Sudah 4 hari berlalu, namun Ali nampaknya masih belum menyerah untuk mendapatkan maaf dari Prilly. "Lo pasti belum sarapan 'kan? Pokoknya sekarang lo harus ikut gue ke kantin," ujar Ali memaksa membuat Prilly jengah. Sejak Ali memukulnya 4 hari yang lalu, kini Ali jauh-jauh lebih perhatian meski kadang jatuhnya sangat berlebihan.
"Gak baik tau sering-sering abaiin sarapan, entar bisa maag," Ali memberitahu Prilly dengan penuh kesabaran. "Lo jauh lebih ngeselin kalo perhatian kayak gini," ujar Prilly ketus. "Mau gue perhatian atau enggak, gue emang nyebelin kok. Lo itu bukan orang pertama yang bilang kalo gue ngeselin," balas Ali santai.
Prilly hanya diam, ia tidak berniat meladeni ucapan sok lucu Ali. "Oh iya, Pril. Entar lo ikut camping 'kan? Pokoknya lo gak boleh jauh-jauh dari pengawasan gue, entar gue minta ke Mila biar kelompok lo pembinanya gue," ujar Ali membuat rasa dongkol Prilly semakin menjadi.
"Lo sakau ya?! Jangan jadi aneh kayak gini lah, gue takut. Mending lo pukul gue daripada sok perhatian begini," ujar Prilly membuat Ali hanya tersenyum. "Pokoknya gue mau tunjukkin ke lo, gue itu beneran nyesel dan gak akan ngulangin kesalahan gue," balas Ali masih dengan senyumannya.
Jantung Prilly tidak berdebar kencang, ucapan Ali juga tidak membuatnya salah tingkah. Bahkan ini terasa sangat menyeramkan mengingat sikap Ali yang mendadak sangat protektif terhadapnya. "Gue gak peduli sama perjuangan lo, mau lo tenggelem di sungai sekali pun, gak bakal gue maafin!" Ujar Prilly.
Ali masih tersenyum, "Gapapa, gue ngerti kok. Kesalahan gue emang susah dimaafin, tapi gue gak bakal nyerah buat dapetin maaf lo." Prilly berdecak. "Mendingan lo sekarang samperin Ghina, suapin dia makan apalagi sekarang tangan dia masih belum sembuh, pasti dia kesulitan buat makan sendiri. Udah jangan ganggu gue," usir Prilly.
Tapi bukan Ali namanya kalau tidak keras kepala. "Tangan Ghina udah baikan, lagian dia pasti lagi sama Febi. Jadi biarin gue yang nyuapin lo, oke? Berhubung lo belum bisa ngunyah makanan-makanan keras," ujar Ali menyebalkan. "Lo kira tangan gue cacat? Yang sakit itu pipi gue, lagian cuma lebam doang elah, jangan lebay! Gue bisa makan sendiri," balas Prillu judes.
"Gak, gak, pokoknya gak bisa. Gue harus suapin lo, entar kalo lo ngunyah terlalu kencang, pipi lo bakal makin parah, makin lebar," goda Ali. "Musnah gak lo?! Pipi gue baik-baik aja! Iya, gue emang tembem, gemesin tau! Jangan sok peduli gini deh bukan lo banhet, mending sekarang lo pergi," pekik Prilly sambil mendorong tubuh Ali.
"Pokoknya lo duduk diem disini, lo tinggal buka mulut dan ngunyah pelan-pelan. Oke?" Ujar Ali sambil mengacak pelan rambut Prilly. "Au ah, gue males ladenin cowok kayak lo! Pokoknya setelah selesai camping gue mau ngebully orang lagi," ujar Prilly membuat Ali tertawa kencang.
Sejenak Prilly terpana melihat tawa lebar Ali, ini pertama kalinya Ali tertawa lebar karena Prilly. "Kok lo ketawa sih?!" Tanya Prilly menyilangkan tangannya di depan dada. "Habisnya lo gemesin sih. Masa mau ngebully orang ngelapor sama gue. Lo gak lupa kan sama jabatan gue?" Balas Ali terkekeh.
"Iya, gue inget kok! Lo Ketua OSIS ter-nyebelin sepanjang masa! Pokoknya lo gak boleh halang-halangin kemauan gue lagi," ujar Prilly dengan nada menindas. "Kalo gitu lo bully gue aja," ujar Ali membuat Prilly mendengus. "Serah," balas Prilly ketus.
* * *
"Eits...lo pulang bareng siapa?" Cegah Ali saat melihat Prilly baru keluar dari kelas. "Gue balik bareng Rassya, minggir gih!" Ujar Prilly ketus. "Gak, gak, lo harus pulang bareng gue," balas Ali. "Lo siapa sih? Jangan sok peduli sama gue apalagi cuma untuk dapetin maaf gue," ujar Prilly kesal.
"Gue siapa? Biar gue kenalin, nama gue Aliando Syarief si Ketua OSIS ganteng, anaknya Bu Resi," balas Ali sambil cengengesan. "Ali! Gue gak lagi bercanda! Lo minggir gih, gue mau pulang! Entar Rassya nunggunya kelamaan di parkiran," balas Prilly sambil mendorong lengan Ali yang menghalangi jalannya.
