Dewi Rizkia Sukawati

51 0 0
                                    

Namanya Dewi Rizkia Sukawati, 25 tahun umurnya. Dewi selalu yakin dia adalah anak bungsu yang tangguh, bukan anak manja yang selalu minta segala hal pada orang tuanya. Dewi selalu bangga sama Ayahnya, sosok yang selalu dikaguminya, sosok panutannya dalam segala hal. Dan hari ini tetap sama, Dewi masih dengan bangganya bercerita tentang sosok ayahnya.

"Sayang ya mas belum sempet ketemu ayah", kata Dewi

"Iya wi, belom jodohnya ketemu ayahmu", jawab Aria, temen Dewi ngobrol sore itu.

"Semoga Ayah tenang dan bahagia ya dirumah barunya", lanjut Dewi dengan senyum mengembang di bibirnya.

Sejenak, tetes air mata jatuh di pipinya. Menghias senyum penuh hangat itu menjadi haru.

"Sabar ya wi, InsyaAllah semua akan baik-saja. Bersedih boleh tapi jangan terlalu lama ya", kata Aria menenangkan temannya didepannya itu.

"Iya mas. Aku kuat kok. Aku kini tau kenapa aku dididik menjadi seorang yang tangguh", jawab Dewi kembali sambil tersenyum.

Tapi hati tak bisa dibohongi, sambil bercerita dengan bahagia tentang ayahnya, tak henti air mata menetes di pipinya. Berapa kali Dewi mengusapnya, berapa kali pula air mata itu menetes. Rindu, iya rindu. Rindu yang hanya akan bisa disampaikan lewat doa. Rindu yang hanya bisa Dewi katakan dan rasa, tanpa pernah akan ada kesempatan berjumpa.

"Aku belum sempat berbakti mas, aku belum sempat membuat Ayahku tersenyum bahagia karena lulus S2, belum sempat membahagiakan dia dengan uang hasil kerjaku, belum sempat menghias hatinya dengan kebahagiaan saat melihat aku menikah. Tapi Ayah mampu membuatku bangga, dalam hidupnya, bahkan saat dia meninggal. Melihat banyaknya orang yang menyolatinya, mengantarkan ke makam, menta'ziahin dia, InsyaAllah aku yakin Ayah orang baik", kata Dewi dengan senyum yang hangat.

"Pintu surgaku mungkin sudah tertutup satu mas, tapi aku masih punya ibu untuk aku bahagiakan. Semoga aku masih diberi waktu yang baik dan banyak untuk membahagiakannya. Kadang kita terlalu repot dan capek mengejar surga yang jauh, dan lupa kita punya Surga-Surga dirumah yang dapat kita peluk erat", lanjut Dewi masih dengan senyum hangatnya.

Jangan bersedih, tersenyumlah.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang