Namanya Maharani Sri Susilowati, 20 tahun umurnya. Hari ini Rani pulang, kerumahnya. Rumah yang sudah lama tak disentuhnya.
Kesibukannya sebagai seorang travel blogger yang baru saja ditekuninya membuat Rani selalu jauh dari rumah. Sudah lama sekali Rani ingin pulang, sangat ingin pulang. Hanya saja, baru sekarang keinginannya terwujud.
Rani duduk tenang diatas kereta, tersenyum seperti orang yang baru saja menang undian.
"Sudah dekat, 15 menit lagi sudah nyampe stasiun", ucap Rani setelah membaca papan nama stasiun yang baru saja dilewatinya.
Rani menyiapkan semua barang yang dibawanya, tak boleh ada yang tertinggal, apalagi sebuah potret kecil yang selalu Rani bawa kemanapun dan kapanpun Rani pergi. Rani kembali tersenyum sambil memeluk erat potret itu dengan erat.
Dan akhirnya Rani tiba, kakinya kembali melangkah di tempat yang memahat keindahan masa kecilnya.
"Ayah, Rani pulang. Marhaban ya Ramadhan, Ayah. Sekali lagi Rani puasaan tanpa Ayah. Tapi, Rani ga sedih kok. Rani tau Ayah ga pergi, Ayah selalu disisi Rani, selalu ngejagain Rani. Rani kangen Ayah, Rani sayang Ayah", ucap Rani sambil melihat potret kecil seseorang setengah baya yang memakai seragam PT. KAI.
Ayah Rani meninggal saat bertugas di malam sebelum Idul Fitri. Dia menyelamatkan anak kecil yang tiba-tiba jatuh ke lintasan kereta saat kereta akan datang.
Rani mendekapnya dengan erat, dan air mata itu kembali menetes. Entah sudah berapa kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan bersedih, tersenyumlah.
Storie breviHidup, seperti apa? Hanya bernafas? Hanya bergerak? Hanya bahagia? Hanya sedih? Banyak mereka yang hidup, tanpa mau mengerti seperti apa itu hidup. Dalam buku ini, definisi hidup akan dirangkai dengan cerita sekilas dari nama-nama tokoh fiksi yang s...