"Prilly Latuconsina yang cantik dan tidak suka membully, gue udah bilang biar gue yang anter lo pulang," ujar Ali membuat Prilly sangat-sangat kesal. "Ali! Lo minggir dan pergi dari hadapan gue. Atau..." ucapan Prilly menggantung membuat Ali tersenyum. "Atau apa, Pril? Atau lo mau jadi cem-ceman gue?" Tanya Ali menaik-turunkan alisnya.
"Gue udah muak ya, sama sikap lo. Jangan sok baik atau lo gak bakal gue maafin selamanya!" Bentak Prilly membuat Ali mundur. Wajahnya yang tadi cerah menjadi mendung. "Maafin gue, Pril. Gue beneran cuma bercanda doang, gak niatan bikin lo kesel," ujar Ali membuat Prilly berdecak. "Basi! Minggir sana, gue mau balik!" Kemudian Prilly berjalan menjauh dari Ali.
Ternyata mendapatkan maaf seorang Prilly tidak semudah itu, apalagi mengingat kesalahan Ali yang sangat fatal. Ali jadi semakin merasa bersalah, mungkin cara minta maafnya tadi terlalu berlebihan. Mulai besok ia harus mencari cara baru agar Prilly memaafkannya.
* * *
"Pril, gue sama Rassya ke kantin ya. Lo gak mau ikut 'kan?" Tanya Gritte yang dihadiahi gelengen dari Prilly. Gritte lantas mengangguk lalu pergi bersama Rassya. Tiba-tiba, salah satu teman sekelasnya memberikan sebuah kotak makan berwarna biru tua kepada Prilly.
"Dari siapa?" Tanya Prilly sambil mengernyitkan dahinya. "Dari Ali, tadi dia nitip ke Dewi buat ngasih ini ke lo," ujar teman sekelasnya. Prilly hanya mengangguk, tak dipungkiri ia merasa sangat bahagia saat ini. Meskipun kemarin Ali bersikap menyebalkan, tapi rasa cintanya tidak pudar begitu saja.
Prilly melihat secarik kertas yang digulung kecil dan tertempel di atas kotak makan tersebut. Senyuman Prilly mengembang saat membaca tulisan tangan Ali. Tahu begini, dari awal saja Ali menonjok Prilly, jadi kan ia bisa merasakan perhatian Ali.
Maaf gue cuma bisa masak mie instan sama telor ceplok doang. Dimakan ya, jangan dibuang. Semoga suka! - Aliando Syarief yang gantengnya 17 kali.
"Lebay banget sih," ujar Prilly sambil tersenyum kecil. Dibukanya tutup kotak makan tersebut dan benar saja Prilly menemukan mie instan dan telur ceplok serta ada hiasan saos berbentuk senyuman. Meskipun hanya mie instan, kalau sudah bekas campur tangan Ali, rasanya seperti spaghetti restoran bintang lima.
Baru saja Prilly memakan beberapa suap mie buatan Ali, Gritte datang dan menyorakinya. "Ciee...ciee...udah baikan toh?" Tanya Gritte dengan heboh. "Bising kampret! Udah pergi lo," balas Prilly sinis. "Giliran udah baikan aja, gue dicampakin kayak begini," balas Gritte melankolis.
"Apaan sih, Te? Lebay lo! Lagian gue gak segampang itu buat maafin dia. Gue mau lihat seberapa besar usahanya buat perjuangin maaf dari gue," ujar Prilly membuat Gritte tersedak. "Aduh, Pril. Kenapa drama banget sih nasib percintaan lo sama Ali. Tapi ada benernya juga sih, jangan murahan lah," balas Gritte membuat Prilly mengangguk.
"Terus sampe kapan lo baru maafin dia?" Tanya Gritte. "Sampe dia jatuh cinta sama gue," balas Prilly cuek. Ia masih sibuk dengan makanan buatan Ali. "Lo kira ini di dongeng-dongeng apa? Yakali, cuma gara-gara nonjok lo, dia bakal jatuh cinta sama lo. Gue malah merasa lo yang bakal jatuh lebih ke pesona dia, pasti lo juga sekalian modus biar bisa diperhatiin sama Ali," ujar Gritte nyinyir.
"Lo mah bukannya dukung gue, malah ikutin jelek-jelekin gue. Biarin aja, biar dia tau rasanya jatuh cinta sama Ratu Tukang Bully itu gimana," balas Prilly membuat Gritte terkekeh. "Iya, iya, serah deh, Pril. Gue ingetin aja, kalo ngayal jangan ketinggian, jatuhnya sakit," cibir Gritte membuat Prilly meliriknya sinis.
* * *
Hehe, double up😊 Pokoknya perjalanan Ali buat dapetin maaf Prilly masih panjang. Doain yak!😁
KAMU SEDANG MEMBACA
OMBROPHOBIA
Fanfiction⚠️CHAPTER GENAP DI CERITA INI DI PRIVATE⚠️ [COMPLETED] "Cowok nyebelin kayak lo ternyata mengidap ombrophobia, ya? Bisa turun deh pamor lo, kalo satu sekolahan tau," ujar Prilly sambil tertawa mengejek meninggalkan Ali dalam keadaan meringkuk keding...