Namanya Anita Yustiasari, 17 tahun umurnya. Hari ini hari selasa, tidak ada yang spesial. Hanya pelajaran matematika, fisika, dan bahasa Inggris seperti biasanya. Tia tidak bersemangat mengikuti semuanya, Tia ingin cepat pulang. Rasanya jam dinding kelas terasa sangat lama untuk menunjuk pukul 1 siang, tidak seperti biasanya.
Tia bukan anak pemalas, justru Tia anak terajin sekelas. Tia selalu mendapat juara satu dengan nilai-nilai mata pelajaran yang mendekati nilai sempurna. Semua mata pelajaran bukan hanya dikuasai, tapi juga dipahami betul materinya.
"Tet tet tet", bel 3kali tanda pulang sekolah telah berbunyi. Senyuman manis tiba-tiba tergantung diwajahnya. Bahagia. Mungkin itu alasannya. Tia segera membereskan mejanya dan memasukkan semua barang-barang ke dalam tas.
"Ah, akhirnya aku bisa pulang", ujar Tia. Setelah mengucap salam, Tia segera bergegas menuju ke gerbang sekolah. Disana telah ada ayahnya yang melambaikan tangan menyambutnya.
"Yah, adek udah lahir? Bagaimana mukanya? Mirip aku ga?", tanya Tia dengan tak sabar.
"Adek baik2 saja, yuk kita jenguk ibu di rumah sakit", jawab ayah Tia dengan kalem.
Mungkin sedikit klise atau naif, tapi mendapatkan seorang adek dengan perbedaan umur 17 tahun adalah kado ulang tahun terindah buat Tia.
Tia berjanji akan selalu menyayanginya. Tia akan lebih sering dirumah, Tia tidak akan kabur-kabur lagi, tidak akan. Karena Tia tahu, tak ada alasan lagi rumahnya akan sepi. Adik kecilnya akan menemaninya, saat kedua orang tuanya pergi kerja pagi buta dan pulang tengah malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan bersedih, tersenyumlah.
Historia CortaHidup, seperti apa? Hanya bernafas? Hanya bergerak? Hanya bahagia? Hanya sedih? Banyak mereka yang hidup, tanpa mau mengerti seperti apa itu hidup. Dalam buku ini, definisi hidup akan dirangkai dengan cerita sekilas dari nama-nama tokoh fiksi yang s...