Bisa turun deh pamor lo, kalo satu sekolahan tau," ujar Prilly sambil tertawa mengejek meninggalkan Ali dalam keadaan meringkuk keding...